Waspadai Dry Drowning, Gangguan Kesehatan Anak Setelah Berenang

Dry Drowning adalah gejala gangguan pernapasan yang biasa terjadi setelah anak selesai berenang. Meski jarang ditemui, hal ini bisa menyebabkan kematian.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saat kita mengajak anak berenang, kita selalu mengawasi dengan cermat dan mengingatkan dia agar berhati-hati supaya tidak tenggelam. Tapi tahukah Parents, ancaman tenggelam masih menghantui anak-anak meskipun dia telah keluar dari kolam renang selama berjam-jam. Ancaman ini disebut dry drowning dan secondary drowning.

Kasus dry drowning dan secondary drowning sebenarnya jarang sekali terjadi, hanya sekitar 1-2% kasus dari semua kasus anak tenggelam. Namun tidak ada salahnya Anda waspada, terutama jika Anda dan keluarga suka rekreasi ke tempat yang memungkinkan anak untuk berenang, seperti danau, laut atau kolam renang.

Apa itu dry drowning dan secondary drowning?

Dry drowning adalah suatu kondisi saat air terhirup ke dalam paru-parunya, hal ini bisa terjadi saat anak tak sengaja tertelan air ketika berenang. Pada kasus seperti ini, umunya air tidak pernah sampai ke paru-paru, tapi air terhirup saat anak mencoba bernafas membuat pita suaranya menjadi kejang dan menutup jalan nafasnya. Sehingga anak jadi sulit bernafas.

Sedangkan secondary drowning terjadi ketika ada air yang masuk ke dalam paru-paru sehingga menyebabkan paru-paru membengkak sehingga membuat tubuh kesulitan mentransfer oksigen dan karbondioksida secara normal. Gejala dari secondary drowning ini biasanya terlihat maksimal 24 jam setelah anak keluar dari tempat renang.

Baik dry drowning maupun secondary drowning adalah keadaan berbahaya, membuat anak kesulitan bernafas bahkan bisa menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan serius.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Gejala dry drowning dan secondary drowning

Gejala dry drowning biasanya langsung terlihat tak lama setelah anak selesai berenang. Berikut ini adalah gejala yang patut Anda cermati:

  • Batuk. Batuk merupakan tanda bahwa ada peningkatan kerja pada bagian pernapasan sehingga tidak bisa diabaikan.

  • Dada anak terasa sakit. Benda asing seperti air yang masuk ke saluran pernapasan bisa membuat dada anak terasa sakit, apalagi jika air tersebut mengandung kaporit atau garam.

    Loading...
    You got lucky! We have no ad to show to you!
    Iklan
  • Susah bernafas. Lubang hidung yang melebar, napas yang terputus-putus, anak Anda terlihat bekerja lebih keras untuk bernapas adalah tanda kalau Anda harus segera membawanya ke dokter untuk diperiksa.

  • Merasa sangat kelelahan atau mengantuk. Jika anak Anda merasa lelah dan mengantuk tidak lama setelah ia berenang, itu merupakan tanda bahwa asupan oksigen ke otak dan darah tidak mencukupi. Jangan biarkan ia tidur sebelum Anda memastikan bahwa dia baik-baik saja.

  • Melupakan sesuatu atau berperilaku aneh. Penurunan tingkat oksigen dalam tubuh bisa membuat anak merasa sakit atau pusing.

    Loading...
    You got lucky! We have no ad to show to you!
    Iklan
  • Muntah-muntah. Muntah adalah tanda bahwa tubuh sedang tidak baik, bisa juga disebabkan oleh kekurangan oksigen. Batuk terus menerus dan tak kunjung berhenti juga bisa menyebabkan anak muntah.

Saat anak Anda mengalami gejala-gejala di atas, sebaiknya Anda langsung membawanya ke dokter agar anak segera mendapatkan perawatan dan mencegah dampak yang lebih buruk.

Artikel terkait: Bumil ingin berenang? Perhatikan 5 syarat ini agar tetap aman

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Cara mencegah

Pencegahan untuk kasus dry drowning dan secondary drowning relatif sama dengan pencegahan untuk kasus tenggelam di dalam air. Yakni sebagai berikut.

Selama Anda terus mengawasi dan memastikan keselamatan anak Anda saat ia berenang dan sesudahnya, Anda tak perlu khawatir kalau anak Anda akan mengalami dry drowning. Mengingat bahwa kasus ini cukup langka dan jarang ditemui.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
Referensi: parenting.com, parents.com, webmd.com

Baca juga:

id.theasianparent.com/anak-berenang-tanpa-infeksi-telinga/

 

Penulis

Fitriyani