Dibutuhkan sejumlah usaha untuk membuat anak terbuka pada orang tua.
Saat anak berusia balita, Parents mungkin kewalahan dengan celotehnya yang tiada henti. Namun kini saat usianya semakin besar, Anda justru kebingungan menghadapi anak yang jarang bicara. Bahkan, menanggapi pertanyaan Anda saja, dia bicara seadanya.
Sebagai orang tua kita tentu berharap anak dapat menceritakan semua yang ia alami dan rasakan. Tapi ada kalanya anak hanya menjawab singkat, seperti “baik-baik aja, kok.”
Ketika mendengar jawaban sederhana tersebut, banyak orang tua yang cemas apakah anak benar-benar merasa baik-baik saja atau tidak.
Apalagi belakangan ini banyak kasus kekerasan pada anak, child grooming, atau bahkan pacaran tidak sehat.
Banyak anak yang enggan bercerita karena diancam atau takut menghadapi respon orang tua.
Lantas, bagaimana cara agar si kecil bisa lebih terbuka pada kita sebagai orang tua? Ini tipsnya!
Cara Membuat Anak Terbuka Pada Orang Tua
1. Sapa Anak dengan Kalimat Positif
Meski niatnya baik, pertanyaan dan interogasi tidak selalu menjadi cara terbaik untuk memulai percakapan.
Terkadang pertanyaan bisa membuat anak kewalahan. Apalagi saat diberikan setelah anak seharian belajar di sekolah.
Saat anak merasa pertanyaan yang dilontarkan terkesan meragukan atau disampaikan dengan nada yang tidak ramah, mereka akan cenderung diam.
Sebaliknya, jaga agar ucapan Anda tetap sederhana. Misalnya, “Bunda senang banget kamu sudah sampai di rumah.”
Ungkapan dengan nada penuh kasih dan positif ini akan membuat anak merasa nyaman.
Anak juga tidak akan merasa tertekan.
Menghindari pertanyaan langsung dapat membuat suasana lebih cair hingga bukan tidak mungkin justru anak yang akan membuka obrolan.
Baca juga: 7 Kalimat Positif yang Perlu Anda Katakan Pada Anak
2. Jangan Menghakimi, Langkah Efektif agar Anak Terbuka pada Orang Tua
Saat anak memutuskan untuk membuka diri tentang sesuatu yang mengganggu, cobalah untuk tetap tenang.
Bahkan jika si kecil baru saja mengakui tindakan tidak terpujinya.
Terimalah cerita tersebut dengan sopan.
Anak-anak cenderung akan berhenti bicara jika mereka takut akan teguran dan hukuman yang keras terhadap diri mereka dan teman-temannya. Anak juga akan cenderung berbohong jika mereka merasa terus menerus dihakimi dan dikritik atas apa yang mereka lakukan.
Tidak lekas marah atau buru-buru mengambil kesimpulan memberi anak ruang yang aman untuk pengakuan, sekalipun jika ada konsekuensi yang harus diikuti.
Ini penting untuk mendorong komunikasi yang jujur daripada mengutuk tindakan yang kurang diinginkan.
Di sisi lain, jika ada berita istimewa yang anak ceritakan, maka rayakanlah dengan sesuatu yang akan ia sukai.
Andalah yang paling tau perayaan apa yang akan menyenangkannya.
Meski begitu, pastikan untuk merayakan kerja keras dan tekadnya ya, Parents, bukan sekadar hasil akhirnya saja.
3. Jadilah Pendengar yang Baik
Faktanya, kebanyakan orang tua tidak selalu bisa memberikan perhatian penuh pada anak.
Ponsel, pekerjaan, TV, dan sosialisasi, menjadi sekian banyak hal yang cukup menyita perhatian orang tua sehingga sulit untuk berpaling secara penuh pada anak.
Saat Anda sedang berkomunikasi dengan si kecil, baik itu percakapan sederhana atau kompleks, pastikan Anda benar-benar mendengarkannya.
Bila tidak, anak akan merasa bahwa informasi yang mereka sampaikan tidak penting.
Jika Parents sering mengalihkan perhatian saat si kecil bicara, anak bisa jadi akan merasa frustasi.
Akhirnya, anak akan mengurangi atau bahkan berhenti untuk mengobrol dengan Anda.
Baca juga: 26 Kalimat Motivasi untuk Anak yang Bisa Parents Sampaikan Setiap Hari
4. Sabar Hingga Anak Mau Bicara
Terkadang, meski Anda sudah berusaha, anak-anak tetap tidak mau terbuka.
Mungkin saja mereka membutuhkan waktu untuk memproses pengalaman dan emosi mereka sebelum mereka siap untuk berbicara.
Bisa jadi juga mereka sedang mencari jalan keluarnya sendiri. Dalam beberapa kasus, ini penting untuk melatih keterampilan mereka untuk memecahkan masalah.
Perlu diingat bahwa mengajukan terlalu banyak pertanyaan bisa terasa seperti sedang mengomel.
Hal tersebut dapat membuat anak merasa kurang kompeten, kurang percaya diri, dan semakin enggan untuk berkomunikasi.
Tetap berikan anak ruang pribadi namun tegaskan bahwa Anda selalu ada kapanpun anak butuhkan.
Jika anak terus diam, ada kemungkinan anak mengalami masalah emosional yang serius, seperti bullying, kecemasan, bahkan depresi.
Parents sebaiknya waspada pada setiap tanda yang ditunjukkan.
Jika ragu, berbicaralah dengan guru di sekolah untuk menyelidiki apa yang sedang anak alami.
5. Fokus Pada Waktu Berkualitas Bersama Anak
Semakin Anda fokus pada ikatan Anda dengan si kecil, semakin besar kemungkinan mereka akan berbagi apapun dengan Anda.
Menghabiskan waktu bersama tanpa membicarakan hal yang serius tetap perlu dilakukan.
Ini bisa menjadi cara terbaik untuk meningkatkan hubungan emosional Anda.
Ketika Anda memprioritaskan waktu ini, Anda mungkin akan terkejut dengan apa yang akan anak katakan.
Sesibuk apapun kegiatan Anda dan si kecil, jangan lupa untuk selalu meluangkan waktu bersama.
Terlibatlah dalam hobi atau games yang sedang disukai oleh anak-anak.
Ingatlah bahwa upaya yang Anda lakukan dalam interaksi sehari-hari dengan si kecil akan memberikan hasil yang berkepanjangan.
Baca juga: 7 Ide Quality Time di Tengah Pandemi, Usir Bosan dan Eratkan Bonding
6. Hindari Pertanyaan Dengan Jawaban Ya atau Tidak
Salah satu cara untuk menghindari tanggapan singkat dan tidak mendetail dari anak-anak adalah dengan mengajukan pertanyaan deskriptif.
Berikan pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan ya atau tidak yang sederhana.
Orang tua cenderung menanyakan pertanyaan umum yang sama setiap hari. Hal ini akan membuat anak merasa Anda hanya berbasa-basi saja.
Anda juga bisa mulai dengan menanyakan seputar hobi atau permainan yang si kecil lakukan di sekolah bersama teman-temannya.
Menanyakan sesuatu yang menyenangkan, akan lebih mudah buat anak untuk menjawabnya.
Ubahlah pertanyaan Anda menjadi sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban deskriptif.
Anak mungkin saja akan menjawab “tidak tahu”.
Saat hal itu terjadi, Anda bisa mengajak anak bersantai sejenak lalu menanyakannya kembali setelah mood anak terlihat lebih baik.
7. Contohkan Bentuk Komunikasi yang Sehat
Anak-anak selalu belajar dari orang tuanya. Bahkan ketika mereka sudah lebih besar.
Cobalah membuka kekosongan dalam komunikasi dengan membicarakan apa yang sudah Anda jalani dan seperti apa perasaan Anda.
Jika Anda selalu ingin mengungkapkan perasaan Anda, mereka juga akan melakukannya.
Selain itu, saat mengakhiri pembicaraan jangan lupa untuk mengucapkan terima kasih pada anak karena mereka telah mendengarkan cerita Anda.
Hal tersebut akan membuat anak lebih dihargai dan didengarkan pendapatnya.
Artikel Terkait: Penelitian: Inilah Alasan Ikatan Ibu dan Anak Perempuannya Sangat Istimewa
Itulah beberapa cara efektif yang bisa Anda lakukan untuk membuat anak terbuka pada orang tua.
Sesulit apa pun usaha yang Anda lakukan, percayalah bahwa tidak akan ada usaha yang sia-sia.
Apa yang Anda lakukan sekarang akan berdampak pada hubungan Anda dengan si kecil secara keseluruhan.
***
Baca juga:
Parents, lakukan hal ini agar komunikasi orangtua dan anak bisa lancar
Komunikasi Efektif, Pentingnya Kemampuan Mendengar Bagi Orangtua