Baru-baru ini, seorang remaja berinisial SC ditangkap karena telah membunuh bayinya sendiri yang baru dilahirkan di toilet IGD Rumah Sakit Umum Daerah Beriman, Kota Balikpapan. Perempuan berusia 18 tahun tersebut itu ternyata melakukan tindakan tidak terduga, dengan bayi disumpal tisu hingga tewas pada Rabu malam (24/7).
Perbuatan tersebut dilakukan karena ia merasa belum siap memiliki anak dari hubungan yang telah ia jalin dengan kekasihnya.
Kronologi kejadian
Seperti yang dikutip dari Sindo News, Kanit PPA Polres Balikpapan Ipda Kusmanto menjelaskan bahwa, pada awalnya SC memiliki keluhan sakit perut dan tidak bisa buang air besar. Maka dari itu, ia pun datang berobat ke rumah sakit ditemani oleh pamannya. Saat diperiksa, SC diminta tenaga medis untuk mengambil sampel urine di toilet. Setelah melakukan tes dan menyerahkan hasilnya, SC kembali lagi ke toilet karena merasa mulas dan ingin buang air besar.
“Dia alasan mau BAB sehabis ambil tes urine. Terus pas di dalam toilet itu rupanya dia melahirkan. Di situlah terjadi pembunuhan,” ungkap Ipda.
SC memilih untuk menyumpal bayi yang baru dilahirkan karena ia takut keluarganya tahu tentang kehamilannya. Hal ini juga telah dibuktikan oleh hasil visum, bahwa tisu yang disumpal pada mulut bayi masuk hingga tenggorokan sehingga terdapat luka di bagian tersebut. Selain itu, SC juga diketahui mencabut tali pusat bayi sebelum buah hatinya tersebut dinyatakan tidak bernyawa.
Jasad bayi dimasukkan oleh SC ke dalam kantong plastik hitam. Namun, belum sempat melarikan diri, tindakan SC diketahui oleh petugas rumah sakit dan ia pun segera dilaporkan kepada pihak berwajib untuk diperiksa.
“Ketika dia mau pergi itu dokternya minta petugas memanggil tersangka karena hasil tes menyatakan dia positif hamil. Saat diperiksa, rupanya kantong kresek yang dibawa berisi jasad bayi,” lanjut Ipda.
Bayi disumpal tisu- Pelaku sempat mengelak
Saat diperiksa polisi, SC sempat mengaku tidak berniat untuk membunuh bayi yang dilahirkannya. Ia menjelaskan bahwa tisu yang dibawanya hanya digunakan untuk mengelap darah yang keluar dari mulut dan hidung sang bayi. Dia mengaku tidak menyumpalkan tisu pada mulut anaknya tersebut.
Namun, bukti yang dikeluarkan oleh pihak berwajib mengatakan hal yang sebaliknya sehingga SC tidak bisa mengelak perbuatannya lagi. Seperti yang dikutip dari Inews.id, ia pun mengakui perbuatannya lantaran merasa malu dan belum siap menikah dengan kekasih yang telah menghamilinya.
“Belum siap dinikahi begitu aja. Pasanganku mau nikah, cuma aku belum mau nikah,” tutur perempuan yang sempat bekerja di sebuah klub malam di Balikpapan itu kepada Inews TV.
Perlunya pendidikan seks bagi remaja
Ketidaksiapan menikah dan memiliki anak menjadi alasan utama SC melakukan tindakan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi seks memang perlu diberikan pada remaja. Tak hanya itu, kasus ini juga setidaknya bisa memperlihatkan bahwa banyak remaja di Indonesia yang melakukan seks bebas.
Bahkan, belum lama ini sebuah studi terbaru menemukan fakta kalau masih ada anak muda yang melakukan hubungan seks penetrasi tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Penelitian ini dilakukan oleh oleh Reckitt Benckiser Indonesia lewat merek alat kontrasepsi Durex terhadap 500 remaja di lima kota besar di Indonesia.
Hasilnya ditemukan bahwa 33 % remaja pernah melakukan hubungan seks penetrasi. Penelitian tersebut juga memperlihatkan bahwa ada 58 % melakukan penetrasi di usia 18 sampai 20 tahun dan belum menikah.
Dalam hal ini, Inez Kristanti, seorang psikolog klinis dari Klinik Angsa Merah juga menyetujui bahwa pendidikan seks pada anak khusunya remaja perlu diberikan sedini mungkin.
Ia menjelaskan, obrolan mengenai seks antara orangtua dan anak bukanlah sesuatu yang tabu. Edukasi seks tersebut memang perlu diberikan lewat percakapan-percakapan santai agar anak lebih paham mengenai berbagai risikonya.
“Obrolan dan diskusi tentang seks tidak akan membuat anak terjerumus dalam kehidupan seks bebas. Malah, edukasi yang benar secara ilmiah dari orangtua akan membantu anak bersikap lebih bertanggung jawab atas setiap tindakannya kelak,” tutur Inez kepada theAsianparent.
Edukasi seks ini pun perlu dilakukan secara bertahap, bukan secara sekaligus. Sehingga membuat anak merasa kaget, dan membuat percakapan menjadi canggung. Ia menegaskan, pendidikan seks yang diberikan sejak dini justru bisa membantu anak agar terhindar dari berbagai risiko seperti seks bebas, pelecehan seksual, tertular penyakit menular seksual, hingga hamil di luar nikah.
Semoga saja kejadian yang dialami SC tidak terulang lagi ya, Parents!
***
Referensi: Suara.com, Inews.id, Sindonews
Baca juga:
Viral Murid TK Lakukan Pelecehan, Ini Panduan Memberikan Pengetahuan Seks Sesuai Usia Anak!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.