Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan salah satu gangguan perkembangan neurologis yang menyebabkan seseorang sulit memusatkan fokus dan konsentrasi, bergerak secara hiperaktif, serta sulit mengontrol atau menahan dorongan dalam diri (impulsif).
Kesulitan-kesulitan tersebut secara signifikan berdampak terhadap prestasi dan sikap kerja seseorang dengan ADHD. Umumnya, gejala awal ADHD dapat dideteksi pada periode anak-anak (usia sekolah).
Beragam penelitian telah dilakukan untuk mengungkap penyebab ADHD. Namun, belum ditemukan satu faktor tunggal yang menjadi pencetus munculnya gangguan ADHD pada seseorang.
Artikel Terkait: 6 Permainan yang dianjurkan untuk anak ADHD, Parents harus tahu!
Beberapa penelitian menemukan adanya faktor biologis (misal: genetik, sistem kerja otak) yang berkontribusi terhadap gangguan ini. Ada pula penelitian yang menemukan bahwa ADHD disebabkan oleh faktor lingkungan seperti lahir secara prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), kondisi ibu saat hamil (merokok, mengonsumsi alkohol, stres berat), serta adanya riwayat kekerasan dan pengabaian.
Tanda-Tanda yang Perlu Diwaspadai Anak Alami ADHD
Secara umum, beberapa karakteristik atau perilaku yang dapat menjadi redflag bahwa anak mungkin memiliki gangguan ADHD antara lain;
- Inatentif
- Sulit mempertahankan perhatiannya pada tugas atau aktivitas bermain (misal: sering mengalihkan perhatian, berpindah-pindah kegiatan dengan cepat.
- Sering melewatkan hal-hal detail, tidak teliti, dana/atau sering melakukan kesalahan sepele pada tugas sekolah.
- Sering terlihat tidak memusatkan perhatian dan mendengarkan ketika ada orang yang berbicara dengannya.
- Perhatian sering terganggu oleh stimulus dari lingkungan atau pikiran-pikiran dalam diri.
- Tidak menyukai tugas-tugas yang membutuhkan kemampuan untuk memperhatikan dengan seksama (misal pada anak-anak: tugas membaca).
- Tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah/pekerjaan.
- Sulit memanajemen diri untuk mengorganisir serta mengingat tugas/kegiatan.
- Kurang bertanggung jawab (sering meninggalkan/kehilangan) barang pribadi.
- Hiperaktif dan Impulsif
- Sulit mengontrol diri untuk tidak banyak bergerak/berbicara.
- Sering meninggalkan tempat duduk di waktu yang menuntut anak harus duduk tenang dan diam.
- Sering bergerak aktif seperti berlari, memanjat, dan kegiatan lainnya yang membutuhkan tenaga fisik.
- Sering menggerakkan badan (misal: menggertak kaki, memainkan pensil, menggerakkan tangan) ketika harus fokus terhadap suatu kegiatan.
- Kesulitan mengontrol impuls seperti tidak mau mengantre, jahil dan mengganggu orang lain, menginterupsi pembicaraan, mengambil barang orang lain tanpa izin, dan sebagainya.
Artikel Terkait: Ini ciri anak ADHD, jangan sampai salah diagnosis, Parents!
Gejala-gejala di atas harus tampil minimal selama 6 bulan secara konsisten di berbagai setting (misal: di rumah, di sekolah, dan di tempat umum). Selain itu, perlu disadari bersama bahwa setiap melakukan penilaian terhadap anak, orangtua harus menyesuaikan antara perilaku anak dan tuntutan usia perkembangannya.
Misalnya, anak usia dua tahun aktif bergerak dan berpindah dari satu permainan ke permainan lainnya. Hal ini masih tergolong wajar karena tugas perkembangan mereka ialah mengeksplorasi lingkungan secara aktif dan mandiri.
Saran Pengasuhan dan Penanganan Anak Dengan ADHD
Sebelum membahas tentang hal ini, perlu diketahui bahwa walaupun memiliki gangguan yang sama, setiap anak dengan ADHD memiliki sikap dan masalah yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penanganan yang diberikan kepada setiap anak harus bersifat tailor made (sesuai kebutuhan). Berikut beberapa poin penting yang dapat dilakukan orangtua:
- Jika orangtua merasa anak menunjukkan gejala ADHD, anak wajib dikonsultasikan kepada ahli (psikolog anak, dokter anak) untuk mendapatkan diagnosis, edukasi, dan saran terapi (medis dan/atau psikoterapi). Jenis terapi yang diberikan akan disesuaikan dengan kondisi anak.
- Sesuaikan harapan orangtua dan target belajar dengan kemampuan anak. Konsultasikan pada ahli apakah anak memerlukan program khusus di sekolah untuk menyesuaikan metode dan target belajarnya.
- Modifikasi lingkungan sekitar anak untuk mengurangi gangguan selama proses belajarnya. Misalnya menempatkan meja belajar anak di pojok ruangan yang menghadap dinding tanpa ornamen, mengosongkan meja belajar selain meja dan satu alat tulis, menempatkan ruang belajar anak di ruangan tertutup dan hanya sendiri, dan sebagainya. Berikan alat bantu bagi anak untuk mempermudahnya mengorganisir kegiatan. Misalnya dengan membuatkan timetable yang dipajang di depan kamar anak, menggunakan alarm sebagai pengingat waktu, dan sebagainya.
- Terapkan jadwal harian yang rutin dan konsisten di rumah untuk mempermudah anak dalam mengelola waktu dan prioritas.
- Berikan dukungan dan tunjukkan kehangatan pada anak, sehingga anak merasa bahwa ia tetap merasa pantas disayang tanpa syarat. Berikan pula apresiasi, khususnya ketika anak berhasil mengerjakan tugas.
- Anak dengan ADHD cenderung menunjukkan sikap yang lebih agresif dan tidak patuh. Terapkan struktur dan konsekuensi natural atas setiap perilaku/tindakan anak.
Ditulis Oleh: Dhisty Azlia Firnady, M.Psi., Psikolog
Baca Juga:
Penelitian: Diet Mediterania Mengurangi Risiko dan Gejala Anak ADHD
Dikira ADHD karena Hiperaktif, Anak Ini Alami Sleep Apnea
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.