Kasus bayi berekor pastinya akan membuat gempar orangtua dan masyarakat sekitar tempat bayi itu dilahirkan. Kondisi bayi yang lahir dengen ekor akan dianggapa aneh bahkan bisa dikaitkan dengan mitos gaib atau semacamnya.
Sebenarnya, jika menemukan bayi berekor saat lahir, itu bukanlah suatu kondisi yang harus dikhawatirkan secara berlebih. Apalagi jika mengaitkan kondisi tersebut dengan mitos-mitos yang tidak masuk akal.
Dilansir dari situs BabyMed, ekor tersebut dinamakan sebagai ekor vestigial. Semua manusia diciptakan dengan ekor kecil yang kemudian diserap oleh tubuh dan berkembang menjadi tulang ekor.
Dalam beberapa kasus yang jarang sekali terjadi, sejumlah kecil jaringan dibiarkan menggantung pada area tulang ekor tubuh manusia, bahkan hingga 5 tulang belakang di ekor kecil yang menghasilkan ekor manusia atau ekor sisa. Namun, tidak mengandung tulang, saraf dan pembuluh darah.
Ekor vestigial, penyebab fenomena bayi berekor terjadi
Menurut ahli, ekor pada bayi manusia sama sekali berbeda dengan ekor yang ada pada hewan. Kondisi ini dianggap sebagai suatu hambatan dalam proses tumbuh kembang, yang terkadang dikaitakan dengan spina bifida atau cacat lahir yang ditandai dengan terbentuknya celah pada tulang belakang dan saraf tulang belakang bayi.
Sementara itu, para pakar medis menyatakan tidak ada faktor risiko atau penyebab pasti terjadinya ekor vestigial atau kasus bayi berekor.
Semua bayi berkembang dengan cara yang sama, terlepas dari kondisi genetik atau penyakit, dan ekor vestigial yang ada dalam perkembangan awal kemudian berakhir sebagai tulang ekor.
Dikutip dari situs Healthline, awalnya, ekor ini berkembang sekitar minggu ke-5 hingga ke-6 kehamilan dan mengandung sekitar 10-12 tulang belakang. Seiring perkembangan janin, struktur ekor menghilang atau terserap ke dalam tubuh dan membentuk tulang ekor.
Umumnya, ekor pada embrio hilang terjadi sekitar minggu ke-8 kehamilan. Meskipun sisa ekor menghilang pada sebagian besar orang, tapi terkadang ada bayi yang lahir dengan ekor karena ia mengalami hambatan selama tahap perkembangan.
Adakah komplikasi yang terjadi akibat ekor vestigial?
Sejak tahun 1884, dilaporkan terdapat sekitar 50 kasus bayi berekor atau mengalami kondisi ekor vestigial. Nah, kondisi tersebut tidak ada komplikasi yang diketahui.
Walau demikian, apabila ekor tidak dilepas, bisa mengganggu kenyamanan saat duduk. Terlebih jika ekor memiliki ukuran yang cukup panjang, karena ekor dapat mencapai 13 cm.
Penanganan jika memiliki ekor vestigial
Dalam kebanyakan kasus, ekor sisa akan diangkat segera setelah lahir. Namun, ada juga beberapa orangtua memilih untuk membiarkan ekor tetap di tempatnya, khususnya jika ekor muncul sebagai tonjolan kecil di dekat tulang belakang bagian bawah.
Pengangkatan ekor vestigial bisa dilakukan dengan cara dibedah. Cara ini tidak menyebabkan efek samping jangka panjang pada pasien.
Sebelum melakukan pembedahan, bayi terlebih dahulu akan melakukan tes MRI atau ultrasonografi. Tes ini diperlukan untuk mengklasifikasikan ekor dan memastikan jika tidak berkaitan dengan kondisi medis seperti spina bifida.
Itulah informasi terkait kasus bayi berekor yang sebaiknya Parents ketahui. Semoga bermanfaat, ya.
Baca juga:
Terlahir dengan Dua Wajah, Bayi ini Dianggap Pembawa Berkah dan Reinkarnasi Dewa
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.