Jika anak sering minta jajan, apa yang Bunda lakukan? Menambahkan uang jajan sesuai permintaan anak? Atau tetap konsisten memberikan uang jajan sesuai dengan jatahnya?
“Bundaaa…. aku mau jajan!”
“Bunda, uang jajan aku kurang…”
“Kok, uang jajannya cuma Rp 5.000, kurang dong bunda…”
Anak Bunda sering minta uang jajan dengan mengajukan kalimat seperti di atas?
Terkait dengan uang jajan, pada dasarnya ada beberapa hal yang perlu Parents pahami lebih dulu. Selama ini jika Anda membiasakan dengan mengatakan “Ini uang jajan untuk kamu, ya, Nak…”. Ada baiknya mulai mengubah dengan mengatakan “Ini uang saku untuk kamu, ya, Nak.”
Mengapa kebiasaan mengatakan uang jajan perlu diubah dengan uang saku?
Dalam acara ‘Digital Financial Literacy for Children’ yang dilangsungkan di SDN Ragunan 12, Jakarta Selatan, Psikolog anak dan remaja, Roslina Verauli menjelaskan, dengan mengatakan uang jajan akan menimbulkan persepsi pada anak bahwa uang tersebut memang diperuntukan untuk jajan saja. Artinya, anak tidak perlu menabung atau menyisihkan uang tersebut.
Sementara, bukankah idealnya uang tersebut tidak dihabiskan untuk jajan saja? Bukankah anak perlu dilatih untuk cerdas finansial sejak kecil termasuk menumbuhkan kebiasaannya untuk gemar menabung?
Psikolog yang kerap disapa Verauli ini menjelaskan secara perlahan anak perlu dilatih untuk memahami antara kebutuhan dan keinginan.
Apa bedanya kebutuhan dan keinginan?
Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar alasan seseorang untuk terus berususaha untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai contoh, kebutuhan dasar seperti pangan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan.
Sedangkan keinginan merupakan hasrat yang bersifat subyektif, karena memang tidak tidak terlalu berpengaruh pada kelangsungan hidup seseorang yang seringkali hanya berdasarkan selera individu.
Jika anak tidak dilatih membedakan antara kebutuhan dan keinginan tentu saja akan berdampak butuk pada kebiasaannya kelak, di mana anak akan terjebak pada sifat konsumerisme.
Anak sering minta uang jajan, salah satu tanda anak stres
Tidak hanya itu, tahukan Bunda jika anak yang menuntut untuk minta uang saku berlebih, sering merasa tidak cukup dengan uang saku yang diberikan merupakan salah satu indikasi anak sedang mengalami stres?
Seperti yang dikatakan Verauli, “Saat anak sering minta jajan, pastikan dulu apakah anak tidak punya tekanan emosional? Anak yang stres, atau yang punya masalah baik di rumah atau di lingkungan pertemanannya sering melampiaskannya dengan jajan. Jadi nggak cuma ibu-ibu saja yang stres terus jajan, belanja online shop. Anak-anak juga begitu.”
Untuk itulah, Verauli mengingatkan apabila Bunda sudah memberikan uang saku yang jumlahnya besar, jangan diberikan pressure lagi dengan mengatakan pada anak, “Uangnya disimpan, ya,” atau dimarahi dengan terus bertanya uang tersebut dihabiskan untuk apa saja? Mengapa tidak disisakan untuk ditabung?
“Anak, dengan kondisi tertekan akan justru memiliki kebutuhan belanja semakin besar, bahkan ada yang berani sampai mencuri dari orangtuanya,” tambah Vera.
Lantas, apa yang perlu dilakukan saat anak sering minta jajan?
Verauli memberikan beberapa tips yang bisa dilakukan Parents untuk menghadapi saat anak sering minta jajan:
1. Ketahui bagaimana perasaannya
Hal pertama yang justru perlu dilakukan Parents adalah, tanyakan pada anak bagaimana perasaannya. “Nak, kamu happy nggak hari ini? Apa yang bikin kamu senang hari ini?”
Anak yang happy akan membuatnya lebih mudah berteman, “Anak yang tidak memiliki masalah dengan temen-temannya, dia juga tidak punya masalah dengan perjajanan,” ujar Verauli lagi.
Untuk itulah pastikan anak merasa senang terlebih dulu, kemudian bantu anak dalam memasuki lingkungan sosialnya.
Umumnya, anak yang punya uang saku besar akan sering menggunakan uangnya untuk jajanin temannya. Ini dilakukan untuk bisa dekat dengan temannya. Artinya, hal yang sebenarnya dibutuhkan anak adalah pertemanan yang baik. Parents tentu perlu membantu anak, melatihnya bagaimana bersosialisasi dengan baik.
2. Anak sering minta jajan, ajarkan untuk menggunakan ‘kacamata kuda’
Selanjutnya, latih anak terbiasa untuk pakai ‘kaca mata kuda’. Caranya apa? Bisa dengan melatih anak untuk tidak hidup konsumtif.
Saat akhir pekan, jangan biasakan ajak ke mal, karena ketika jalan-jalan ke mal, mau tidak mau semakin banyak keinginan anak yang mau ia turuti. Lebih baik ajak anak-anak ke perpustakaan atau ke museum atau ke taman sambil main bola.
3. Sudahkah menjadi role model yang baik untuk anak?
Jika memang masih sulit mengendalikan hasrat belanjanya anak, lihat dulu orang-orang di lingkungan rumah. Bagimana dengan lingkungan terdekatnya? Bagaimana sikap Parents? Jangan-jangan memang Parents yang menjadi role model perilaku anak senang jajan dan mudah mengeluarkan uang.
4. Latih anak untuk gemar menabung
Cara terakhir dan cukup efektif adalah melatih anak untuk gemar menabung. Mulai saja dari celengan, sehingga anak bisa rutin menyisihkan uangnya lebih dulu di celengan. Selain itu, ajak juga anak menabung di bank, dan minta ia untuk menge-print buku tabungannya. Dari situ, ia tahu berapa besar uang yang sudah berhasil ia kumpulkan.
5. Jangan lupa berdonasi
Langkah terakhir yang yang perlu dilakukan adalah mengajak anak untuk melakukan donasi dari hasil tabungannya sendiri. Anak boleh saja membeli mainan seperti yang diinginkan, namun Parents juga perlu melatih agar anak mau berbagi atau berdonasi.
Dari sini anak tidak hanya dilatih untuk bisa berempati, sekaligus bisa menimbulkan rasa bahagia pada diri anak karena dirinya bisa memberikan dampak positif pada orang lain. Anak akan merasa bahwa ia berguna untuk lingkungannya. Value inilah yang perlu diajarkan pada anak.
Semoga bermanfaat.
Baca juga :
Mengajarkan Anak Tentang Cara Mengatur Keuangan Sesuai Usianya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.