Asfiksia pada bayi mengapa bisa terjadi?
Hari kelahiran menjadi momen yang ditunggu, membahagiakan, sekaligus menegangkan dalam waktu bersamaan. Bagaimana tidak, momen tersebut merupakan pertaruhan antara hidup dan mati bagi ibu maupun janin.
Saat proses kelahiran ini, salah satu hal yang patut diwaspadai ialah asfiksia pada bayi karena cedera lahir.
Berbeda dengan cacat lahir akibat kondisi genetik, cedera lahir bisa terjadi pada bayi pada saat persalinan yang menimbulkan trauma, misalnya saja asfiksia. Kondisi ini terjadi saat bayi tidak bisa bernapas secara normal saat sebelum, ketika, dan pasca dilahirkan.
Hal ini bisa menyebabkan bayi kekurangan bahkan tidak mendapatkan oksigen yang memadai untuk tubuhnya. Tidak bisa dianggap sepele, kondisi ini membahayakan karena bisa merusak otak bayi hingga menyebabkan kematian.
Lalu apa penyebabnya?
Asfiksia pada Bayi
Tentu kita semua tidak ingin hal ini terjadi pada si Kecil ya, Parents. Oleh karena itu, mengetahui penyebab dan melakukan upaya pencegahan menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Ada beberapa penyebab penurunan oksigen sebelum atau selama proses kelahiran terjadi ini. Beberapa penyebabnya antara lain:
- Kondisi tekanan darah rendah pada ibu
- Sumbatan jalan napas bayi
- Anemia saat hamil karena bisa memengaruhi asupan oksigen ke dalam tubuh janin
- Lepasnya tali pusat terlalu cepat pada kandungan atau prolaps
- Tali pusat terjepit sehingga mengurangi aliran darah pada janin
- Fungsi plasenta yang buruk disertai dengan tekanan darah tinggi saat hamil
- Kehamilan yang melewati usia 42 minggu
- Persalinan berlangsung sangat lama
- Kondisi bayi prematur saat paru-paru belum sepenuhnya berkembang
- Sindrom aspirasi mekonium atau terisapnya cairan amnion yang sudah terkontaminasi mekonium atau kotoran pertama bayi
Gejala Asfiksia pada Bayi
Bayi yang mengalami asfiksia ini bisa menunjukkan berbagai gejala yang berbeda. Namun, setelah dan sebelum dilahirkan ada beberapa gejala yang bisa diperhatikan.
Sebelum dilahirkan, bayi yang mengalami asfiksia ini menunjukkan gejalanya, meliputi:
- Denyut jantung atau irama yang tidak normal.
- Tingkat asam yang meningkat dalam darah bayi.
Saat setelah lahir, beberapa gejalanya meliputi:
- Warna kulit kebiru-biruan atau pucat
- Detak jantung lemah
- Otot dan refleks yang lemah
- Menangis lemah atau tidak menangis
- Napas terengah-engah atau lemah
- Terdapat mekonium dalam cairan ketuban, yang dapat menghalangi saluran udara kecil dan mengganggu pernapasan
Bayi yang Lebih Berisiko Mengalami Asfiksia
Karena berbagai penyebab di atas, beberapa kondisi bayi menjadi lebih rentan mengalaminya. Secara spesifik, beberapa kondisi ibu dan bayi yang lebih berisiko, antara lain:
1. Bayi Prematur
Bayi yang lahir dalam kondisi prematur biasanya belum memiliki organ-organ yang berkembang secara sempurna. Hal inilah yang membuat bayi prematur lebih berisiko tinggi mengalaminya.
Selain itu, berat bayi lahir rendah juga rentan mengalami kondisi ini.
2. Kehamilan Berisiko Tinggi
Bumil yang memiliki kehamilan berisiko wajib waspada, ya. Terutama bayi yang lahir dari ibu dengan kondisi seperti diabetes melitus atau preeklamsia juga berisiko lebih besar.
3. Usia Ibu
Usia ibu yang lebih rendah bisa juga menjadi faktor kejadian ini. Hal ini dibuktikan oleh sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Italian Journal of Pediatrics.
4. Demografi
Menurut penelitian, ibu yang tinggal di negara berkembang lebih mungkin mengalaminya, khususnya bagi mereka yang memiliki akses terbatas untuk prenatal dan posnatal.
Diagnosis Asfiksia pada Bayi
Ada beberapa tes yang digunakan untuk mendiagnosis asfiksia lahir pada bayi, diantaranya:
- Pengecekan kadar asam dalam darah arteri tali pusat. Bila pH kurang dari 7,00 biasanya kondisi asfiksia positif terjadi.
- Tes Apgar digunakan tepat setelah kelahiran untuk mengevaluasi warna, detak jantung, refleks, tonus otot dan pernapasan bayi baru lahir. Pada bayi dengan kondisi ini, Skor Apgar yang dihasilkan ialah nol hingga tiga selama lebih dari lima menit.
- Memperlihatkan masalah neurologis, seperti kejang, koma, dan tonus otot yang buruk.
- Terlihat adanya gangguan pernapasan, tekanan darah rendah, atau tanda-tanda aliran darah rendah ke ginjal atau usus.
- Terdiagnosis mengalami masalah dengan sistem peredaran darah, pencernaan, dan pernapasan bayi juga dapat menunjukkan bahwa bayi mengalami asfiksia lahir.
Untuk mencegah kondisi ini terjadi saat persalinan, hendaknya kita menjaga kondisi kehamilan tetap sehat ya, Bun. Bila Bunda memiliki satu atau lebih faktor risiko seperti yang sudah disebutkan, perbanyaklah konsultasi dengan dokter.
Kusumaningrum, Yuli, et.al. 2019. Low Birth, Prematurity, and Pre-Eclampsia as Risk Factors of Neonatal Asphyxia.
UCSF Benioff Children’s Hospitals
Birth asphyxia
Healthline
Pulmonary Actinomycosis
Baca Juga :
10 Cara Merawat Bayi Baru Lahir, Ini yang Perlu Parents Perhatikan