Kalau Parents pernah melakukan tes swab PCR, istilah nilai CT atau CT value mungkin tidak asing lagi. Nilai CT tersebut biasanya muncul dalam bentuk angka dalam laporan hasil swab PCR yang dinyatakan positif. Lantas, sebenarnya apa arti dari nilai CT yang tertera?
Apakah benar nilai tersebut menunjukkan tingkat Virus Corona pada pasien seperti disebutkan informasi yang berseliweran? Untuk mengetahu jawababnya, melansir berbagai sumber, yuk simak ulasan lengkapnya sebagai berikut.
Artikel terkait: Kenali Segera 3 Tanda Kondisi Pasien COVID-19 Memburuk, Jangan Sampai Terlambat!
Arti Nilai CT dalam Hasil Tes Swab PCR
Mendiagnosis COVID-19 juga perlu menggunakan pemeriksaan Real-Time Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction atau real time RT-PCR. Untuk masyarakat awam, tes ini dikenal sebagai swab-PCR.
Dibandingkan dengan rapid test antigen, jenis tes PCR ini paling direkomendasikan karena bisa mengidentifikasi hasil yang akurat.
Caranya, cairan dari tenggorok dan hidung seseorang akan diambil terlebih dahulu menggunakan metode swab. Setelahnya, sampel cairan tersebut dimasukkan ke dalam tabung untuk kemudian diperiksa di laboratorium.
Mengutip laman Klik Dokter, sampel itu akan diekstraksi menggunakan kit tertentu agar dapat mengeluarkan materi virus didasar. Materi genetik diperbanyak atau diamplifikasi menggunakan mesin real time PCR dan prosesnya bisa dilakukan sampai sekitar 40 siklus.
Artikel terkait: Benarkah Cuci Hidung dengan Air Garam Bisa Menangkal Virus Corona? Ini Kata Dokter
Mesin real time PCR sendiri memakai fluoresens. Setiap diperbanyak, maka sinyal fluoresens akan terbentuk.
Adapun hasil pemeriksaan real time PCR dinyatakan positif bila terdapat akumulasi sinyak fluoresens tersebut. Nah, CT Value atau nila CT inilah merupakan jumlah siklus yang diperlukan hingga sinyal fluresens melampaui ataukah melewati ambang (threshold).
Menurut Dokter Spesialis Patologi Klinik, dr. Theresia Novi, SpPK, nilai CT sendiri bukan merupakan nilai kuantitatif. Nilai tersebut berbanding terbalik dengan banyaknya virus yang ada pada spesimen yang diperiksa. Semakin rendah nilai CT, maka akan makin tinggi jumlah asam nukleat target.
“Nilai CT adalah banyaknya cycle saat grafik fluoresens menembus garis threshold dalam mendeteksi keberadaan virus. Semakin tinggi kadar virusnya, maka semakin cepat menembus garis threshold. Sehingga, nilai CT-nya sendiri akan lebih kecil dibandingkan spesimen dengan kadar virus yang lebih rendah, ” tutur Theresia mengutip laman Halodoc.
Secara umum, batas nilai CT ada di angka 40, dengan keterangan sebagai berikut:
- Nilai CT 29 – 37: Positif, ada target asam nukleat dalam jumlah sedang
- Nilai CT 38 – 40: Postitf lemah, target asam nukleat dalam jumlah sedikit dan ada kemungkinan terkontaminasi dengan yang berasal dari lingkungan
Meski begitu, setiap alat dan reagen tes PCR sendiri karakteristik nilai CT yang berbeda. Ada yang menggunakan batas >30 sebagai hasil negatif, ada juga yang menggunakan batasan CT>35, >40, hingga >45. Maka itu, lanjut Theresia, interpretasi nilai CT sendiri harus dilakukan dengan hati-hati.
CT Value Tidak Bisa Digunakan untuk Menilai Kondisi Pasien
Ada informasi berseliweran bahwa nilai CT ini bisa dijadikan sumber untuk melihat tingkat keparahan atau kondisi pasien COVID-19. Namun, penyataan tersebut sebenarnya keliru, Parents.
Hal ini pun dijelaskan oleh Ahli Patologi Klinis dari RSA UNS Surakarta, dr. Tonang Dwi Ardyanto, PhD.
Ia menjelaskan, memang angka CT bisa jadi salah satu indikator yang digunakan dokter untuk mengetahui bagaimana kondisi pasien COVID-19. Meski begitu, jumlah virus yang terdeteksi itu tidak selalu berbanding lurus dengan derajat kesakitan yang diderita seseorang.
Tonang menjelaskan, “Jumlah virus dalam tempat swab tidak selalu sesuai dengan derajat atau penyakit COVID-nya.
Ada yang CT Value rendah, jumlah virus tinggi, tapi gejalanya ringan. Sebaliknya, ada CT tinggi, jumlah virus rendah, tapi justru gejalanya lebih berat. Maka, hasil nilai CT saja tidak bisa dijadikan patokan untuk mendeteksi tingkat keparahan atau kondisi pasien COVID-19,” jelasnya seperti yang dikutip dari laman Kompas.
Pemeriksaan Pasien Secara Keseluruhan Tetap Jadi Pertimbangan Utama
Jadi, lanjut Tonang, seberapa pun nilai CT dalam hasil tes PCR, selagi kondisinya masih positif, maka itu masih perlu diwaspadai. Jangan karena nilai CT tinggi jadi beranggapan kondisi sudah aman karena kadar virusnya dinilai rendah. Pasalnya, selagi virus masih, maka risiko mengalami gejala berat masih ada, serta tetap berpotensi menular.
Kondisi pasien COVID-19 tidak bisa dilihat dari hasil nilai CT saja. Tetap perlu disesuaikan dengan pemeriksaan fisik dan kondisi kesehatan pasien masing-masing. Tentunya, diperlukan juga peninjauan dari dokter penanggung jawab terkait kondisi suatu pasien tersebut.
Tonang melanjutkan, “Pasien tidak bisa menentukan sendiri berdasarkan nilai CT. Kalau ada pasien dengan hasil PCR masih positif tetapi pihak rumah sakit sudah memulangkan, maka keputusan itu sudah merupakan analisis menyeluruh yang dilakukan pihak dokter penanggung jawab.
“Benar hasil PCR masih positif bisa dipulangkan dengan beberapa pertimbangan. Namun, perlu diingat dan dicatat, pasien tersebut tetap harus melakukan isolasi mandiri agar tidak menularkan virus. Sifat koorperatif pasien dan keluarga sangat dibutuhkan dalam hal ini,” pungkasnya.
Artikel terkait: 5 Jenis Vaksin COVID-19 untuk Ibu Hamil, Ini Aturan Pemberiannya
Sementara itu, ntuk mencegah penularan virus yang masih melanda hingga kini, jangan lupa untuk senantiasa taati prokes, ya. Jaga kebersihan lingkungan, konsumsi makanan dengan gizi seimbang, rutin olahraga, serta kelola stres dengan baik. Usahakan juga tetap di rumah saja jika tidak ada keperluan mendesak.
Nah, Parents, itulah penjelasan mengenai arti nilai CT yang biasanya muncul dalam hasil swab-PCR positif. Semoga bermanfaat!
***
Baca juga:
3 Fakta Terapi Plasma Darah Konvalesen Beserta Syarat dan Cara Daftar Menjadi Donor
Tersedia Konsultasi Gratis Bagi Pasien COVID-19 Isolasi Mandiri, Ini Caranya