Rentetan hoax terkait COVID-19 tampaknya bukan satu-satunya pekerjaan pemerintah Indonesia. Faktanya penanganan kerap terhambat lantaran masih banyaknya kasus keluarga bawa pulang jenazah Corona yang masih marak.
Kasus Keluarga Bawa Pulang Jenazah Corona
Tidak percaya dan tidak bisa menerima menjadi alasan satu keluarga di Kupang, Nusa Tenggara Timur membawa pulang jenazah dari rumah sakit. Setidaknya 11 orang diduga terlibat dalam aksi membawa paksa jenazah perempuan berinisial LHH yang berusia 27 tahun.
Sumber: liputan6
Sebelumnya, pihak keluarga membawa LHH ke rumah sakit untuk menjalani operasi kanker yang diderita. Mendiang hendak dioperasi pada Rabu (21/7) dini hari. Sayang, LHH mengembuskan napas terakhirnya.
Di lain pihak, tim medis Rumah Sakit Siloam menyebut sempat melakukan tes rapid antigen pada LHH sebelum menjalani operasi. Hasilnya, LHH dinyatakan meninggal dengan positif COVID-19. Pihak keluarga yang merasa tidak terima pun membawa pulang jenazah ke rumah. Momen ini pun terekam kamera dan menjadi viral di media sosial.
Kabid Humas Polda NTT Kombes Pol. Rishian Krisna B, S.H., S.I.K., M.H. memaparkan awalnya keluarga sudah setuju jenazah LHH dimakamkan dengan mengikuti protokol COVID-19. Namun, situasi berubah saat anggota keluarga lain datang dan tidak menerima. Akhirnya, kericuhan tak terhindarkan.
“Masih proses penyelidikan. Dari keluarga, sebagian keluarga sebetulnya menyetujui. Tapi ada keluarga yang baru datang langsung memaksa mengambil, karena anggota yang saat itu terbatas akhirnya jenazah itu sempat dibawa ke rumah,” ungkap Kombes Krisna mengutip laman Detik.
Setibanya di rumah, jenazah LHH belum sempat diturunkan dari mobil karena saat itu pihak kepolisian dan satgas berhasil bernegosiasi dengan keluarga.
“Tidak sempat diturunkan, hanya di kendaraan dan kemudian baca doa bersama. Kemudian atas negosiasi dari Polri dan satgas, mereka bersedia untuk dimakamkan secara protokol COVID-19,” terang Kombes Krisna.
Lebih lanjut, beliau menyampaikan pesan langsung dari Kapolda NTT bahwa kejadian seperti ini tidak boleh terulang lagi. Pelaku pengambilan paksa jenazah positif COVID-19 akan diproses secara hukum.
“Masih didalami. Nantinya Pak Kapolda juga sudah menyampaikan ini tidak akan dibiarkan. Tapi apabila terjadi lagi, akan ditindak sesuai aturan hukum yang berlaku,” imbuh Krisna.
Artikel terkait: Terpapar COVID-19 Seorang Dokter Tetap Layani Pasien: “Demi Kemanusiaan”
Suami dan Anak Positif COVID-19
Sumber: Detik.com
Belum selesai, kasus pengambilan paksa jenazah berbuntut panjang. Dua dari 11 anggota keluarga yang mengambil paksa jenazah terkonfirmasi positif COVID-19.
“Pada Kamis (22/7), Polres Kupang Kota bersama Dinas Kesehatan Kota Kupang sudah melakukan tes antigen terhadap 11 anggota keluarga pasien COVID-19 yang jenazahnya diambil paksa. Hasilnya, dua orang positif,” sambung Kombes Krisna.
Ia menyebutkan anggota keluarga pasien yang dinyatakan positif adalah suami dan anak. Sementara itu, perwakilan keluarga jenazah pasien COVID-19 Abdullah Ulomando pun telah menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat NTT, khususnya Kota Kupang, atas perbuatan meresahkan yang mereka lakukan.
“Pihak keluarga menyampaikan permohonan maaf atas kekeliruan yang terjadi, mengakibatkan suami dan anak almarhumah ikut terinfeksi COVID-19,” ujar Abdullah. Abdulla menegaskan hal ini sekiranya menjadi pembelajaran bagi masyarakat lain agar tidak ditiru.
Keluarga pun turut mengimbau agar apabila ada penyampaian dari RS, puskesmas, atau fasilitas kesehatan mana pun bahwa pasien terkonfirmasi positif maka harus mengikuti aturan yang berlaku.
Artikel terkait: Aturan PPKM Dilonggarkan Jika Kasus COVID-19 Menurun, Ini Kata Presiden Jokowi
Mengapa Kasus Pengambilan Paksa Jenazah Masih Terjadi?
Mengutip BBC Indonesia, Psikolog sosial dari Universitas YARSI, Sunu Bagaskara menyikapi fenomena ini. Pengambilan paksa jenazah Corona yang bukan pertama kalinya mencerminkan emosi negatif masyarakat. Terlebih, COVID-19 sudah melanda Indonesia dalam waktu yang lama.
“Orang kalau dalam situasi atau emosi negatif, terutama sedang marah akan melakukan sesuatu hal yang lebih berisiko, sehingga mereka memandang remeh sebuah risiko,” ujar Bagas. Hal itu diperparah dengan kepanikan dan shock atas semua yang terjadi.
Belum lagi, jika belum ada kepastian apakah jenazah kerabat dekat terkonfirmasi COVID-19 atau tidak. Inila yang menjadi bahan bakar masyarakat dan keluarga tidak percaya. Mengambil paksa jenazah akhirnya menjadi jalan yang diambil.
Di samping itu, budaya yang kental dengan agama membuat fenomena perebutan paksa jenazah kerap terjadi. Kebhinekaan di Indonesia tentunya membuat seluruh daerah di Indonesia memiliki tradisi berbeda dalam memperlakukan keluarga yang meninggal dunia.
“Dalam situasi seperti ini, kebiasaan-kebiasaan itu sudah tidak mungkin dilakukan. Mungkin ada beberapa keluarga yang tidak nyaman kalau harus meninggalkan kebiasaan yang sudah biasa mereka lakukan. Apalagi yang meninggal adalah orang terdekat,” jelas Bagas.
Parents, semoga kasus keluarga bawa pulang jenazah corona ini bisa menjadi pembelajaran Anda.
Baca juga:
Kisah Haru Bocah Jadi Yatim Piatu Usai Kedua Orang Tua Meninggal Akibat COVID-19
"Hoax Berperan Besar Membuat Papah Kalah Melawan COVID-19," Kisah Seorang Anak
Kisah Haru Ibu Positif Corona Jalani Operasi Caesar di ICU COVID
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.