Jangan bebani buah hati Anda dengan terlalu banyak les tambahan.
Les tambahan, apakah perlu?
Menjelang usia 5 tahun, seorang anak balita dengan lambat laun memahami bahwa dunianya tak akan sesederhana ketika ia masih balita. Ia harus pergi ke sekolah untuk belajar dan mematuhi peraturan yang diterapkan sekolah.
Beberapa anak ada yang mengalami hambatan dalam belajar dan mengakibatkan mereka mengalami ketertinggalan dibanding teman-teman sekelasnya. Para orang tua kemudian bertindak cepat dengan mengirim anak-anak semacam ini untuk mengikuti les tambahan di luar jam sekolah.
Seorang pakar psikologi anak, Dra. Adriani Purbo Psi, MBA mengatakan, dengan mewajibkan seorang anak usia Taman Kanak-kanak menguasai keterampilan membaca dan menulis sama saja dengan memaksakan anak untuk memiliki kemampuan yang seharusnya diajarkan di Sekolah Dasar.
Dengan memaksa anak mengikuti les tambahan dikhawatirkan akan mengurangi aktifitas bermain, sedangkan dunia anak sendiri adalah dunia yang identik dengan bermain. Melalui kegiatan bermain seorang anak usia pra-SD justru akan mempelajari banyak hal dan berkembang secara optimal.
Namun sebagian besar SD menerapkan peraturan bahwa anak sudah harus dapat membaca sebelum dapat menjadi murid kelas satu di sekolah tersebut. Mau tak mau para orang tua kalang kabut dan didera kekhawatiran seandainya anak tidak dapat diterima di sekolah pilihan mereka.
Lalu, apakah les tambahan merupakan solusi terbaik untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami seorang anak?
Jadilah guru lesnya
Bunda, Anda bukan satu-satunya ibu dengan putra putri yang mengalami kesulitan belajar membaca atau menulis. Saya pun pernah mengalaminya.
Hita, si bungsu saya, belum dapat membaca beberapa bulan sebelum masa TK berakhir dan kami mulai memilih SD yang tepat untuknya. Tentu saja hal ini membuat saya khawatir.
Hal yang dapat saya lakukan saat itu adalah tak kenal lelah mengajarinya membaca setiap hari pada jam yang sama, yaitu sekitar jam 4 sore. Awalnya ia menolak, dan lama kelamaan ia berubah dengan sedikit ‘sogokan’, yaitu jam bermain yang lebih lama dari biasanya.
Kami hanya belajar sebentar, mungkin tak lebih dari 15 menit. Sesudah itu ia bisa bermain atau menonton film kesukaannya. Hasilnya cukup menggembirakan karena beberapa saat sebelum wisuda TK ia sudah dapat mendemonstrasikan kemampuannya dengan membaca papan reklame di sepanjang jalan yang kami lewati ketika mengajaknya bepergian.
Menurut saya, belajar membaca bukanlah sesuatu yang sulit dilakukan dan dipahami, meski seandainya anak Anda merupakan tipe yang ogah-ogahan untuk diajak belajar. Anda bisa kok menjadi guru les untuk anak sendiri.
Dengan sedikit kesabaran dan kreatifitas, buat strategi agar si kecil mau duduk bersama Anda di meja belajar. Jangan paksa mereka belajar terlalu lama, atau mereka akan merasa bosan dan apa yang telah Anda ajarkan padanya menjadi sia-sia.
Les untuk menghadapi ujian
Lalu, bagaimana kita menyikapi les tambahan yang dijalani oleh anak-anak di sekolah tingkat lanjut, seperti di SMP atau SMA? (Beberapa SD juga telah menerapkan les tambahan untuk murid mereka)
Hal ini saya lontarkan berdasarkan keprihatinan ketika menemui kenyataan banyak sekali murid SMP, SMA, dan bahkan SD yang harus pulang ke rumah di sore hari karena harus mengikuti les tambahan di sekolah (dan di tempat bimbingan belajar).
Ya, saya paham semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya, dan tak satupun orang tua yang ingin melihat buah hati mereka gagal dalam ujian. Akan tetapi, yakinkah Anda bahwa semua les itu tak membuat anak tertekan, baik secara fisik maupun psikis?
Jika anak remaja Anda benar-benar membutuhkan les tambahan, pilihlah waktu yang tepat sehingga ia tak terlalu lelah dan cukup istirahat.
Anda dapat berkonsultasi dengan guru kelas atau pihak sekolah jika Anda merasa jam les tambahan yang wajib diikuti anak tidak masuk akal. Jika anak Anda mengikuti les tambahan di sebuah bimbingan belajar, pilihlah satu atau dua mata pelajaran yang benar-benar tak dikuasainya.
Jangan lupa untuk menyenangkan hati anak dengan memberi kejutan kecil seperti memasak makanan kesukaannya atau membelikan DVD film kesukaannya untuk Anda tonton bersama di akhir pekan. Hal ini penting agar anak tak merasa sedang berada di bawah tuntutan kerja rodi karena harus terus menerus belajar tanpa henti.
Referensi :
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.