Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun yang menyebabkan nyeri dan kerusakan sendi di seluruh tubuh.
Artritis reumatoid (AR) adalah penyakit peradangan kronis yang melibatkan sendi-sendi di seluruh tubuh. Sendi yang terdampak dapat mengalami bengkak dan nyeri. Dalam jangka panjang, bisa terjadi erosi tulang dan kelainan bentuk sendi.
Proses peradangan akibat artritis reumatoid juga dapat merusak berbagai sistem organ dalam tubuh, seperti kulit, mata, paru-paru, jantung, dan pembuluh darah.
Kondisi ini termasuk kelainan autoimun yang terjadi ketika sistem kekebalan secara keliru menyerang jaringan tubuh sendiri.
Gejala Artritis Reumatoid
Sebagian besar kasusnya memang muncul secara diam-diam. Dalam arti, penyakitnya sudah terjadi berminggu-minggu hingga berbulan-bulan sebelum timbul gejala khas yang cukup menganggu dan mendorong seseorang untuk mencari pertolongan medis.
Gejala awal biasanya mencakup:
- Rasa lelah
- Nyeri otot
- Demam ringan
- Penurunan berat badan
- Mati rasa dan kesemutan di tangan
Gejala-gejala ini bisa muncul sebelum nyeri atau kekakuan sendi dirasakan.
Kadang-kadang, gejala AR yang pertama kali muncul berkaitan dengan peradangan jaringan di luar sendi. Seperti misalnya, nyeri dada atau sesak nafas akibat peradangan jaringan paru.
Gejala AR yang berhubungan dengan sendi umumnya memiliki ciri-ciri berikut:
- Melibatkan sendi yang sama pada kedua sisi tubuh.
- Umumnya mengenai sendi-sendi kecil, seperti pada jari-jari tangan dan kaki, meski juga bisa diawali oleh gangguan pada sendi-sendi besar, seperti lutut atau bahu. Sekitar 20-50 persen individu juga mengalami gangguan pada sendi pusat yang besar seperti pinggul dan tulang belakang.
- Gejala muncul perlahan dan mencakup:
- Nyeri
- Kaku sendi, paling mengganggu di pagi hari atau setelah duduk dalam waktu lama. Kekakuan pada sendi ini dapat bertahan hingga lebih dari satu jam.
- Kemerahan
- Rasa hangat saat disentuh
- Pembengkakan sendi
- Gejala dapat hilang timbul atau berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya.
Sedangkan gejala AR di luar sendi, mencakup:
- Nodul reumatoid, yakni benjolan di bawah kulit yang tidak nyeri. Benjolan ini dapat bergerak dengan mudah ketika disentuh, tetapi bisa juga melekat ke jaringan yang lebih dalam. Nodul reumatoid paling sering ditemukan di sisi bawah lengan bawah dan pada siku tangan. Selain itu, bisa muncul di bagian belakang kepala, bagian dasar tulang belakang, tendon Achilles di pergelangan kaki, dan tendon-tendon tangan.
- Gejala akibat peradangan di berbagai organ, seperti:
-
- Nyeri dada dan sesak nafas akibat peradangan pada dinding rongga dada dan jaringan luar jantung.
- Sesak nafas dan batuk kering akibat peradangan paru.
- Mati rasa, kesemutan, kelemahan anggota tubuh akibat peradangan saraf.
- Nyeri atau gangguan penglihatan akibat peradangan pada bagian putih mata (sklera).
- Penurunan jumlah sel darah putih sehingga rentan infeksi, yang terjadi akibat pembesaran limpa.
- Mata dan mulut yang kering. Pada wanita, dapat terjadi vagina kering yang menyebabkan nyeri saat berhubungan intim.
- Peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis) dapat menyebabkan berbagai macam gejala, tergantung lokasi pembuluh darah yang terlibat.
Secara umum, gejala-gejala pada AR berkembang secara perlahan dan tidak selalu bisa diketahui dengan persis kapan kemunculannya pertama kali. Tingkat keparahan dan gejala yang dirasakan dapat sangat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya.
Sebagian besar individu mengalami gejala yang sifatnya terus-menerus. Sebagian lagi mengalami gejala yang kemudian dapat hilang sepenuhnya. Dan sisanya, mengalami gejala yang bersifat hilang timbul, di mana pada satu waktu muncul gejala yang mengganggu dan di waktu lainnya hilang sama sekali.
Penyebab Artritis Reumatoid
Hingga kini, masih belum diketahui secara pasti apa yang jadi penyebab pasti AR. Namun, faktor-faktor berikut meningkatkan risiko seseorang mengalaminya.
- Jenis kelamin. Wanita tiga kali lipat lebih berisiko mengalami AR ketimbang pria.
- Faktor genetik. Individu dengan varian spesifik dari gen human leukocyte antigen (HLA) lebih berisiko mengalami AR daripada individu dengan varian gen lainnya. Meski demikian, individu dengan varian gen HLA ini belum tentu mengalami AR. Ini menunjukkan bahwa ada faktor lain yang berperan dalam perkembangan penyakit.
- Infeksi. Infeksi virus atau bakteri tertentu dapat memicu kejadian AR.
- Merokok. Kebiasaan ini diketahui meningkatkan risiko terjadinya artritis reumatoid yang berat.
- Stres. Hasil studi menyebutkan bahwa kemunculan gejala AR kerap didahului oleh adanya stres atau pengalaman traumatik seperti perceraian, kecelakaan, atau kehilangan orang terdekat.
Diagnosis Artritis Reumatoid
Diagnosis artritis reumatoid diputuskan berdasarkan pertimbangan dari banyak faktor. Ini merupakan kombinasi dari tanda dan gejala yang khas, serta hasil pemeriksaan laboratorium dan rontgen.
Berikut adalah hal-hal yang dinilai untuk menentukan apakah seorang individu betul mengalami AR:
- Adanya kekakuan di pagi hari yang berlangsung paling sedikit satu jam dan telah muncul setidaknya selama enam minggu
- Adanya pembengkakan pada tiga atau lebih sendi selama paling sedikit enam minggu
- Adanya embengkakan pada sendi pergelangan tangan, tangan dan jari-jari tangan selama paling sedikit enam minggu
- Adanya pembengkakan sendi yang sama pada kedua sisi tubuh
- Adanya perubahan pada rontgen tangan yang khas AR
- Adanya Nodul reumatoid pada kulit
- Hasil tes darah positif untuk faktor reumatoid (RF) dan/atau antibodi anti-citrullinated peptide (ACPA)
Meski demikian, tidak semua hal di atas terjadi pada individu dengan AR yang masih dini. Sebaliknya, hal-hal tersebut juga bisa ditemukan pada individu dengan penyakit reumatik lainnya.
Pada kebanyakan kasus, diperlukan pemantauan kondisi dari waktu ke waktu sebelum memastikan diagnosis artritis reumatoid.
Cara Mengobati Artritis Reumatoid
Hingga kini, artritis reumatoid belum bisa disembuhkan secara total. Akan tetapi, ada beberapa cara untuk mengelola kondisinya. Pengobatan ditujukan untuk mengendalikan gejala, mencegah kerusakan sendi, serta menjaga kualitas hidup dan produktivitas pengidapnya.
Pada umumnya, individu dengan AR akan diberikan obat-obatan berikut:
-
- Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Obat ini digunakan untuk meredakan nyeri dan peradangan. Jenisnya yang bisa dibeli bebas yakni ibuprofen dan naproxen sodium.
- Obat golongan steroid seperti prednisone atau methylprednisolone. Obat ini bertujuan untuk mengurangi nyeri, peradangan, dan memperlambat kerusakan sendi.
- Disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs). Obat-obat ini dapat memperlambat kerusakan akibat AR, sehingga menjaga sendi dan jaringan lain dari kerusakan permanen. Obat-obat yang termasuk DMARDs adalah methotrexate, leflunomide, hydroxychloroquine, dan sulfasalazine. Studi-studi menunjukkan bahwa remisi gejala (periode di mana gejala hilang sama sekali) lebih mungkin terjadi ketika obat-obatan ini diberikan lebih awal.
- Agen biologis atau pengubah respon biologis (biologic response modifiers). Obat-obat dalam golongan ini menyasar sistem kekebalan yang memicu peradangan sendi dan kerusakan jaringan. Kerjanya paling efektif bila dikombinasikan dengan DMARDs. Contoh obat agen biologis yakni abatacept, adalimumab, anakinra, baricitinib, certolizumab, etanercept, golimumab, infliximab, rituximab, sarilumab, tocilizumab, dan tofacitinib.
Jenis obat-obatan yang dianjurkan dokter bergantung pada berat ringannya gejala dan berapa lama seseorang sudah mengalami AR. Untuk obat golongan steroid, DMARDs, dan agen biologis, hanya bisa diperoleh dengan resep dokter. Penggunaannya pun harus sesuai anjuran dokter dan penuh kehati-hatian sebab dapat meningkatkan risiko infeksi.
Bila obat-obatan tidak dapat mencegah atau memperlambat kerusakan sendi, dapat dipertimbangkan operasi untuk memperbaiki sendi yang rusak. Operasi dapat mengurangi rasa nyeri dan mengembalikan fungsi sendi.
Operasi untuk kasus AR biasanya melibatkan salah satu atau lebih prosedur berikut:
- Sinovektomi, yakni operasi untuk mengangkat dinding sendi yang meradang (sinovium). Operasi ini ditujukan untuk sendi lutut, siku, pergelangan tangan, jari-jari tangan, dan pinggul.
- Perbaikan tendon. Peradangan dan kerusakan sendi dapat menyebabkan tendon di sekitar sendi mengendur atau robek.
- Joint fusion atau operasi untuk menyatukan sendi. Jenis operasi ini biasanya dipilih bila operasi penggantian sendi tidak bisa dilakukan. Tujuannya untuk menstabilkan atau menyesuaikan kembali posisi sendi dan untuk meredakan nyeri.
- Penggantian sendi total, di mana sendi yang rusak diangkat dan digantikan oleh prostesis (sendi buatan) yang terbuat dari logam dan plastik.
Pengobatan yang Bisa Dilakukan di Rumah
Selain pengobatan medis, penyesuaian gaya hidup di rumah juga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pengidap AR. Ini termasuk pengelolaan diet, olahraga, istirahat, dan penggunaan alat bantu.
Pengidap AR dianjurkan untuk mengonsumsi makanan-makanan yang dapat menurunkan proses peradangan. Ini mencakup konsumsi:
- Makanan kaya asam lemak omega-3, seperti ikan berlemak (salmon, tuna, herring, makerel), biji-bijian dan kacang-kacangan.
- Makanan tinggi antioksidan (vitamin A, C, E, dan selenium), seperti buah beri, coklat hitam, bayam, dan kacang merah.
- Makanan tinggi serat yang berasal dari biji-bijian utuh, polong-polongan, serta buah dan sayur segar.
- Makanan yang mengandung flavonoid seperti produk kacang kedelai (tahu, tempe, susu kedelai), teh hijau, brokoli, dan anggur.
Sedangkan makanan yang perlu dihindari yakni makanan yang berasal dari karbohidrat olahan (karbohidrat sederhana), serta makanan tinggi asam lemak jenuh dan asam lemak trans seperti makanan berlemak, gorengan, dan kue-kue kering.
Aktivitas fisik dengan intensitas ringan dapat memperbaiki rentang gerak sendi dan meningkatkan mobilitas Anda. Ini juga dapat memperkuat otot, yang membantu meringankan beban atau tekanan pada persendian.
Tidur yang cukup akan membantu mengurangi peradangan, nyeri, dan kelelahan. Pastikan untuk memiliki waktu tidur yang cukup, yakni sebanyak 7-8 jam sehari.
- Kompres hangat atau dingin
Kompres dingin dapat membantu mengurangi peradangan dan nyeri pada sendi. Ini juga bermanfaat untuk mengatasi tegangan otot. Sedangkan kompres hangat dapat membantu mengurangi kekakuan sendi. Kedua macam kompres ini dapat dilakukan secara bergantian dalam satu hari selama 15 menit per sesi.
Alat bantu seperti bidai dan penyangga sendi dapat menahan sendi dalam posisi istirahat sehingga membantu mengurangi peradangan. Penggunaan tongkat dan kruk juga dapat membantu menjaga mobilitas, bahkan selama kekambuhan sedang terjadi. Ada kalanya alat bantu seperti pegangan tangan di kamar mandi dan di sepanjang tangga rumah juga diperlukan.
Pada dasarnya, artritis reumatoid perlu dikenali dan diobati sedini mungkin. Ini memungkinkan para penyintasnya memiliki kualitas hidup yang baik dan terhindar dari berbagai komplikasi penyakit yang bisa berbahaya.
Baca juga :
id.theasianparent.com/penyakit-autoimun-arthritis
Kenali Beragam Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobati Penyakit Autoimun
5 Jenis penyakit autoimun yang rentan terjadi pada anak, catat Parents!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.