Banyak orangtua berpikir bahwa ketika anak pindah sekolah, ia langsung dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, berteman, dan dengan mudah merasa nyaman. Kenyataannya, pindah sekolah memiliki konsekuensi bagi anak?
Parents tentu masih ingat film Petualangan Sherina yang tayang pertama kali sekitar 17 tahun yang lalu. Dalam film tersebut dikisahkan ayah Sherina menerima tawaran pekerjaan sebagai ahli agronomi di Lembang sehingga Sherina harus pindah sekolah.
Tentu saja sebagai seorang anak SD, Sherina ngambek dan sedih karena harus berpisah dari sahabat-sahabatnya di Jakarta. Apalagi saat di sekolah baru, ia malah menjadi sasaran bullying teman laki-lakinya di kelas.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak pindah sekolah lebih dari tiga kali sebelum ia berusia 8 tahun dapat memberi pengaruh negatif padanya. Penelitian yang dilakukan di Warwick Medical School Inggris menyatakan bahwa anak pindah sekolah akan memengaruhi mereka secara emosional dan sosial.
“Anak-anak akan mengalami kecemasan, nilai mereka menurun, dan gagal menemukan teman di sekolah,” ujar salah seorang peneliti.
Dampak negatif anak pindah sekolah
Ada banyak alasan orangtua harus memindahkan sekolah anak, mulai dari mutasi pekerjaan, masalah finansial, hingga yang berkaitan dengan akademis anak. Sayangnya, apa pun alasan yang mengharuskan seorang anak pindah sekolah, dampak negatif dari hal tersebut tidak bisa dipungkiri.
Berikut ini konsekuensi negatif saat seorang anak harus pindah sekolah.
Kesulitan dalam hal sosial
Hubungan pertemanan sangat penting untuk membangun kepercayaan diri serta kesuksesan diri anak pada berbagai tingkatan usia. Saat seorang anak pindah sekolah, ia meninggalkan lingkungan di mana ia mengenal sebagian besar teman-temannya serta memiliki hubungan yang kuat.
Di sekolah yang baru, ia tidak mengenal siapa-siapa dan mungkin merasa dikucilkan. Tugas bagi Parents serta para guru untuk membantu anak menyesuaikan diri dalam berbagai aktivitas sosial di sekolah.
Tantangan akademis
Saat pindah sekolah, anak menghadapi permasalahan akademis karena bisa saja sekolah barunya menerapkan metode pengajaran serta kurikulum yang jauh berbeda. Bisa saja sekolah barunya sudah sampai di bab yang ia belum kuasai, atau justru malah ia lebih berkembang maju dibanding teman-teman barunya di sekolah.
Jadwal sekolah serta gaya pengajaran guru juga mungkin menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh anak.
Artikel terkait: Anak susah paham pelajaran? Ini 5 tips untuk membantunya
Hubungan anak dengan pihak sekolah
Kesuksesan di sekolah dibangun atas kerjasama yang kuat antara anak, guru, orangtua, serta administrasi sekolah. Ketika anak sering pindah sekolah, maka semua pihak mendapat tantangan dalam menjalin relasi.
Guru-guru membutuhkan waktu untuk menilai kemampuan anak serta menempatkannya dengan benar dalam pembagian kelompok. Pihak sekolah juga membutuhkan waktu untuk transfer nilai dari sekolah lama ke sekolah baru.
Tugas orangtua adalah berkonsultasi dengan guru maupun psikolog anak sebelum anak pindah sekolah. Tentu saja, Parents harus mendukung anak secara maksimal terutama saat ia sedang menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
Parents juga perlu membantunya bila ia mengalami kesulitan saat mengerjakan PR atau saat ia masih belum punya teman di sekolah baru. Jadilah pendengar yang baik untuk semua cerita-ceritanya.
Semoga artikel ini bermanfaat.
Baca juga:
Ibu ini menceritakan kisah anaknya, mulai dari di-bully hingga bisa bersahabat akrab
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.