Selama kehamilan, calon bayi di dalam kandungan terselimuti cairan yang disebut air ketuban. Peran vital cairan ini membuat Parents harus mengetahui makna warna air ketuban dan tanda apa yang harus diwaspadai.
Mengutip laman Verywell Family, cairan ketuban ditampung dalam sebuah kantong yaitu kantung ketuban. Air ketuban terdiri dari air, elektrolit, protein, karbohidrat, lipid, mineral, urea, dan sel janin.
Menariknya, komposisi tersebut turut dipengaruhi nutrisi yang dikonsumsi ibu dan adanya zat beracun yang bisa menyerang kapan saja.
Seberapa Penting Air Ketuban?
Ketika hamil, cairan ketuban akan melindungi bayi sampai ia dilahirkan. Tak hanya sebagai pelindung semata, penelitian medis mulai menunjukkan bahwa air ketuban memainkan peran penting dalam tumbuh kembang janin.
Sebagai informasi, plasenta ibu mulai memproduksi air ketuban di hari ke-12 kehamilan. Memasuki usia 8 minggu, ginjal bayi mulai bisa memproduksi urin. Urin inilah yang ikut bertanggung jawab atas persentase cairan ketuban selanjutnya.
Selama di dalam rahim, janin menelan dan menghirup cairan ketuban dan mengeluarkannya lagi. Volume cairan ini akan meningkat hingga usia kehamilan memasuki 34 minggu. Kala itu, terdapat 800 ml (27 ons).
Seiring kehamilan yang kian membesar, cairan ketuban terus menyusut sampai akhirnya pecah jelang persalinan. Di samping melindungi, ketuban memberikan ruang bagi bayi bergerak dan berkembang.
Pun cairan ini melindungi bayi dari tekanan atau benturan apapun, mengisi paru-paru selama bayi bernapas, melindungi bayi dari infeksi, dan memastikan kondisi suhu yang ideal untuk si bayi.
Artikel terkait: Ketahui 5 Fungsi Plasenta yang Krusial Bagi Janin dan Masalahnya yang Harus Diwaspadai
Mengenal Warna Air Ketuban
Anggota tubuh sejatinya memperlihatkan gejala tertentu bilamana ada yang tidak beres, termasuk juga air ketuban. Dalam kasus ini, warna air ketuban bisa jadi pertanda apakah janin dalam kondisi normal atau tidak.
Idealnya, air ketuban warnanya bening kekuningan. Namun, ada juga ibu yang cairan ketubannya sedikit gelap bahkan menyerupai darah. Berikut warna dan maknanya yang harus Anda ketahui:
- Bening dan kekuningan. Ini adalah warna air ketuban normal ibu hamil
- Kuning jingga. Warna ini menandakan adanya ketidakcocokan darah ibu dan bayi
- Cokelat. Warna air ketuban ini bercampur darah yang sebaiknya diwaspadai karena kemungkinan ada perdarahan dalam rahim.
- Hijau tua. Warna ini bisa muncul akibat air ketuban bercampur dengan feses pertama bayi atau mekonium. Jika dibiarkan, hal ini dapat mengakibatkan komplikasi pernapasan saat bayi dilahirkan
- Merah-coklat tua menjadi sinyal membahayakan, salah satunya kematian janin
Bagi Bunda yang memerhatikan warna cairan ketuban hijau tua dan keruh sebaiknya mulai memeriksakan diri ke dokter, karena bila dibiarkan dalam waktu lama kuku dan kulit bayi bisa menguning nantinya.
Artikel terkait: Benarkah Detak Jantung Janin Perempuan Lebih Tinggi? Ini Faktanya!
Gejala Air Ketuban Pecah
Sebenarnya ketuban pecah bisa menimpa ibu hamil kapan saja dan itu adalah hal yang normal. Ciri ketuban pecah yang normal adalah cairan yang dikeluarkan tidak berbau, berwarna bening, atau bisa bercampur sedikit darah.
Setiap ibu hamil akan merasakan sinyal berbeda jika ketuban tidak sengaja pecah, ada yang menetes lambat dan ada juga yang keluar dari vagina secara deras. Di samping itu, ketuban pecah pertanda ibu akan segera melahirkan.
Mengutip Mayo Clinic, waspadai jika pecahnya air ketuban disertai gejala berikut:
- Air ketuban berwarna kekuningan atau kehijauan karena ini tanda telah terjadi percampuran antara air ketuban dengan mekonium (tinja pertama janin)
- Air ketuban pecah disertai demam
- Air ketuban pecah disertai gawat janin
- Air ketuban berbau busuk mengindikasikan adanya infeksi dalam kandungan
- Jika air ketuban lebih gelap bisa menjadi ciri janin telah meninggal di dalam kandungan
- Air ketuban pecah sebelum minggu ke-37 kehamilan (ketuban pecah dini)
Apabila ketuban pecah sebelum ada tanda persalinan, segera ambil pembalut untuk membersihkan rembesan cairan tersebut. Perhatikan apa warna dan seberapa banyak jumlahnya, lalu segera ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang diperlukan.
Artikel terkait: Bumil Wajib Waspada Sindrom Aspirasi Mekonium, Saat Air Ketuban Bercampur Feses Bayi
Tidak semua ibu hamil mengalami pecah air ketuban, namun risikonya akan meningkat bagi ibu hamil dengan kondisi berikut:
- Pernah menjalani tindakan medis atau operasi leher rahim
- Kehamilan janin kembar
- Ibu yang pernah melahirkan bayi prematur
- Menderita infeksi seperti infeksi seksual menular dan infeksi saluran kemih
- Memiliki kelainan bentuk rahim atau leher rahim pendek
- Perdarahan vagina di trimester kedua dan ketiga.
Selain beberapa faktor di atas, ibu hamil berisiko tinggi mengalami air ketuban merembes atau pecah jika memiliki gaya hidup yang tidak sehat, misalnya mengonsumsi minuman beralkohol, merokok, jarang mengonsumsi makanan yang bergizi, dan minim berolahraga.
Untuk itu, Bunda tetap harus berhati-hati karena cairan ketuban yang pecah sebelum waktunya dan dalam jumlah banyak bisa mengakibatkan keguguran, cacat bawaan lahir pada bayi, kelahiran prematur, bahkan kematian bayi.
Tidak hanya itu, kehilangan air ketuban dalam jumlah besar bisa menimbulkan kesulitan proses persalinan. Tali pusar sangat mungkin terjepit dan melilit leher bayi sehingga pasokan oksigen untuk janin berkurang.
***
Baca juga:
Hidramnion pada Ibu Hamil: Penyebab Air Ketuban Terlalu Banyak dan Risikonya
7 Tanda Air Ketuban Rembes Sebelum Waktu Bersalin, Apakah Berbahaya?
Ada Efek Samping USG 4 Dimensi bagi Janin, Mitos atau Fakta?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.