Kabar duka datang dari suami aktris Joanna Alexandra, yakni Raditya Oloan. Sang suami diketahui meninggal dunia pada Kamis (6/5/2021) setelah dirawat secara intensif di ICU karena terpapar COVID-19. Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, laki-laki 36 tahun tersebut diketahui sempat mengalami badai sitokin.
Joanna juga sebelumnya sempat menceritakan kondisi sang suami yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Ia menjelaskan bahwa Raditya memang memiliki Riwayat asma serta fungsi ginjal yang kurang baik.
Kondisinya pun sempat menurun, sebab adanya hiperinflamasi yang disebabkan oleh badai sitokin. Selain itu, ada juga infeksi akibat bakteri yang dikatakan cukup kuat.
“Kondisinya post-covid dengan komorbid asma, and he is going through a cytokine storm yang menyebabkan hyper-inflammation in his whole body,” terangnya.
Artikel Terkait: Keluarga Joanna Alexandra Positif COVID-19, Suami Dirawat di IMCU
Apa Sebenarnya Badai Sitokin Itu?
Suami Joanna Alexxandra, yakni Raditya Oloan diketahui mengalami badai sitokin pasca COVID-19 hingga akhirnya meninggal dunia.
Badai sitokin atau cytokine storm ini erat kaitannya dengan kondisi infeksi, termasuk COVID-19. Kondisi ini terjadi karena respon imun tubuh yang berlebihan karena infeksi.
Melansir Kompas.com, penanggungjawab logistik dan perbekalan farmasi RSUP Dr. Kariadi Semarang, Mahirsyah Wellyan mengungkapkan bahwa badai sitokin merupakan reaksi imunitas yang berlebih. Saat respon imun berlebihan, tubuh bisa mengalami hyperinflammation.
Penyebab Badai Sitokin
Sampai saat ini, penyebab pasti kondisi ini masih belum bisa dijelaskan. Sitokin merupakan protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel.
Terdapat perbedaan yang penting antara badai sitokin yang dialami penderita COVID-19 dengan penyakit infeksi virus pernapasan lainnya. Hal tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan Earlham Institute (EI) dan Quadram Institute, bekerja sama dengan Korcsmaros Group, dan dipublikasikan di jurnal Frontiers in Immunology.
Menurut Marton Olbei, pemimpin proyek di Korcsmaros Group mengungkapkan bahwa badai sitokin menjadi faktor kunci di balik tingkat kematian pasein COVID-19 tertentu. Karenanya, penting untuk memahami alasan hal tersebut bisa terjadi.
Artikel Terkait: Kabar Duka! Suami Joanna Alexandra Meninggal Dunia
Banyak Pasien Meninggal Dunia karena Kondisi Ini
Pasien penderita COVID-19 lebih rentan terhadap dampak dari badai sitokin.
Para peneliti menemukan bahwa bagi kelompok pasien COVID-19 ini bisa ditimbulkan oleh sistem kekebalan tubuh yang bereaksi berlebihan. Jadi bukan karena virus, melainkan berakibat fatal karena kekebalan spesifik pasien.
Sistem kekebalan yang fungsi seharusnya menjaga dari infeksi justru bisa membuat penyakit bertambah parah. Biasanya sitokin atau protein untuk daya tahan tubuh akan bekerja dalam jumlah yang sedang.
Sitokin dalam tubuh kita normalnya hanya berfungsi sebentar. Ia akan berhenti sampai kekebalan tubuh di area infeksi.
Dalam kasus badai sitokin, sitokin akan terus mengirimkan sinyal sel sehingga sel-sel kekebalan tubuh terus berdatangan dan di luar kendali. Dalam kondisi ini pun, paru-paru bisa mengalami peradangan parah karena sistem imun yang sedang berusaha keras membunuh virus. Peradangan yang dialami membuat sistem imun melepas molekul yang bersifat racun untuk virus maupun jaringan paru-paru.
Menurut Carl Fichtenbaum, MD, profesor di divisi penyakit menular di University of Cincinnati College of Medicine kondisi inilah yang bisa berbahaya. Sebab, kerusakan tubuh pasien bisa dialami bahkan hingga meninggal dunia.
Fungsi paru-paru pasein bisa menurun. Akibatnya, pasien jadi sulit bernapas hingga meninggal dunia.
Pada akhirnya, badai sitokin ini akan bergantung pada daya tahan tubuh seseorang atau kekebalan tubuh yang dimiliki untuk melawan virus yang masuk.
Artikel Terkait: Perjuangan Joanna Alexandra membesarkan anak dengan penyakit langka
Kondisi ini sebetulnya masih bisa diatasi, salah satunya ialah dengan pemberian obat. Interleukin-8 merupakan salah satu jenis sitokin yang terlibat dalam inflamasi maupun kanker. Untuk mengobatinya, biasanya diberikan obat anti-interleukin-6, seperti Tocilizumab dan Sarilumab.
Di sisi lain, pemberian vitamin C pun diperlukan karena sifat antioksidannya yang bisa mengurangi tingkat keparahan.
Itulah sedikit penjelasan tentang badai sitokin untuk menambah informasi Anda. Sekali lagi, turut berduka cita atas berpulangnya suami Joanna Alexandra. Semoga ia bisa tenang dan keluarga yang ditinggalkan mendapatkan ketabahan.
****
Baca Juga:
Cerita Lika-Liku Pernikahan di Usia Muda, Joanna Alexandra: "Banyak Tantangannya"
Diet pasca melahirkan ala Joanna Alexandra, turun 10 kg dalam waktu 6 bulan!
Anak Bungsu Positif COVID-19, Joanna Alexandra Bagikan Momen di Wisma Atlet
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.