ADHD pada anak tidak boleh membuat orang tua kehilangan kendali emosi.
Sama halnya dengan semakin meningkatnya kasus autisme pada anak pada dua dekade terakhir, ternyata terjadi peningkatan pula pada kasus ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), atau sering dikenal sebagai gangguan pemusatan perhatian atau hiperaktif.
Peningkatan jumlah kasus ADHD seiring pula dengan simpang siurnya pendapat tentang penyebab mengapa anak menjadi hiperaktif. Kali ini, kami mengulas beberapa mitos utama tentang penyebab ADHD atau hiperaktif tersebut.
Mitos #1 : ADHD disebabkan karena Terlalu Banyak Gula
Dr. Ben Feingold mengutarakan pendapatnya di tahun 1973 kepada the American Medical Association, tentang adanya keterkaitan antara ADHD dan zat-zat yang terdapat pada makanan. Karena saat itu penderita ADHD sangat sedikit, maka teori beliau mendapat atensi penuh dari banyak pihak.
Padahal, hingga kini, tidak ditemukan keterkaitan antara anak hiperaktif dengan konsumsi gula berlebih pada anak, seperti yang kerap dipikirkan orang tua.
Sebaliknya, ibu yang saat hamil mengkonsumsi makanan instan atau yang banyak mengandung MSG, juga makanan dengan kandungan pestisida rentan memiliki anak hiperaktif. Anak yang lahir secara prematur juga cenderung menjadi hiperaktif.
Anak hiperaktif bukanlah anak ‘nakal’.
Mitos #2: Hiperaktif adalah Sikap Memberontak
Memang gejala hiperaktif seperti anak yang suka memberontak, di mana anak menolak saat diberi perintah orang tuanya. Jika orang tua terpancing emosinya, maka anak akan lebih memberontak.
Sebaliknya anak hiperaktif akan menurut saat diberi pengertian secara lembut tapi tegas dan penuh kasih sayang. Kendati terlihat memberontak, tidak terlintas sedikitpun pada benak anak hiperaktif untuk melawan orang tuanya.
Anak dengan ADHD perlu perhatian, bukan anak yang terlalu diperhatikan.
Mitos #3: Anak Hiperaktif = karena terlalu dimanja?
Sering kali, kita kesal melihat anak hiperaktif saat kita berada di satu ruangan dengannya? Dan kita sering menganggap bahwa mereka pasti sangat dimanjakan orang tuanya. Anak yang terlalu dimanja menunjukkan sikap kolokan dan egois, bukan hiperaktif.
Memang, orang tua dengan anak hiperaktif harus menahan emosi saat berbicara, karena anak hiperaktif akan semakin memberontak saat mendengar nada tinggi dari orang tua, ataupun orang-orang di sekitarnya.
Parents, semoga informasi di atas bermanfaat.
Baca juga artikel menarik lainnya:
Penyebab Hiperaktif dan Membuat Anak Lebih Tenang Lewat Makanan
Mengatasi Anak Susah Tidur
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.