Saat akses terhadap teknologi makin banyak, mencegah anak untuk tidak melihat kekerasan adalah sebuah kemustahilan. Karena baik di dunia virtual maupun nyata, dalam bentuk kartun maupun manusia, kekerasan begitu sering ditampilkan sehingga perlu usaha ekstra agar dapat mengajarkan agar anak tak suka kekerasan.
Berikut strategi yang harus Anda terapkan:
1. Mulai dari rumah
Sebagai orangtua, Anda wajib memberi contoh agar tak bertengkar dengan pasangan di depan anak. Baik dalam bentuk kekerasan verbal (berteriak maupun memaki), apalagi kekerasan fisik.
Berlakukan hal ini pada anak-anak. Ajari mereka bertengkar yang sehat tanpa kekerasan fisik maupun verbal. Misal, setiap kali mereka mulai bertengkar, Anda bisa mengubah pertengkaran mereka menjadi perlombaan lucu.
Minta mereka untuk duduk diam dan berhadap-hadapan. Kemudian minta mereka untuk saling memandang wajah satu sama lain dalam beberapa menit tanpa tertawa.
2. Batasi anak untuk bermain dengan teknologi digital
Pembatasan tayangan digital ini sudah banyak dibahas. Media berlayar cenderung membuat anak jadi agresif dan tidak sabaran sehingga Anda perlu memberi mereka dosis yang tepat agar mental mereka tetap sehat.
Artikel terkait: Panduan Sehat Penggunaan Gadget untuk Anak di Bawah Usia 5 Tahun
3. Belajar lewat bermain peran
Gunakan mainan di sekitarnya untuk mengajarkan bahwa tindak kekerasan dapat merusak. Misalnya, jika ia mengamuk pada mobil-mobilannya, maka mobilnya akan rusak.
Atau ajak anak untuk terbiasa untuk mengobrol bersama bonekanya agar kosa katanya bertambah sehingga ia tidak kekurangan ekspresi untuk mengungkapkan maksudnya.
Kadang, anak marah dan mengamuk karena ia tidak tahu caranya mengungkapkan apa yang ia mau. Bisa jadi juga, ia kesal karena tak ada seorangpun yang mengerti apa yang ia maksud.
4. Managemen emosi
Mengajari anak bela diri tidak sama dengan mengajari anak kekerasan. Anak bisa belajar menendang dan memukul apapun yang memang untuk dipukul.
Misalnya, tinju-tinjuan, adonan clay untuk meremas saat ia kesal, maupun bantal untuk menggigit ketika ia sedang marah ataupun ingin berteriak.
Artikel terkait: Anger Management, Keterampilan yang Harus Dimiliki Orangtua.
5. Ajari terhadap perbedaan
Beberapa orangtua mengajarkan anak untuk menjauhi orang lain hanya karena beda agama, warna kulit, maupun status sosial. Padahal ini adalah satu langkah keliru yang akan membuatnya jadi seseorang yang gemar melakukan kekerasan.
Mengajak anak piknik ke tempat yang memungkinkan ia jadi minoritas akan membuatnya lebih menghargai perbedaan. Variasi pertemanan yang ada di lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap cara pandang dia memandang perbedaan.
Tentu saja, Anda sebagai orangtua harus jadi orang pertama yang mengajarkan hal itu. Jika Anda masih tidak bisa berdamai dengan tetangga maupun saudara hanya karena beda pilihan calon pemimpin, bagaimana mungkin Anda bisa jadi contoh yang baik untuknya?
6. Kenalkan role model (tokoh panutan) yang baik untuknya
Anda bisa mengenalkannya pada tokoh fiksi maupun tokoh nyata yang dapat ia contoh dalam hal menata emosi. Pastikan bahwa ia memiliki seseorang yang dipercaya untuk membicarakan masalah-masalahnya.
7. Belajar cara menangani tantrum
Kebanyakan kasus tantrum disebabkan karena anak merasa lapar lelah, atau sekedar ingin dimengerti. Amati pola anak saat tantrumnya datang. Apabila anak terbiasa dituruti saat tantrum, kemungkinan ia akan tantrum lagi setiap kali tidak dituruti.
Baca juga: 10 Cara Cerdas Hadapi Anak yang Tantrum.
Mendidik anak yang tak suka kekerasan memang tak mudah. Namun dengan terus belajar memahami karakter dan pola anak, Anda akan mulai bisa mengerti bagaimana cara mengatasi segala macam tingkah laku anak.
Baca juga:
5 Tahap Mengajarkan Anak Menyelesaikan dan Mengatasi Pertengkaran
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.