Otak anak menjadi bagian tubuh yang sangat vital namun rentan mengalami masalah seperti infeksi, misalnya saja kondisi abses. Abses otak anak ini terjadi karena adanya infeksi pada satu atau lebih area di otak.
Kondisi ini tidak bisa dianggap enteng karena menyebabkan masalah pada fungsi otak dan sumsum tulang belakang, bahkan bisa membahayakan nyawa si kecil. Umumnya, kondisi ini bisa lebih rentan terjadi pada anak usia sekolah.
Penanganan yang cepat dan tepat bisa membuat risiko komplikasinya berkurang, sehingga peka terhadap gejala dan penyebabnya penting untuk diketahui setiap orangtua. Apa sajakah gejala yang wajib diwaspadai tersebut?
Artikel terkait : Parents, ternyata otak anak bisa dipengaruhi dari kasih sayang orang tua lho!
Gejala abses otak
Abses sendiri merupakan kantong infeksi yang bisa menyebabkan beberapa gejala yang khas. Biasanya anak yang masih sangat kecil bisa mengalami beberapa gejala berikut:
- Terdapat tonjolan di bagian fontanel kepala.
- Anak mengalami demam tinggi.
- Mengalami sakit kepala yang sangat parah.
- Menangis dengan nada yang melengking.
- Rasa kantuk yang tidak biasa.
- Mengalami mual dan muntah.
- Kejang-kejang.
- Nafsu makan yang sangat buruk dibandingkan biasanya.
Selain itu, biasanya pada anak yang sudah memasuki usia sekolah atau anak yang lebih besar ada beberapa gejala yang bisa dirasakan, antara lain:
- Demam tinggi.
- Mengalami perubahan perilaku.
- Mengeluhkan sakit kepala yang parah.
- Perubahan cara bicara.
- Mengalami mual dan muntah.
- Koordinasi motorik kasar dan halus, serta kemampuan anggota gerak atas dan bawah menjadi lebih lambat.
- Mengalami masalah pada cara berjalan.
Artikel terkait : Penelitian: Hati-hati, terlalu sering main gadget bisa merusak otak anak
Penyebab abses otak
Secara umum, abses otak disebabkan oleh virus, jamur, maupun bakteri yang masuk ke tubuh. Namun diantara ketiganya, infeksi karena bakteri lebih sering terjadi pada si kecil.
Ada beberapa cara virus maupun bakteri bisa masuk ke tubuh seorang anak lalu menginfeksi otaknya, di antaranya:
- Virus maupun bakteri bisa langsung masuk ke otak karena adanya luka terbuka di bagian kepala.
- Infeksi bisa menyebar melalui aliran darah dari paru-paru atau area dada.
- Infeksi bisa menyebar karena adanya infeksi lain di area yang lebih dekat, misalnya infeksi telinga, infeksi sinus, bahkan infeksi gigi.
Oleh karena itu, berbagai kondisi infeksi yang terjadi pada tubuh si kecil sebaiknya dikonsultasikan pada dokter ya, Parents.
Beberapa faktor risiko pada anak
Selain ketiga penyebab di atas, ada beberapa hal lain yang bisa meningkatkan risiko seorang anak rentan mengalami abses. Faktor-faktor risiko tersebut, antara lain:
- Anak mengalami meningitis
- Si kecil mengalami cedera pada bagian otak seperti fraktur
- Anak yang mengidap diabetes
- Mengalami beberapa jenis infeksi seperti infeksi pada telinga tengah, infeksi gigi, infeksi rahang, sinus kronis, infeksi pada area wajah, maupun infeksi pada kulit kepala.
- Kondisi imunosupresi pada anak atau kondisi akibat genetik maupun penggunaan obat yang bisa menekan sistem kekebalan tubuh anak.
Artikel terkait : Kepala anak terbentur, mungkinkah gegar otak? Ini yang perlu orangtua waspadai!
Apakah anak bisa sembuh sepenuhnya?
Saat si kecil mengalami berbagai gejala di atas, sebaiknya segera konsultasikan kondisi kesehatan pada dokter untuk menghindari ifneksi yang berlarut dan lebih parah. Biasanya, dokter akan melakukan pemeriksaan berupa CT scan, tes darah, MRI, dan berbagai bentuk pemeriksaan lainnya.
Pasca perawatan, ada anak yang bisa secara keseluruhan pulih maupun ada juga yang butuh proses lebih lama. Pada beberapa anak, saat perawatan bisa mengalami kesulitan berbicara maupun bergerak. Beberapa di antaranya pun ada yang sampai mengalami kejang.
Di samping perawatan dengan dokter spesialis, dokter pun biasanya akan memerlukan terapi bicara, fisik, maupun okupasi.
Nah Parents, bila si kecil mengalami gejala di atas atau termasuk salah satu faktor risiko di atas, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter, ya.
Sumber : chop edu, urmc.rochester.edu, childrens hospital
Baca Juga :
Ternyata otak anak perempuan berkembang lebih cepat dibanding anak laki-laki