Seringkali wanita hamil tidak menyadari bahaya yang ditimbulkan akibat air ketuban merembes.
Air ketuban (air amnion) merupakan media pelindung bagi janin yang berada dalam kantung rahim. Cairan ini yang memungkinkan bayi bebas bergerak dan terlindungi dari bakteri yang berasal dari luar tubuh ibu.
Kondisi cairan ini sangat mempengaruhi perkembangan janin. Air ketuban yang sehat dan cukup akan membuat pertumbuhan janin sesuai dengan tahapan usia dan siap dilahirkan pada waktunya.
Kadangkala, berkurangnya air ketuban tidak disadari oleh calon ibu yang tengah mengandung akibat ketidaktahuannya.
Padahal berkurangnya air ketuban bisa mengakibatkan kelahiran prematur atau masuknya bakteri ke dalam kantung rahim dan menyebabkan infeksi.
Mengapa air ketuban merembes atau bisa berkurang?
Biasanya air ketuban merembes karena adanya bagian selaput ketuban yang robek. Hal ini dapat diakibatkan oleh trauma ataupun terjadi secara spontan.
Dalam beberapa kasus, guncangan yang timbul oleh batuk yang dialami calon ibu pada trisemester terakhir dapat menyebabkan keluarnya air ketuban tanpa diketahui.
Artikel Terkait : Waspada air ketuban pecah dini sebelum HPL, ini bahayanya!
Seringkali calon ibu salah sangka dan menganggap air ketuban yang merembes sebagai urin, yang keluar akibat tekanan yang terjadi pada kantung kemih sang ibu.
Untuk menghindari peristiwa fatal akibat berkurangnya air ketuban, ada baiknya kita mengetahui perbedaan antara air ketuban dan urin.
Faktor risiko air ketuban merembes
Bun, kondisi air ketuban yang merembes ini bisa terjadi pada siapa pun. Namun, ada beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risikonya ketuban merembes ini.
Khususnya pada kasus air ketuban pecah dini, beberapa faktor risiko yang sebaiknya diwaspadai antara lain :
- Mengandung anak kembar.
- Mengalami perdaraha vagina di trimester kedua dan ketiga.
- Pernah menjalani prosedur medis seperti operasi pada leher rahim.
- Memiliki kelainan bentuk rahim, misalnya rahim lebih pendek dari ukuran normal.
- Memikiki riwayat melahirkan prematur pada persalinan sebelumnya.
- Memiliki gaya hidup tidak sehat seperti tidak mengonsumsi makanan bergizi, jarang berolahraga, mengonsumsi alkohol, maupun kebiasaan merokok.
Tips untuk membedakan air ketuban dan urin
1. Gunakan pembalut yang bersih
Bila Anda sering merasakan adanya cairan yang keluar melalui vagina, baik saat tubuh Anda terguncang akibat batuk, trauma ataupun cairan yang keluar secara spontan, gunakanlah pembalut yang bersih untuk menampung cairan tersebut.
2. Amati
Amatilah dengan seksama cairan yang terdapat pada pembalut tersebut. Satu hal yang harus Anda ketahui, bahwa air ketuban biasanya tidak bewarna serta tidak berbau.
3. Lakukan tes keasaman
Gunakan kertas lakmus untuk mengetahui keasaman yang terkandung dalam cairan tersebut dengan menempelkan kertas tersebut pada pembalut.
Bila cairan tersebut menyebabkan kertas lakmus berubah menjadi biru, itu menandakan cairan tersebut adalah air ketuban.
Sedangkan bila kertas lakmus tetap bewarna merah, itu menandakan tidak adanya kandungan asam dalam cairan tersebut, dan cairan tersebut merupakan air seni.
Artikel Terkait : Pecah ketuban dini di kehamilan 16 minggu, ibu ini berhasil lahirkan bayi kembar sehat
4. Periksakan diri sesegera mungkin
Keluarnya air ketuban, baik pada saat hamil muda maupun hamil tua akan berdampak pada kehamilan yang Anda jalani. Selain itu, waspadailah bila Bunda memang termasuk kedalam salah satu faktor risiko yang sudah disebutkan.
Bila cairan ketuban itu merembes pada usia kehamilan yang jauh dari waktu kelahiran normal, hal itu bisa mengakibatkan kelahiran prematur. Oleh karena itu Bunda harus mewaspadainya dengan melakukan konsultasi dengan dokter kandungan.
Saat kondisi ini terjadi, segeralah memeriksakan kehamilan karena bila jumlahnya banyak bisa berpotensi mengancam kehamilan. Dokter pun biasanya akan menyarankan untuk melakukan persalinan dengan segera untuk mencegah risiko komplikasi.
Sedangkan bila air ketuban itu keluar pada trisemester terakhir, biasanya hal itu menandakan bahwa Anda akan segera menjalani proses persalinan.
Semoga informasi di atas bermanfaat, Bunda.
Sumber : Alodokter, Medical News Today
Baca juga:
Ketuban bocor di usia kandungan 6 bulan, bayi ini hampir digugurkan atas saran dokter