Ketidaktahuan akan bahaya ikan buntal berujung petaka, setidaknya itulah yang menimpa satu keluarga di Banyuwangi, Jawa Timur.
Adalah Muhlis Hartono (65) yang membawa ikan buntal hasil pancingannya ke rumah untuk dijadikan hidangan. Muhlis lalu menyantap ikan tersebut bersama istrinya Dewi Ambarwati (50) dan mertuanya Siti Habsah (80).
Mereka bersama-sama menyantap ikan buntal dengan bumbu santan tanpa mengetahui bahwa ikan tersebut beracun. Satu keluarga ini dua kali memakan ikan beracun tersebut yakni pada hari Senin (9/3) dan Selasa (10/3).
Pada hari pertama, mereka sebenarnya sudah mengeluhkan pusing usai mengonsumsi ikan buntal. Namun, keesokan harinya mereka tetap makan sisa ikan yang kemudian menyebabkan perut mual yang tak tertahankan. Ketiganya kemudian dilarikan ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan. Nahas, nyawa mereka tidak tertolong.
“Diduga keracunan ikan buntal hasil memancing,” ungkap Kapolres Banyuwangi Kombes Arman Asmara Syarifudin saat dikonfirmasi pada Rabu (11/3) seperti dilansir dari laman Kompas.
Hal ini diperkuat dengan tes uji laboratorium yang dilakukan aparat kepolisian terhadap sisa ikan buntal.
Muhlis dan sang istri meninggalkan seorang anak balita yang kebetulan tidak ikut makan ikan buntal tersebut. Kini, balita malang tersebut diasuh oleh pihak keluarga yang lain.
Seperti apa bahaya ikan buntal?
Kendati beracun, ikan yang akrab disapa ikan fugu ini nyatanya menjadi hidangan populer sashimi di Negeri Sakura Jepang.
Termasuk jenis ikan yang sulit diolah, tak sembarangan koki boleh menyajikan jenis ikan satu ini. Juru masak harus memegang sertifikat khusus agar dapat menyajikan ikan ini pada masyarakat dan meminimalisir bahaya ikan buntal.
Perlu diketahui ikan buntal mengandung racun bernama tetrodotoxin yang ditemukan di organ dalam ikan buntal. Jenis neurotoksin ini nyatanya mampu membunuh manusia dewasa hanya dengan dosis dua miligram saja. Para ahli menuturkan racun ikan berduri ini ribuan kali lebih kuat dari arsenik atau sianida.
Jika manusia mengonsumsi ikan buntal yang tak diolah dengan benar, tetrodotoxin tersebut akan memblokir saluran saraf yang bisa berakibat kelumpuhan. Racun ini juga bisa mengakibatkan gagal jantung dan sistem pernapasan berhenti seketika.
Hingga kini belum ditemukan penawar untuk mengeluarkan racun ikan buntal secara alami.
Inilah yang membuat konsumsi ikan buntal dilarang di sejumlah negara, contohnya Filipina.
Neurotoksin terkonsentrasi dalam organ internal ikan buntal seperti ovarium, hati, sejumlah kecil di area usus dan kulit, serta kadar tertentu di otot ikan. Efeknya bahkan dapat mematikan pada predator besar seperti hiu.
Gejala awal dirasakan dengan matinya saraf lidah dan bibir diikuti dengan pusing, muntah, mati rasa pada anggota tubuh, kesemutan, detak jantung meningkat sangat cepat, tekanan darah menurun, hingga kelumpuhan otot.
Seseorang yang keracunan ikan ini dapat bertahan selama 24 jam lebih, walaupun besar kemungkinan akan koma dalam waktu beberapa hari.
Oleh karena itu, pengetahuan mumpuni sangat dibutuhkan untuk membersihkan dan mengolah ikan ini menjadi suatu hidangan yang aman dan tidak membahayakan nyawa orang yang memakannya.
Cara mengolah dan mengurangi risiko hidangan beracun
Tak bisa dipungkiri, rasa penasaran kerap menghampiri manusia untuk mencoba hidangan ekstrim bahkan beracun. Padahal, ketidaktahuan bisa sangat membahayakan karena nyawa menjadi taruhan.
Berikut ini adalah sejumlah langkah preventif yang dapat dilakukan untuk membantu menghindari risiko keracunan pada makanan.
- Cuci tangan hingga bersih menggunakan sabun dan air hangat sebelum mengolah makanan apapun. Bilas dan keringkan dengan handuk lembut. Jangan lupa juga mencuci bersih bahan makanan yang akan diolah agar bersih dari virus dan bakteri
- Biasakan untuk mengklasifikasikan makanan setelah berbelanja. Pisahkan hidangan laut, daging, buah-buahan sesuai golongannya. Selalu gunakan talenan yang bersih untuk makanan segar dan jangan gabungkan pemotongan jenis makanan berbeda dalam satu talenan yang sama. Hindari menaruh makanan di atas piring bekas makanan mentah sebelumnya
- Bersihkan kulkas secara berkala. Setidaknya seminggu sekali, keluarkan makanan yang sekiranya sudah terlalu lama disimpan di dalamnya. Misalnya, jangan menaruh unggas mentah atau daging giling lebih dari dua hari
- Jaga kebersihan area penyimpanan makanan yang memungkinkan kontaminasi bakteri terjadi
- Masak makanan pada suhu yang aman. Ketahuilah bahwa setiap jenis makanan memiliki suhu aman ideal dalam pengolahannya. Contoh memasak aneka jenis daging sebaiknya dimasak pada suhu internal minimum 63 ° Celcius. Untuk memastikan kualitas makanan, tunggu setidaknya tiga menit sebelum memotong atau memakannya. Berbeda dengan daging unggas, termasuk kalkun atau ayam, yang sebaiknya dimasak dengan suhu aman minimal 74 ° Celcius.
- Simpan bahan makanan pada suhu yang aman. Bahan makanan yang belum akan diolah idealnya disimpan pada suhu 4 ° Celcius atau lebih rendah, sementara makanan tak lagi aman jika dibiarkan pada suhu antara 4 ° hingga 60 ° Celcius selama lebih dari dua jam (atau satu jam jika suhu di atas 32 ° Celcius).
- Ikuti petunjuk pengolahan yang tertera pada kemasan. Khusus ikan buntal, kebanyakan orang amatir membuat kekeliruan dengan turut menggoreng dan mengonsumsi bagian tubuh yang sangat beracun termasuk hati, indung telur, otak, mata, dan usus.
Semoga informasi bermanfaat dan kita bisa mengonsumsi makanan apapun dengan bijaksana.
Sumber: Kompas.com, The Jakarta Post, Food & Wine, The Guardian
Baca juga :
Ada silica gel di hidangan Masterchef, Chef Renatta:"Ini tak bisa saya terima"
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.