Alami Clogged Duct, Sumbatan ASI yang Bikin Saya Panas Dingin

Pandangan dan informasi yang diceritakan di dalam artikel ini merupakan pendapat penulis dan belum tentu didukung oleh theAsianparent atau afiliasinya. TheAsianparent dan afiliasinya tidak bertanggung jawab atas konten di dalam artikel atau tidak bisa diminta pertanggungjawaban untuk kerusakan langsung atau tidak langsung yang mungkin diakibatkan oleh konten ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Halo Parents semua, mumpung sedang Pekan ASI Sedunia 2021, saya mau menceritakan pengalaman alami clogged duct. Mungkin, di antara Bunda  ada yang pernah mengalaminya.

Sebelumnya, saya ingin mengenalkan diri lebih dulu, nama saya Merlin, ibu dari seorang anak laki-laki berumur 1 tahun 1 bulan yang bernama Ethan.

Semenjak Ethan masih di dalam kandungan, saya sudah bertekad untuk memberikan Ethan ASI,  kalau bisa sampai usia anak saya ini  berusia 2 tahun.

Walaupun sebenarnya saat itu pengetahuan saya masih minim. Saya pun masih memiliki keragu-raguan seperti “ASI saya nanti keluar nggak ya?”, “Payudara saya kecil nih... Apa bisa memberikan full ASI untuk anak saya?”, dan banyak keraguan lainnya.

Artikel Terkait: Menyusui di Masa Pandemi COVID-19 Kian Menantang, Ini Aturannya

Proses Menyusui Membutuhkan Usaha dan Dukungan

Di tengah banyaknya kekhawatiran, saya bersyukur karena adanya dukungan dari suami dan keluarga, setelah Ethan lahir hari kedua, ASI  saya mulai keluar dan Ethan bisa menyusu langsung. Hari ketiga sudah mulai bisa dipompa, dan dapat 30 ml.

Selama 4 hari di rumah sakit, pascamelahirkan operasi caesar, dua kali sehari saya selalu dipijat laktasi oleh suster laktasi di sana. Dua hari pertama belum berasa apa-apa, mulai hari ketiga, ketika ASI sudah mulai banyak, saya mulai kesakitan saat dipijat. Tetapi suster bilang supaya lancar, ya, sudah saya tahan sakitnya dan nurut saja.

Singkat cerita mulai Ethan berusia 3 minggu, saya mulai bisa menyetok ASI di freezer. Harapannya apabila saya harus berpisah dengan Ethan, saya tidak perlu kuatir karena dia bisa minum ASI tersebut.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Namun karena kondisi pandemi seperti sekarang ini, saya tidak pernah keluar rumah dan akhirnya ASIP beku tersebut tidak tersentuh oleh Ethan. Dia hanya minum yang di kulkas dan selebihnya menyusu langsung.

Artikel Terkait: Puting Lecet Saat Menyusui? Inilah Penyebab dan Cara Mengatasinya

Suatu hari saya iseng mencoba memanaskan ASIP beku tersebut dan di berikan ke Ethan. Ternyata dia tidak suka, dot hanya dihisap sebentar lalu dilepeh. Memang ketika saya cium baunya juga bebeda, agak menyengat.  Seperti bau besi. Setelah saya cari tahu memang ada bayi yg sensitif terhadap bau tersebut.

Menyadari Alami Clogged Duct

Memasuki usia Ethan 2 bulan, freezer saya sudah penuh dan karena saya tidak berniat untuk sewa freezer ASI, saya mendonorkan ASI ke kenalannya teman saya yang kebetulan mengadopsi anak dan usianya hanya beda satu hari dengan Ethan. Pas sekali.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saya mendonorkan ASI sampai Ethan berusia 6 bulan. Karena sudah mulai MPASI, saya berencana mengurangi frekuensi pumping saya (diluar DBF) dari 5x sehari menjadi 3x sehari. Juga karena saat itu mendekati akhir tahun, kami sempat mengunjungi rumah orangtua kami. Pastinya jam pumping saya tidak se-fleksibel di rumah. Kadang belum sampai payudara 'kosong', saya sudah berhenti pumping.

Seminggu berlalu, muncullah benjolan di bagian payudara atas sebelah kiri saya (ada beberapa kalau tidak salah 2-3 titik). Ketika tersenggol atau tertekan, terasa sakit sekali. Saya langsung teringat saat saya dipijat laktasi, saya coba memijat payudara saya sambil menekan benjolan-benjolan tadi.

Namun, di sinilah drama dimulai, tiba-tiba setelah selesai pijat saya menggigil, gemetar dan sangat kedinginan. Ketika saya cek suhu tubuh 38.5 derajat celcius. Waduh, saya menahan sakit, panik dan menangis juga karena malam itu Ethan belum mau tidur dan suami belum pulang ke rumah.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saya mencoba mencari-cari informasi di internet dan mencoba menyusui Ethan menggunakan payudara kiri yang sakit itu tetapi tetap saja benjolannya tidak hilang.

Saya coba minum obat penurun panas, lalu saya menindurkan Ethan sambil menangis. Saya takut ini mastitis. Tapi payudara saya tidak bengkak, lembek, hanya saja ada benjolannya.

Jadi sebenarnya saya ini kenapa ya? Saya benar-benar ketakutan karena kalau sampai mastitis atau mastitis terinfeksi bisa-bisa harus ada tindakan yang dilakukan oleh dokter, misalnya operasi.

Oh My God, jangan sampai deh.

Apakah Saya Mastitis?

Kemudian malam itu juga saya menghubungi dokter kandungan saya via whatsapp. Untungnya langsung dibalas dan dokter menyuruh agar benjolan tersebut di kompres dengan kol putih dingin. Dokter juga mengatakan bahwa ASI-nya harus sering dikeluarkan, kalau dari fotonya sepertinya mastitis.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Mendengarnya, hati saya lansung remuk. Takut, kuatir, dan semua hal-hal negatif memenuhi pikiran saya.

Setelah Ethan tidur, saya merasa suhu tubuh saya normal kembali. Namun benjolan tersebut masih ada. Saya coba pumping seperti saran dokter, benar saja hanya keluar 30 ml. Sedangkan payudara sebelah kanan hasilnya stabil seperti biasa kurang lebih 100 ml.

Saya ketakutan dan coba pijat payudara saya lagi. Namun setelah di pijat suhu tubuh saya naik lagi ke 38.5 derajat celcius. Saya menelpon suami saya sambil menangis. Dia berusaha menenangkan saya tetapi memang dia belum bisa pulang ke rumah.

Lalu saya minum obat penurun panas lagi dan mencoba untuk tidur. 1 jam kemudian saya terbangun karena baju saya basah kuyup dan suhu tubuh saya normal kembali.

Keesokan harinya, saya coba pumping lagi namun tetap 30 ml saja yang keluar. Saya pijat, namun saya kembali demam lagi. Suami saya bilang kalau masih seperti ini, kita minta antibiotik saja ke dokter.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Oh ya, di hari kedua ini saya juga mulai kompres payudara saya dengan kol putih dingin sehari empat kali. Pumping dan menyusui rutin, pijat payudara sehari dua kali dan minum obat penurun panas sehabis pijat karena pasti suhu tubuh saya naik setelahnya.

Artikel Terkait: Pengalaman Menyusui yang Menyakitkan Karena Mastitis

Benjolan Belum Juga Hilang

Di hari ketiga, karena masih belum ada perubahan, akhirnya saya minum antibiotik sesuai resep dokter. Diresepkan antibiotik untuk 3-5 hari. Hari pertama dan kedua setelah minum antibiotik masih tidak ada perubahan. Rutinitas menyusui dan pumping, pijat, kompres dan minum obat penurun panas masih dilakukan.

Hasil pumping masih sedikit, benjolan di payudara saya belum juga menghilang. Suhu tubuh saya naik turun. Suami saya bantu pijat laktasi karena saya pikir tenaga dia lebih kuat jadi agar lebih cepat hilang benjolannya. Oh ya ketika pijat laktasi ini, saya juga sempat merasakan LDR (let down reflex) dan ASI saya muncrat-muncrat keluar. Namun, benjolan masih juga belum hilang.

Hari ketiga, pagi hari setelah dipijat saya masih demam. Tiap mau mulai pijat saya ketakutan. Selain takut sakit, takut juga efek setelahnya yaitu menggigil kedinginan dan demam. Malam hari, setelah dipijat laktasi saya terdiam duduk di atas kasur. 10-15 menit menunggu ternyata suhu tubuh saya masih normal, saya tidak demam.

Saya langsung membangunkan suami dan bilang, “Beb, kayaknya aku sudah nggak demam lagi deh. Tadi kamu waktu pijat merasa nggak benjolannya mengecil?” Suami bilang dia lupa katanya benjolannya yang kemarin seberapa hari ini seberapa. Tetapi intinya dia bilang masih ada.

Satu yang pasti saya senang dan lega karena sudah tidak demam. Artinya saya sudah tidak infeksi kata dokter dan berarti antibiotiknya bekerja. Apabila antibiotiknya tidak mempan, maka harus dilakukan tindakan oleh dokter. Aduh membayangkannya saja sudah ngilu rasanya. Amit-amit jangan sampai deh.

Oh ya, selama 1 tahun menyusui ini, saya mengalami sumbatan ASI atau clogged duct ini sebanyak dua kali. Yang pertama yang saya ceritakan ini, dan yang kedua 1 bulan setelahnya di payudara yang sebelah kanan.

Sudah kebagian dengan adil kanan dan kiri. Saya sudah kapok dan tidak mau lagi.  Hahaha, ya, iyalah siapa juga yang berharap mau alami clogged duct seperti ini kan.

Namun dari pengalaman dua kali alami clogged duct seperti ini saya belajar beberapa hal. 

3 Hal yang Saya Pelajari Setelah Alami Clogged Duct

  1. Apabila mau mencoba mengurangi pumping harus bertahap, pelan-pelan dan tidak bisa langsung.
  2. Payudara harus sering-sering di pijat karena kadang ada bagian-bagian tertentu (biasanya di atas / samping) yang tidak terperah secara maksimal melalui pompa ASI. Cara lain, setelah pumping, payudara bisa di perah menggunakan tangan agar pengosongan payudaranya maksimal. Kalau tidak, lama-kelamaan kelenjar susunya bisa tersumbat (clogged duct) seperti yang saya alami. Apabila dibiarkan atau tidak ditangani dengan baik, bisa sampai mastitis-mastitis terinfeksi dan harus dilakukan tindakan.
  3. Sering periksa payudara. Kadang benjolan yang muncul itu tidak sakit awalnya kalau tidak sengaja tertekan.

Semoga kita semua sehat selalu dan dihindarkan ya dari masalah-masalah seputar menyusui, termasuk alami clogged duct. Masalah payudara saja sampai bikin demam 38-39 derajat celcius lho. Memang cuma ibu menyusui yang mengerti hahaha.

 

***Ditulis oleh Merlin Gerina, VIPP Member theAsianparent ID 

 

Artikel Lain yang Ditulis VIPP Member theAsianparent ID

id.theasianparent.com/mengatasi-stres-pascamelahirkan

id.theasianparent.com/pillow-talk-dengan-anak

id.theasianparent.com/hamil-sambil-menyusui