Orangtua akan sangat bangga saat anak mereka telah memiliki kemampuan baca, tulis dan hitung (calistung) pada usia dini. Oleh sebab itu, banyak orangtua telah membiasakan anak balita mereka belajar calistung di rumah, dan di sekolah (Pendidikan Anak Usia Dini dan Taman Kanak-kanak ). Namun, apakah hal ini meruapakan tindakan yang tepat?
Kemendikbud himbau agar anak PAUD-TK tidak dipaksa belajar calistung
Dilansir dari Media Indonesia, DIREKTORAT Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen PAUD dan Dikmas-Kemendikbud) meminta pelaksana satuan pendidikan setingkat PAUD atau TK tetap menggunakan pendekatan pra-literasi dan pra-membaca kepada para peserta didiknya.
“Anak-anak usia PAUD atau TK janganlah dipaksakan untuk dapat membaca, menulis dan berhitung atau calistung. Bukannya dilarang. Namun pendekatan seusia mereka berbeda yakni dengan pendekatan praliterasi dan pramembaca,“ kata Dirjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud, Harris Iskandar.
Harris menjelaskan bahwa, pada dasarnya anak memiliki 8 kecerdasan yakni linguistik, logika dan matematika, intrapersonal, interpersonal, musik, spasial, kinetik, dan naturalis.
Dengan banyaknya kecerdasan dasar anak, orangtua memiliki tugas untuk mencermati dan memperhatikan semua kecerdasan tersebut, dan tidak terpaku dengan salah satu kecerdasan saja.
Harris mengimbau para orangtua untuk tidak terlalu khawatir jika anaknya belum mampu calistung saat mereka balita. Apalagi jika sampai memaksakan anak menguasai calistung agar anak bisa diterima di sekolah.
“Kecerdasan anak bukan logika dan matematika saja. Kita amati kecerdasan dalam spasial dan musik itu kan kodratnya luar biasa. Kasihan kalau anak dipaksakan, tertutup nanti kecerdasannya yang lain,” cetusnya.
Harris juga mengutarakan bahwa, jika anak dipaksakan menguasai kemampuan baca tulis hitung sejak usia dini, dikhawatirkan kemampuan kognitif mereka akan menurun drastis saat duduk di kelas 3 atau kelas 4 SD. Di sisi lain, memaksakan anak agar dapat calistung saat masih usia dini juga dapat menghambur-hamburkan uang dan dapat merusak mental mereka.
“Buat apa kita membuat PAUD jika anak tanpa disadari akan dirusak. Lebih baik tidak usah ke PAUD saja, ini saya anjurkan daripada memaksakan calistung di PAUD,” pungkas Harris.
Berapa usia yang tepat untuk anak belajar baca tulis hitung?
Dilansir dari Web MD, anak-anak mungkin boleh mulai belajar membaca, menulis dan menghitung pada usia 6 tahun (kelas satu sekolah dasar).
Anak-anak 6-10 tahun belajar membaca dengan cara:
- Belajar mengenal alfabet pada kelas satu
- Mengingat nama dan suara semua huruf besar dan kecil pada kelas dua
- Membaca secara mandiri dan lancar saat kelas tiga.
Anak-anak 6-10 tahun belajar menulis dengan cara:
- Menulis huruf konsonan di kelas satu
- Sudah mampu menulis dengan jelas dan mudah pada kelas satu
- Menulis cerita dengan karakter, aksi, latar, dan sedikit detail di kelas dua.
Anak-anak 6-10 tahun belajar matematika dengan cara:
- Menghitung dan memahami angka
- Memahami jumlah seperti berapa banyak item dalam satu wadah
- Mengidentifikasi bentuk dasar seperti kotak dan segitiga pada kelas satu
- Mengetahui waktu dan jumlah uang pada kelas dua
- Memahami pecahan pada kelas empat.
Semoga kebijakan ini bisa segera diterapkan dalam kurikulum pendidikan, supaya anak usia PAUD dan TK bisa menikmati masa kanak-kanak mereka dengan bermain sepuasnya.
Semoga informasi di atas bermanfaat.
Baca juga:
Kapan usia ideal anak belajar membaca? Ini pendapat ahli dan lakukan 5 stimulasi ini
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.