Anemia defisiensi besi bisa ganggu kecerdasan anak, kenali gejalanya!
Jangan abaikan gejala anemia defisiensi besi pada anak berikut ini.
Masih banyak masalah kesehatan yang harus diwaspadai dan dihadapi oleh orangtua di Indonesia. Tidak hanya masalah stunting dan obesitas, tetapi juga masalah anemia defisiensi besi atau ADB.
ADB merupakan masalah defisiensi nutrien yang paling sering pada anak di seluruh dunia. Terutama di negara berkembang seperti di Indonesia. Masalah kesehatan ini merupakan salah satu jenis anemia yang disebabkan karena kurangnya zat besi sehingga terjadi penurunan jumlah sel darah yang sehat.
Dr. Murti Andriastuti SP.A(K) menjelaskan komplikasi jangka panjang ADB dapat meliputi gangguan sistem kardiovaskular, sistem imun, gangguan perkembangan, psikomotor serta kognitif. Oleh karena itu, masalah kesehatan ADB tidak boleh dibiarkan.
Pentingnya zat besi untuk tubuh anak
Zat besi adalah salah satu mikronutrien penting yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan komponen sel darah merah yang dikenal dengan sebutan hemoglobin. Bila tubuh mengalami anemia defisiensi besi, maka sel darah merah pada tubuh seseorang akan mengalami kekurangan pasokan hemoglobin. Padahal hemoglobin memiliki fungsi yang sangat penting untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh, tepatnya seluruh organ dan jaringan.
Selain itu, zat besi juga memiliki peran penting dalam proses metabolisme yang sehat serta pertumbuhan dan perkembangan yang tepat. Kekurangan zat besi sangat mempengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku, dan pertumbuhan seorang bayi.
Menurut sebuah laporan oleh National Institutes Of Health, tingkat asupan zat besi harian bervariasi sesuai dengan usia, jenis kelamin serta kondisi kesehatan seseorang.
Baca juga: 19 makanan kaya zat besi untuk bayi selain daging yang Parents perlu tahu!
Gejala anemia defisiensi besi atau ADB pada anak
Pucat yang berlangsung lama merupakan salah satu ciri khas dari gejala anemia defisiensi besi atau ADB. Namun selain itu, ada pula beberapa gejala lain yang dapat menyertainya, seperti:
- Pusing
- Lemas
- Mudah lelah
- Rewel
- Kulit di sekitar mata terlihat kekuningan
- Mudah infeksi
- Gangguan prestasi belajar
- Menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi
- Gangguan perilaku
Gejala ini akan semakin serius ketika anemia semakin parah. Misalnya seperti napas pendek, kebiasaan makan berubah, tangan dan kaki bengkak, dan detak jantung berdetak tidak normal. Segera temui dokter bila Anda melihat anak telah mengalami salah satu atau beberapa tanda tersebut.
Penyebab anemia defisiensi besi pada anak
Dilansir dari laman resmi IDAI, ada beberapa perbedaan penyebab anemia defisiensi besi atau ADB pada tiap tahap umur anak.
Bayi kurang dari 1 tahun
- Cadangan zat besi kurang karena bayi berat lahir rendah, prematuritas, lahir kembar, ASI ekslusif tanpa suplementasi besi, susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat, dan lahir dari ibu yang mengalami anemia selama kehamilan
- Alergi protein susu sapi
Anak usia 1-2 tahun
- Asupan zat besi kurang akibat tidak mendapat makanan tambahan atau minum susu murni berlebih
- Obesitas
- Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang atau kronis
- Malabsorbsi atau kesulitan menyerap nutrisi
Anak usia 2-5 tahun
- Asupan besi kurang karena minum susu berlebihan atau jenis makanan kurang mengandung Fe jenis heme
- Obesitas
- Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang atau kronis yang disebabkan oleh bakteri, virus ataupun parasit.
- Perdarahan (divertikulum Meckel, poliposis, dan lain sebagainya)
Anak usia 5 tahun-remaja
- Kehilangan berlebihan akibat perdarahan (infestasi cacing tambang)
- Menstruasi berlebihan pada remaja putri
Penanganan anemia defisiensi besi atau ADB
Pada dasarnya, anemia defisiensi besi sangat mudah ditangani. Namun bila dibiarkan tanpa pengobatan maka risiko penderita terserang penyakit dan infeksi semakin besar.
Berikut ini beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk menangani ADB.
- Menjaga pola asupan anak dengan mengurangikonsumsi susu sapi, teh, kuning telur, serat, dan obat seperti antasida dan kloramfenikol
- Memperbanyak makanan yang mengandung zat besi seperti daging, bayam, brokoli, kentang, bit merah, jamur, zaitun, stroberi, hati, telur, kerang, tiram, dan ikan
- Mengatasi faktor penyebab
- Pemberian vitamin C 2X50 mg/hari untuk meningkatkan absorbsi besi
- Pemberian asam folat 2X 5-10 mg/hari untuk meningkatkan aktifitas eritropoiesis
- Diberikan secara oral berupa besi elemental dengan dosis 3 mg/kgBB sebelum makan atau 5 mg/kgBB setelah makan dibagi dalam 2 dosis
Pencegahan anemia defisiensi besi atau ADB
Salah satu cara terbaik untuk mengurangi risiko anemia defisiensi besi pada anak ialah dengan mencegahnya. Salah satunya dengan berusaha untuk tidak memberikan susu sapi pada anak yang belum berusia 1 tahun. Meskipun ASI memiliki kandungan yang lebih rendah, tetapi tingkat penyerapan ASI lebih tinggi dibanding susu sapi.
Selain itu, Anda juga bisa memberikan zat besi anak sesuai dengan kebutuhannya. Namun ingat, pastikan Anda tetap memerhatikan keseimbangan nutrisi anak sehingga dia bisa terhindar juga dari bahaya obesitas.
Baca juga:
Anemia pada Anak: Ketahui Penyebab, Gejala, hingga Faktor Risiko