Saat lahir ke dunia, sering ditemukan bentuk kepala bayi yang beragam macam, seperti kepala yang lonjong dan peyang. Ternyata, dokter menyebutkan jika itu sudah terbentuk ketika bayi masih menjadi janin.
Selama proses persalinan normal, ternyata bentuk kepala bayi dapat berubah, itu sebabnya mengapa banyak bayi lahir dengan kepala yang memanjang. Beberapa orang tua sebenarnya sudah menyadari kondisi ini, apalagi saat ini sudah ada teknologi MRI 3D yang dapat membuat ibu melihat secara langsung ketika melahirkan.
Dilansir dari situs Parents, sebuah tim peneliti di University Hospital Center di Clermont-Ferrand, Prancis, melakukan penelitian pada 7 wanita yang secara sukarela melakukan persalinan di dalam mesin MRI. Para calon ibu itu berusia antara 23 hingga 34 tahun dan diharapkan melahirkan secara normal.
Sayangnya, saat waktu persalinan tiba, ternyata hanya 5 dari 7 wanita yang melahirkan melalui persalinan normal. Sementara 2 wanita melahirkan dengan operasi caesar darurat.
Bentuk kepala bayi berubah-ubah saat proses persalinan
Beberapa gambar 3D yang diambil selama persalinan menunjukkan bahwa tidak satu pun dari 7 bayi memiliki tulang tengkorak yang tumpang tindih selama mereka berada di dalam rahim. Akan tetapi, selama tahap kedua persalinan, menunjukkan bentuk kepala janin yang bagian-bagian tengkoraknya saling bertumpukan.
Hingga akhirnya setelah lahir, 5 dari 7 kepala bayi bergeser kembali ke bentuk normal seperti sebelum dilahirkan. Menurut penulis penelitian, hal ini berarti menunjukkan betapa fleksibelnya kepala bayi pada tahap tersebut.
“Ketika kami menunjukkan bentuk kepala janin yang berubah, kami menemukan bahwa kami telah meremehkan banyak kompresi otak selama kehamilan,” kata penulis studi Olivier Ami, M.D.
Dalam kebanyakan kasus, bayi dapat mengalami trauma. Walau demikian itu jarang terjadi, tapi masalah dapat terjadi secara tak terduga.
“Terkadang ada perdarahan otak. Dan kita tidak tahu dari mana kondisi itu berasal,” kata Dr. Ami.
Dari penelitian ini diharapkan dokter dapat menentukkan tindakan yang tepat jika kepala bayi mengalami kesulitan dalam pembentukan selama proses persalinan.
Menurut Hany Aly, M.D., Ketua Departemen Neonatologi di Cleveland Clinic Children’s, ketika kondisi ini terjadi, bayi dapat memiliki masalah perkembangan otak jangka panjang, seperti cerebral palsy.
Meski demikian, tetap diperlukan penelitian tambahan untuk mendapatkan hasil yang jelas. Hal ini berarti membutuhkan kembali sukarelawan ibu hamil yang mau dan berani untuk melakukan persalinan di mesin MRI.
Apa itu MRI?
MRI atau Magnetic resonance imaging adalah pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. Pemeriksaan yang juga disebut pencitraan resonansi magnetik ini dapat memberikan gambaran struktur tubuh yang tidak bisa didapatkan pada tes lain, seperti Rontgen, USG, atau CT scan.
Dilansir dari Alo Dokter, pada tes MRI, bagian tubuh yang akan dipindai ditempatkan pada sebuah mesin dengan magnet yang kuat. Gambar yang dihasilkan dari pemeriksaan MRI merupakan foto digital yang dapat disimpan di komputer dan dicetak untuk dipelajari lebih lanjut.
Ibu hamil boleh menjalani MRI karena tidak menggunakan radiasi sinar-X dalam prosesnya. Ini berbeda dari foto Rontgen dan CT scan.
Hingga kini belum ada bukti terhadap risiko dari medan magnet dan gelombang radio selama penggunaan MRI. Hanya saja, pemeriksaan ini mungkin akan menyebabkan rasa tidak nyaman bagi seseorang yang takut berada di ruang tertutup (claustrophobia).
Namun hal ini dapat dibicarakan dengan dokter atau petugas medis yang bertanggung jawab di ruang radiologi. Dengan begitu, pasien dapat diberikan obat penenang untuk membuatnya merasa mengantuk dan mengurangi rasa cemas sebelum dipindai.
Meski tergolong aman untuk ibu hamil, tetapi pemeriksaan MRI tidak dapat dilakukan pada semua orang. MRI tidak bisa dilakukan pada mereka yang menggunakan alat bantu berbahan logam khusus, misalnya orang yang menggunakan alat pacu jantung atau pacemaker implan. Selain karena tidak aman, logam itu kemungkinan akan mengganggu gambar yang dihasilkan MRI.
***
Semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda.
Sumber: Parents, Alo Dokter
Baca juga
Plagiocephaly; Sindrom kepala peyang pada Bayi dan Cara Menanganinya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.