Alergi makanan pada anak biasanya bereaksi ketika anak mengonsumsi sumber alergen. Namun, sebuah kasus yang mengejutkan terjadi ketika seorang bocah lelaki berusia 11 tahun tewas karena reaksi alergi hanya karena menghirup aroma masakan ikan. Ternyata, ia memiliki alergi pada makanan laut.
Kronologi insiden alergi makanan pada anak
Peristiwa menyedihkan itu terjadi bertepatan ketika perayaan Tahun Baru 2019 lalu di Brooklyn, New York.
Ketika itu terjadi, di rumah korban sedang memasak ikan. Saat itulah, sang bocah berusia 11 tahun, Camron Jean-Pierre mulai merasakan mengi (sesak napas) dan menunjukkan tanda-tanda reaksi alergi.
Dengan segera, Sang ayah meraih nebulizer-nya untuk menolong anaknya yang tak berdaya. Namun, tampaknya cara itu tidak efektif.
Sang ayah pun segera menelepon layanan darurat, tetapi kejadian itu bereaksi dengan begitu cepat.
Anak laki-laki itu tampak sangat terengah-engah, dan berkata, “Aku mencintaimu, Ayah. Aku mencintaimu. Aku merasa seperti akan mati.”
Bocah itu pun langsung kehilangan kesadaran dan dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sayang, semua sudah terlambat. Ia dinyatakan meninggal dunia. Dikutip dari laman theAsianparent Singapura, pihak berwenang saat ini masih menyelidiki penyebab pasti dari insiden tersebut.
Alergi makanan pada anak akibat menghirup aroma tertentu
Alergi makanan terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap jenis makanan tertentu secara teratur.
Pada anak-anak, paling sering mengalami alergi terhadap jenis-jenis makanan ini:
- susu
- telur
- kacang kacangan
- kedelai
- gandum
- kacang pohon (seperti kenari dan kacang mede)
- ikan
- kerang dan udang
Perlu Anda ketahui, reaksi alergi makanan dapat mempengaruhi salah satu dari empat area tubuh berikut ini:
- Kulit: reaksi biasanya muncul benjolan merah, gatal, eksim, kemerahan dan pembengkakan pada wajah atau ekstremitas, juga gatal dan bengkak pada bibir, lidah, atau mulut.
- Saluran pencernaan: sakit perut, mual, muntah, atau diare.
- Saluran pernapasan: hidung meler atau tersumbat, bersin, batuk, mengi, dan napas pendek.
- Sistem kardiovaskular: sakit kepala ringan atau pingsan.
Pertanyaan besar yang kita dapat setelah melihat insiden di atas adalah, bisakah alergi makanan pada anak juga bereaksi terhadap aroma makanan tertentu?
Adela Taylor, ahli pusat alergi dan asma di Mayo Clinic Health System di Eau Claire Wisconsin mengatakan bahwa meskipun kasus seperti itu jarang terjadi, sangat mungkin memiliki reaksi alergi terhadap hirupan uap atau asap yang dihasilkan saat memasak makanan laut.
“Beberapa artikel penelitian yang diterbitkan mengindikasikan bahwa protein ikan dapat terdeteksi melalui uap dan asap selama memasak atau memroses bahan makanan tersebut. Mungkin saja seseorang yang terpapar uap atau asapnya, terutama di ruang tertutup, bisa mengalami reaksi alergi,” jelas Adela Taylor.
“Memang ada laporan kasus tentang reaksi alergi parah, termasuk anafilaksis dari menghirup asap dari ikan yang dimasak, tetapi presentasinya sangat jarang.”
American College of Allergy, Asthma & Immunology juga memperingatkan mereka yang alergi terhadap ikan untuk menjauhi daerah di mana ikan sedang dimasak, karena proteinnya dapat dilepaskan ke udara selama memasak.
Ketika alergi makanan pada anak bertambah parah
Jika si kecil memiliki alergi, terutama karena sengatan serangga, makanan, atau obat-obatan tertentu, penting untuk mengetahui dan selalu mengingat tentang risiko reaksi alergi yang lebih parah.
Mereka mungkin mengalami mengi dan kesulitan bernapas. Tekanan darahnya bisa saja menurun, saluran pernapasan bisa menyempit, dan lidah bisa membengkak. Kondisi ini dikenal sebagai anafilaksis, atau syok anafilaksis, dan tiba-tiba bisa mengancam jiwa.
Tanda-tanda paling umum seseorang mungkin menderita anafilaksis setelah terpapar alergen adalah:
- Kesulitan bernapas
- Tenggorokan dan saluran udara terasa sesak atau terasa seperti sedang menutup
- Suara serak atau kesulitan berbicara
- Mengi
- Hidung tersumbat atau batuk
- Mual, sakit perut, atau muntah
- Detak jantung atau nadi cepat
- Kulit gatal, kesemutan, kemerahan, atau bengkak
Anafilaksis membutuhkan perhatian medis segera. Jika terjadi pada si kecil, bisa meningkatkan risiko yang lebih buruk dengan sangat cepat. Karena itu, penting bagi Parents dan semua anggota keluarga terdekat si kecil mengetahui tentang pemicu alergi atau alergen yang dimiliki anak Anda.
Baca juga:
https://id.theasianparent.com/alergi-makanan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.