Banyak Bunda merasa kebingungan ketika Ramadan hampir tiba. Salah satu pertanyaan yang paling sering muncul: bagaimana cara menyampaikan ibadah yang cukup menantang ini kepada anak? Bagaimana juga caranya agar anak bisa berhasil puasa selama bulan ini, ya?
Well, anak saya, Yuan (8yo) sudah mulai belajar puasa sejak usianya tiga. Alhamdulillah, waktu itu saya tidak mengalami banyak drama. Tahun ini, adik perempuannya, Luna (5yo) juga mulai belajar. Sejauh ini keduanya masih semangat menjalankan puasa.
Pengalaman dan Rahasiaku agar Anak Berhasil Belajar Puasa
Bagi saya, kunci mengajarkan ibadah itu hanya satu: kasih sayang. Islam adalah agama yang penuh kasih sayang. Oleh karena itu, kita pun wajib menyampaikannya dengan kasih sayang juga.
Tidak ada anak yang suka disuruh-suruh, dipaksa, atau diancam. Lakukan hal tersebut, hasilnya anak akan beribadah dengan rasa kesal. Lakukan terus-menerus, jangan heran ketika anak besar nanti, mereka benci untuk ibadah. Enggak mau, kan, sampai kejadian?
Nah, dalam menyampaikan pesan, ada 2 cara yang bisa dilakukan. Pertama, dengan komunikasi (kata-kata, nada suara, postur tubuh). Lalu kedua, melalui contoh langsung.
Ketika Yuan berusia lima, saya sudah sounding masalah puasa sebelum Ramadan datang.
“Eh, Bang. Dua minggu lagi kita puasa loh, yei!” kata saya saat itu dengan nada ceria dan muka sumringah. Seneeeeng banget. Saya terus mengucapkan itu berkali-kali hingga akhirnya Yuan merasa kalau Ramadan adalah sesuatu yang pasti asyik.
Sehari sebelum Ramadan dimulai, saya menghias rumah. Kami membuat prakarya yang bertuliskan “Welcome Ramadan” dengan kertas berwarna-warni dan hiasan lucu-lucu. Enggak heboh banget, sih, asal cukup bikin suasana rumah beda dibanding biasanya.
Bunda, anak usia dibawah 7 belum bisa menerima pesan yang panjang. Karena itu, saya sampaikan ke Yuan arti puasa secara mudah.
“Bang, puasa itu artinya tidak makan dan minum, dari subuh sampai magrib.”
Ikuti Alur dan Hindari Memaksa Anak
Mendengar itu, Yuan jadi banyak bertanya, juga merasa takut. Yaps, dia sempat merasa keder bakal kelaparan, pingsan, bahkan mati. Hihi. Eits, ketakutan Yuan adalah hal wajar. Normal banget. Lha wong selama ini saya sering menyuruh dia makan karena khawatir kelaparan, kok ujug-ujug ini malah dilarang makan?
Saya memvalidasi ketakutan Yuan, “Iya, abang takut kelaparan, ya? Tapi Insya Allah kita tetap kuat, kok, bang meski enggak makan dan minum.”
Saya peluk dan elus-elus punggungnya, supaya lebih tenang.
“Tapi kalau memang nanti Abang enggak kuat, Abang boleh buka sebelum magrib kok,” tambah saya lagi.
Yaps, saya tidak memperkenalkan istilah puasa beduk ke anak karena memang tidak ada syariatnya (cmiiw). Saya meminta dia untuk puasa ‘sekuatnya’. Jika memang kuatnya sampai jam 12, ya sudah silahkan buka. Tapi kalau bisa sampai maghrib, alhamdulillah.
Puasa itu ibadah yang cukup berat loh, bahkan bagi orang dewasa. Maka, saya berusaha memudahkannya untuk Yuan. Saya masak makanan kesukaannya. Agar dia senang dan merasa usahanya puasa tidak sia-sia, saya juga lebih kendor dalam hal aturan. Saya beri kesempatan screentime lebih banyak, asal tetap tidur siang. Pokoknya, selama anak mau puasa, jangan dipersulit.
Bagaimana Jika Anak Tidak Mau atau Merasa Lelah Puasa?
Yuan pernah dalam fase ini, dan lagi-lagi yang saya lakukan adalah memvalidasi perasaannya.
“Iya, Abang capek ya puasa terus. Abang enggak kuat, ya?”
Biasanya ketika melakukan hal itu, Yuan jadi rileks karena merasa tidak dihakimi. Saat sudah tenang, saya coba kembali untuk memotivasi, “Abang mungkin merasa enggak sanggup, tapi Mama yakin abang sanggup. Yakin banget.”
Selain hal-hal di atas, saya berusaha untuk lebih banyak tersenyum. Juga menghilangkan ekspektasi, agar anak tidak terbebani.
Anyway, reward yang saya beri ke Yuan ketika berhasil puasa penuh adalah ciuman dan pelukan, bukan barang. Saya sampaikan bahwa saya amat bangga kepadanya.
Semua usaha itu qadarullah berhasil membuat Yuan mampu berpuasa dengan sukacita. Hal yang sama saya terapkan ke adiknya dan sukses, meski dia belum berhasil puasa full.
Nah itu dia sedikit sharing tips dari saya agar anak berhasil puasa. Semoga bermanfaat dan bisa diduplikasi oleh Bunda semua, ya!
***
Ditulis oleh Bunda Ajeng Pujianti Lestari.
*Ini merupakan salah satu tulisan terpilih ‘Lomba Cerita Ramadan MomTAP’. Untuk 3 tulisan terbaik, pemenangnya akan diumumkan dalam Festival Ramadan MomTAP 2021.
Baca juga:
6 Tips dan Pengalaman Mengajarkan Anak Puasa Ramadan ala Keluarga Kami
Sepercik Pengalaman dan Rahasiaku Mengajarkan Anak Puasa di Bulan Ramadan
Bukan Perkara Mudah, Ini 5 Rahasiaku Mengajarkan si Kecil Puasa
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.