Jika anak-anak pada umumnya memiliki cita-cita untuk menjadi polisi atau dokter, berbeda halnya dengan Jose Adolfo Quisocala Condori. Anak lelaki asal Peru yang baru menginjak usia 11 tahun tersebut berhasil mendirikan sebuah bank.
Hebatnya lagi, usaha perbankan itu kini sudah memiliki jumlah nasabah yang cukup fantastis. Seperti apa kisah Quisocala?
Artikel Terkait: “Saya Selalu Memikirkan Ibu”, Kisah Anak Adopsi yang Berjuang Mencari Orangtua Kandung
Kisah Anak Usia 11 Tahun yang Mendirikan Bank di Peru
Berawal dari Ide Mengajari Anak-Anak Konsep Menabung
Pada usia 7 tahun, Quisocala memiliki ide untuk membuat sebuah bank. Ide tersebut muncul setelah ia mengamati kawan-kawan seusianya kerap kekurangan uang untuk membeli makanan di waktu makan siang. Hal itu terjadi karena anak-anak tersebut terlalu banyak menghabiskan uang mereka untuk membeli permen atau mainan.
Selain itu, Quisocala juga memiliki harapan untuk dapat mengentaskan kemiskinan dari anak-anak yang tidak bersekolah.
“Melihat anak-anak hidup dalam kemiskinan, melihat banyak anak bekerja di jalanan, di lampu lalu lintas menjual manisan, mengemis… membuat saya berpikir mengapa anak-anak ini tidak bisa bersekolah secara normal,” ungkapnya seperti dikutip dari The Guardian.
Quisocala menemukan bahwa anak-anak jalanan kerap dipekerjakan karena tak memiliki uang di rumah mereka. Akhirnya, ia memutuskan untuk membuat bank khusus anak-anak.
“Salah satu alasan mengapa anak-anak itu bekerja adalah karena tidak ada uang di rumah. Mengapa saya tidak bisa mengajari mereka menabung?” Ia melanjutkan.
Artikel Terkait: Salut, Ini Kisah Anak-anak yang Rela Jualan Demi Sekolah dan Keluarganya
Quisocala, Anak yang Mendirikan Bank Sampah untuk Ditukar dengan Uang
Ide Quisocala tersebut membawanya mendirikan sebuah bank sampah, yaitu sistem keuangan dimana anak-anak dapat menabung uang yang mereka miliki dengan cara ramah lingkungan.
Bisnis tersebut bekerja dengan sistem pertukaran sederhana. Siswa akan membawa limbah padat mereka ke bank, kemudian sampah-sampah tersebut dijual ke perusahaan daur ulang. Uang hasil penjualan sampah tersebut akan disetorkan ke rekening milik siswa.
Siswa nantinya hanya bisa mengambil uang setelah mereka mencapai target tertentu yang telah mereka tetapkan sebelumnya. Rekening tersebut hanya bisa diakses oleh mereka sendiri.
Awalnya proyek ini hanya berjalanan di sekolah Quisocala saja. Ia harus menyakinkan guru-guru dan para murid bahwa idenya akan berhasil. Kemudian atas ide cemerlangnya itu, Quisocala mendapat bantuan dari balai kota setempat dan dukungan dari koperasi lokal untuk mendaftarkan banknya secara resmi.
Anak yang Mendirikan Bank Sudah Memiliki 2000 Nasabah
Telah tujuh tahun berjalan, bank yang diberi nama Banco del Estudiante Bartselana itu sudah memiliki lebih dari 2000 nasabah dengan rentang usia 10 hingga 18 tahun. Bank tersebut dapat menawarkan pinjaman, asuransi mikro, dan layanan keuangan lainnya.
Anak-anak dapat menarik uang dari cashpoint beberapa bank dan lembaga pembangunan dengan menggunakan kartu bank pribadi yang tak dapat digunakan orang lain. Banco del Estudiante Bartselana jgua menawarkan pemantauan saldo secara online.
Artikel Terkait: Kisah haru Hana Chan, anak lima tahun yang mengurus rumah tangga setelah sang ibu tiada
Raih Berbagai Penghargaan
Bisnis perbankan Quisocala ini memenangkan Penghargaan Internasional Keuangan Anak dan Pemuda Unicef pada tahun 2014 dan Penghargaan Iklim Anak pada tahun 2018. Kongres Peru pun mengakui Banco del Estudiante Bartselana dengan Penghargaan Relawan Nasional dalam kategori lingkungan.
Pada tahun 2015, Ratu Elizabeth II dan PBB juga memberikan penghargaan khusus untuknya.
Melansir dari Remezcla, Quiosocala akan bertemu dengan para eksekutif dari Banco de La Nación, salah satu lembaga keuangan terbesar Peru. Rencananya ia akan membuat sebuah proyek untuk mengekspansi bisnisnya ke seluruh negeri.
***
Kisah anak berusia 11 tahun yang mendirikan sebuah bank ini benar-benar inspiratif ya Parents?
Baca Juga:
Kisah Perjuangan Seorang Anak Penderita Epidermolisis Bullosa
"Keadaan Membuat Kami Belajar Sabar," Kisah Ibu yang Anaknya Microcephaly dan Cerebral Palsy
Bekerja Sebagai Terapis, Saya Bertemu Para Ibu Istimewa yang Dikaruniai Anak Spesial