Saat ini banyak orang tua yang mengirimkan anaknya ke lembaga bimbingan belajar (bimbel) Motivasinya pun bermacam-macam. Misal karena sang anak memang mengalami kesulitan saat belajar di sekolah, hingga kehendak orang tua yang menginginkan prestasi akademis anaknya meningkat.
Selain itu, kurikulum pelajaran di sekolah pun menjadi semakin kompleks. Kehadiran lembaga bimbingan belajar akhirnya dirasa membantu. Terlebih banyak orang tua yang sibuk bekerja dan tidak memiliki waktu untuk mengajari anak.
Lantas sebenarnya, perlukah anak ikut bimbingan belajar atau bimbel? Menurut Psikolog Anak Annissa Samantha, M.Psi, Psikolog, perlu tidaknya anak ikut bimbel tergantung tujuan orang tua masing-masing.
“Bimbingan belajar sifatnya pengayaan, tambahan dari pelajaran utama yang didapat di sekolah, sepuluh atau dua puluh tahun belakangan ini bimbingan belajar muncul (karena) ada rasa sekolah mungkin kurang memberikan materi yang seharusnya anak-anak punya,” jelas Head of Counseling Department di BINUS International School Jakarta itu kepada theAsianparent.
Annissa juga menegaskan tidak ada usia ideal anak diikutsertakan bimbel. Sebab, itu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak.
Artikel Terkait: Les Tambahan Untuk Anak, Perlukah?
Apakah Dampak Positif dan Negatif Anak Ikut Bimbingan Belajar?
Sumber: unsplash
Annissa Samantha, M.Psi, Psikolog, mengungkapkan dampak positif dan negatif anak ikut bimbel kembali kepada tujuan orang tua masing-masing. Bimbel akan menjadi sangat bermanfaat bagi anak bila tujuannya tepat.
“Dampaknya tentu positif jika memang tepat sasaran dan tepat tujuan. Misalnya anak disekolahkan di sekolah negeri dan tujuan bapak ibunya mengikutkan anak ke bimbel adalah untuk masuk ke perguruan tinggi tertentu,” tambahnya.
Hal tersebut bisa bernilai positif saat anak diikutsertakan bimbel dengan tujuan untuk bisa masuk ke perguruan tinggi tertentu karena dirasa sekolah tidak memberikan strategi pelajaran yang sesuai dengan universitas yang dituju.
Sebaliknya, mengirim anak ke lembaga bimbel berdampak sangat negatif jika atas dasar keinginan orang tua saja. Orang tua ingin anak menjadi lebih berprestasi secara akademik bahkan keinginan tersebut tidak selaras dengan keinginan anak. Akhirnya anak diikutsertakan bimbel setiap pulang sekolah setiap hari, tanpa melihat kebutuhannya.
“Tanpa melihat kebutuhan anak untuk mencapai prestasi yang orang tua mau, anak punya cukup waktu untuk istirahat atau tidak, anak itu sama enggak keinginannya seperti yang orang tua inginkan,” jelas psikolog lulusan Universitas Indonesia itu.
Artikel Terkait: 10 Hak Anak di Sekolah, Bantu Proses Belajar Berjalan Maksimal
Sekolah sebagai Pendidikan Utama
Sumber: unsplash
Bimbingan belajar merupakan pendidikan sekunder. Sebaiknya orang tua lebih berfokus pada sekolah sebagai pendidikan utama. Bimbingan belajar bisa dilakukan jika memang dibutuhkan.
“Bimbingan belajar adalah pendidikan sekunder bukan pendidikan yang utama. Kalau sampai orang tua memfokuskan pendidikan anak di lembaga (bimbingan belajar) tertentu, maka mesti dipertanyakan. Apakah sekolah yang dipilih oleh orang tua ini sebenarnya cocok untuk menjawab kebutuhan dan keperluan anak?” ungkap Annissa Samantha, M.Psi, Psikolog.
Menurutnya, sebaiknya orang tua mempertimbangkan secara matang pemilihan sekolah agar dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak. Bila kemudian orang tua merasa pelajaran anak di sekolah kurang dan mengirimkan anaknya ke lembaga bimbel, lalu anak harus ikut bimbel setiap hari bahkan di akhir pekan, bisa jadi orang tua yang salah memilih sekolah untuk anak.
Sebab, kembali lagi pada prinsip sebelumnya. Sekolah merupakan pendidikan utama, sementara ikut bimbingan belajar hanyalah kebutuhan sekunder.
Artikel Terkait: 3 Macam gaya belajar anak yang perlu diketahui setiap orangtua
Adakah Tips Memilih Lembaga Bimbingan Belajar yang Tepat?
Sumber: unsplash
Annisa mengungkapkan, memilih bimbel konteksnya sangat berbeda dengan memilih sekolah. Sebab, kembali kepada prinsip bahwa bimbingan belajar adalah kebutuhan sekunder.
“Sekolah adalah kebutuhan utama sehingga banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, kalau bimbel adalah kebutuhan sekunder bukan utama. Hal yang perlu dipertanyakan justru mindset orang tua, mengapa anak harus ikut bimbel, apa yang yang salah dengan sekolahnya?” paparnya.
Akan tetapi, berdasarkan penjelasan di atas, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan yakni:
-
Perhatikan Kebutuhan Anak Saat Memilih Bimbel
Bila memang orang tua merasa perlu mengirimkan anak untuk ikut bimbel, maka perhatikan kebutuhannya. Misalnya untuk masuk ke perguruan tinggi atau untuk mengikuti olimpiade akademik. Saat ini banyak bimbel yang menawarkan bimbingan sesuai dengan kebutuhan anak.
-
Bimbel Adalah Kebutuhan Sekunder
Hal tersebut merupakan poin yang perlu digarisbawahi oleh orang tua. Anak seharusnya fokus kepada sekolah sebagai pendidikan utamanya. Oleh sebab itu, orang tua sebaiknya lebih menitikberatkan pada pemilihan sekolahnya, bukan justru pada lembaga bimbingan belajarnya.
-
Jangan Memaksa Anak Ikut Bimbel
Saat anak ikut bimbel demi menuruti keinginan orang tua, ada dampak negatif berkepanjangan. Anak yang ikut bimbel dengan keinginannya sendiri maka ia akan senang menjalaninya.
Nah, setelah mengetahui dampak baik dan buruk bimbingan belajar, sebaiknya Parents mempertimbangkan kembali sebelum memutuskan mengirim anak ke lembaga bimbel. Yang terpenting perhatikan kebutuhan buah hati, ya, Parents!
Baca Juga:
5 Manfaat punya cita-cita bagi si kecil, Parents wajib tahu nih!
10 Manfaat PAUD Untuk Anak
Parents, Inilah 7 Hal Penting yang Anak Usia 4 Tahun Harus Tahu
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.