Saat memulai MPASI, pastinya Bunda bersemangat mengenalkan berbagai macam menu makanan pada anak. Namun tentunya tak terbayang bagaimana bakteri salmonella pada sushi bisa menjangkiti si buah hati.
Kasus seorang bayi makan sushi dan akhirnya kena infeksi bakteri salmonella ini sangat penting untuk jadi bahan peringatan bagi Parents.
Bakteri ini biasanya ditemukan pada daging, ikan dan telur mentah. Umumnya, proses memasak dengan benar akan membunuh bakteri ini.
Bakteri salmonella akan menjalani masa inkubasi selama 12-24 jam, diikuti dengan demam dan diare dalam 48 jam. Tanda lainnya ialah feses yang berwarna terang dan terdapat lendir berwarna putih.
Artikel terkait: Hindari 6 Kesalahan Memberi Makanan untuk Bayi
Bayi makan sushi dan jatuh sakit karena keracunan bakteri salmonella pada sushi
Seorang ibu di Malaysia berbagi pengalaman tak menyenangkan, karena buah hatinya keracunan bakteri salmonella setelah makan sushi. Meski bayi tersebut hanya makan nasi saja tanpa ikan atau menu lainnya di restoran sushi, tetap ada kemungkinan bisa terinfeksi bakteri salmonella.
Coco Zhou menceritakan pengalamannya memberi bayi makan sushi. Walau cuma makan nasinya saja, ternyata nasi tersebut juga terkontaminasi bakteri salmonella pada sushi yang sangat berbahaya.
Anakku baru saja keluar dari rumah sakit. Dan kami mendapat pelajaran yang sangat berharga. Buah hati kami terinfeksi bakteri, dia menunjukkan gejala salmonellosis, yang merupakan infeksi dari bakteri salmonella.
Pada tanggal 10 Mei 2018, aku makan di sebuah restoran sushi. Bayiku terus saja meraih berbagai benda, jadi aku ambil sebuah sushi dengan topping telur agar bisa dia makan. Karena dia sudah mulai MPASI.
Setelah semua terjadi, saya baru sadar. Bisa jadi pegawai restoran menggunakan sarung tangan saat memotong ikan mentah dan sarung tangan yang sama digunakan untuk menyiapkan nasi sushi untuk varian lainnya juga.
Dengan cara inilah patogen dari ikan mentah berpindah ke nasi sushi dan topping lainnya. Sayangnya, aku tidak menyadari hal ini sebelum memberikan nasi sushi ke anakku.
Awalnya kupikir makan nasi sushi dengan telur tidak akan berbahaya bagi bayi, karena tidak ada ikan mentah di sana. Tapi ternyata, aku salah. Bahkan sushi telur pun bisa menjadi masalah.
Bayi makan sushi telur hingga terkena infeksi bakteri salmonella.
Bayi terkena cacar air, diare dan demam karena terinfeksi bakteri salmonella pada sushi
Coco Zhou menjelaskan secara rinci gejala yang dialami anaknya setelah terinfeksi bakteri salmonella:
11 Mei pukul 3 sore, bayiku mengalami demam tinggi hingga 38 derajat. Kami segera melarikannya ke UGD untuk ditangani.
13 Mei, demam yang dia alami terus naik turun. Bahkan kondisinya memburuk dengan diare, dia BAB hingga 6 kali sehari.
14 Mei, bayiku mengalami tanda-tanda cacar air ringan. Apalagi sebelumnya aku pernah kena cacar air, jadi pasti virusnya menyebar kepadanya. Suhu tubuhnya berkisar antara 37-38 derajat Celcius.
15 Mei, kami berkonsultasi ke dokter, yang memberi kami resep obat. Dan putriku masih mengalami gejala cacar air, demam dan diare. Di malam hari demamnya naik hingga 40 derajat.
16 Mei, kami kembali berkonsultasi dengan dokter. Hari itu dia menganti resepnya dan menambah obat anti demam dan anti diare.
17 Mei pagi, BAB bayiku berdarah. Kami segera membawanya ke rumah sakit. Dokter mengatakan bahwa bayi kami harus dirawat. Dokter juga menjalankan tes darah dan feses pada bayiku.
20 Mei, akhirnya buah hati kami bisa pulang ke rumah setelah dinyatakan pulih sepenuhnya.
Apa yang menimpa putrinya menjadi peringatan bagi Coco dan suaminya untuk lebih waspada saat memberi anak makanan di restoran. Dokter juga memberikan himbauan untuk membersihkan botol susu dengan air panas setiap kali habis dipakai. Daging, telur, ikan dan sayuran harus dimasak sampai matang sebelum diberikan pada bayi.
Selain itu, buah yang akan diberikan pada bayi harus dicuci sampai bersih. Dan tangan, kaki dan mulut bayi juga harus bersih.
Waspadai makanan yang mengandung bakteri salmonella
Menurut lembaga keamanan pangan Australia, 10 makanan berikut ini sering menjadi penyebab umum terjadinya keracunan makanan akibat bakteri yang terkandung di dalamnya.
- Daging unggas
- Telur
- Sayuran dan daun berwarna hijau
- Susu murni tanpa dipasteurisasi
- Keju
- Tauge
- Seafood
- Daging deli (daging olahan)
- Buah-buahan
Bila salah satu atau beberapa makanan di atas sering menjadi menu harian keluarga, maka Bunda disarankan untuk sangat teliti dalam menyimpan dan mengolah makanan-makanan tersebut.
Hal yang harus dilakukan di antaranya:
- Memasak hinga benar-benar matang, terutama daging unggas, telur, daging olahan, dan kecambah seperti tauge. Karena bisa jadi makanan ini mengandung bakteri yang bisa bertahan hidup walau dipanaskan.
- Mencuci buah dan sayur hingga bersih sebelum membiarkan anak memakannya, terutama bila tidak dimasak dulu.
- Mencuci bekas peralatan masak sampai bersih, terutama setelah masak makanan berbahan daging. Kalau perlu memakai sabun anti bakteri.
- Hindari memberi makanan bayi berupa telur setengah matang, mayones atau mentega.
- Simpan makanan di bawah suhu 5 derajat celcius, terutama keju, telur, daging olahan, seafood dan nasi.
- Hindari memberi anak susu yang belum dipasteurisasi, karena bisa mengandung bakteri yang dapat menyebabkan anak sakit.
Semoga informasi ini bermanfaat.
Baca juga:
"Nek, jangan beri aku nasi dan pisang, umurku baru 10 hari…"
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.