Bisa Kita Contoh Nih Parents! Begini Aturan Bermain Anak-Anak Jepang

Anak-anak di Jepang memiliki aturan bermain yang diterapkan sejak kecil. Bahkan pemerintah mendukung dengan menerapkan sejumlah kebijakan

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Di Jepang mungkin amat sulit ditemukan adegan emak-emak bawa sapu dan menyuruh anaknya pulang ke rumah karena hari sudah sore. Anak-anak di Jepang memiliki aturan bermain yang sudah diterapkan sejak kecil. Aturan bermain anak Jepang itu dibuat dari kesepakatan anak dan orang tua, dukungan dari pemerintah setempat, serta manner alias tata krama orang Jepang saat berinteraksi dengan orang lain. Benar sekali, anak sejak kecil sudah diajari tata krama tersebut.

Penasaran bagaimana aturannya, Parents? Berikut ini rangkumannya berdasarkan pengalaman saya ketika tinggal di Jepang.

Saat bermain ke rumah teman

Biasanya anak yang akan main ke rumah teman akan mengonfirmasi terlebih dahulu, bahkan jauh hari sebelumnya. Yang jelas, tidak dadakan asal main saja. Ibu si anak yang akan bermain biasanya akan membawakan cemilan atau kue untuk sekadar buah tangan kecil-kecilan.

Toh itu nanti akan dimakan bersama oleh anak-anak. Namun, tidak wajib. Karena hal ini sudah lazim dan umum, ada juga anak yang menjelaskan ke tuan rumah kalau misalnya ia tidak membawa apa-apa. Tentu saja tidak masalah karena biasanya ibu tuan rumah sudah menyiapkan cemilan untuk anak-anak yang bermain tersebut.

Saat masuk ke dalam rumah temannya, mereka akan mengucapkan salam “ojama shimasu” yang artinya kira-kira “maaf, saya mengganggu” yang bisa disamakan dengan kata “permisi”. Tak lupa mereka menata sandal dengan baik.

Kemudian, mereka bermain dan biasanya hanya akan di rumah saja. Bermain game, karuta, membaca komik, robot, dan hal lainnya bersama. Ibu tuan rumah biasanya ikut mengawasi mereka sambil memasak di dapur untuk menyiapkan makan malam keluarganya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kalaupun beraktivitas di luar, biasanya hanya di sekitar rumah saja. Bermain badminton atau lompat tali di halaman rumah, misalnya.

Biasanya anak yang bermain di rumah temannya ini akan menginfokan kepada orang rumah akan pulang jam berapa. Ibu tuan rumah juga akan mengingatkan jamnya.

Kalau sudah waktunya, anak-anak yang datang bermain akan berpamitan dengan santun dan baik. Tak lupa mengucapkan terima kasih kepada teman dan ibu tuan rumah.

Artikel terkait: Mengapa Anak-anak Jepang adalah Anak Paling Sehat di Dunia? Inilah alasannya

Aturan bermain anak Jepang di luar rumah

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kalau bermain bersama di luar rumah, di taman misalnya, biasanya anak-anak ditemani dan diawasi oleh salah satu ibu anak-anak tersebut. Atau kalau sudah besar, mereka bisa saja bermain tanpa diawasi.

Mereka harus menepati janji akan bermain sampai jam berapa dan harus pulang tepat waktu. Biasanya anak-anak mulai bermain setelah pulang sekolah atau sekitar jam 2 siang.

Di beberapa kota, ada sirene dari balai kota yang menandakan jam pulang bermain. Biasanya sirene ini akan berbunyi antara jam 16.30 sampai 17.30, tergantung musimnya.

Pada saat musim dingin, jam 16.30 sudah cukup gelap, dan sebaliknya, saat musim panas terangnya lebih lama, sehingga gelapnya menjadi sekitar jam 17.30.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tidak hanya untuk pengingat jam pulang bermain, sirene dan speakernya juga dimanfaatkan saat situasi darurat dan evakuasi, serta menginformasikan orang hilang.

Dalam satu wilayah, biasanya ada kouban (pos polisi) yang berjaga 24 jam. Terkadang, polisi ini berpatroli, bahkan ada yang menggunakan sepeda, untuk mengecek dan memastikan keamanan keselamatan warganya.

Artikel terkait: Mengenal Uniknya Mama-tomo, Circle Pertemanan Ibu-Ibu Jepang

Aturan saat bertemu orang asing

Ada beberapa hal yang sering disampaikan oleh orang tua maupun pihak sekolah kepada anak-anak untuk berhati-hati dan waspada terhadap orang yang tidak dikenalnya. Hal ini dilakukan karena banyaknya kasus penculikan anak di Jepang.

Pertama, jangan mau dibujuk oleh orang asing dengan permen dan makanan maupun game.

Kedua, menjaga jarak dengan orang yang mencurigakan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ketiga, berteriaklah kalau mendapati bahaya atau menarik tali dari alarm darurat yang selalu digantung di tas sekolah mereka (di Jepang, setiap anak SD wajib membawa alarm gantung ini dan alarm ini dibagikan secara gratis oleh sekolah dan pihak kepolisian).

Keempat, segera melapor ke guru maupun orang dewasa saat terjadi sesuatu yang mencurigakan (misalnya diikuti dari belakang, diancam, dll).

Dulu sewaktu di Jepang, saya pernah menyapa kakak teman TK anak saya saat menjemput adiknya. Niatnya sih sok kenal sok dekat bertanya tentang permainan yang dimainkan dengan teman-temannya.

Saya pikir bakal direspon baik dan ramah tetapi ekspresi mereka justru bingung dan seolah-olah ingin pergi. Saya pun memilih untuk mundur teratur. Mungkin mereka takut atau berhati-hati.

Artikel terkait: Pengalamanku Menyekolahkan Anak di TK Jepang, Apa yang Beda dengan Indonesia?

Setelah anak saya masuk SD, saya baru paham ternyata memang pihak sekolah menginformasikan agar tidak sembarangan berbicara dengan orang asing. Ada sosialisasi dari pihak kepolisian juga yang diadakan oleh pihak sekolah agar lebih berhati-hati terhadap orang yang tak dikenalnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Padahal sebenarnya saya dan anak kecil tersebut sudah sering bertemu juga, lho. Namun ternyata, tingkat kedekatan juga mempengaruhi orang Jepang untuk saling berbicara.

Jadi, jangan sembarangan menyapa anak kecil di Jepang. Kalau kita dianggap terlalu mencurigakan, bisa-bisa ia akan menarik tali alarm darurat di tasnya. Suaranya cukup nyaring dan memekakkan telinga sehingga membuat orang dengan jarak 5-10 meter bisa dengan jelas mendengarnya.

Demikianlah aturan dan tata krama bermain anak-anak di Jepang. Beberapa hal bisa kita contoh dan terapkan kepada anak-anak kita ya, Parents. Terutama bagian kesepakatan mentaati waktu dan menepati janji pulang tepat waktu.

Ditulis oleh Primasari N. Dewi, UGC Contributor theAsianparent.com.

Artikel UGC lainnya:

id.theasianparent.com/alasan-belum-memberikan-ponsel-ke-anak

id.theasianparent.com/menikah-dari-nol

Aku Mengajak Anakku Menyelamatkan Bumi dengan Clodi