Anda mungkin pernah mendengar tentang virus kawasaki dan bahayanya yang mengancam anak-anak. Tidak hanya anak-anak, virus kawasaki pada bayi juga telah ditemukan. Seperti yang terjadi pada bayi bernama Aiden.
Ketika mengalami demam, Aiden tengah berusia 7 bulan. “Ia terus menerus mengalami demam dan tampak gelisah. Gejala awalnya adalah ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening,” kenang ayahnya, Jeremy Chew.
“Dia diberi obat demam, dan itu dianggap sebagai demam biasa oleh dokter anak di Rumah Sakit Mount Alvernia, Singapura.”
Kejadian itu terjadi pada bulan Mei 2015 lalu dan tidak ada yang mencurigai bahwa Aiden terkena penyakit Kawasaki. “Kalau saja Aiden dirawat lebih awal dan diberi penanganan yang tepat,” ungkap Jeremy menyayangkan kejadian yang dialaminya.
Kisah memilukan tentang virus kawasaki pada bayi
Hari demi hari kondisi Aiden makin memburuk sehingga dia harus dirawat di rumah sakit. “Dokter IGD dari Mt Alvernia kemudian menduga bahwa Aiden mungkin terjangkit virus kawasaki. Kami tidak tahu tentang penyakit itu,”.
“Dokter anak di sana mencoba menanganinya, tetapi pengobatan standar IVIG tidak mampu meredakan demam Aiden. Sang dokter kemudian mengatakan kepada kami bahwa dia tidak mampu mengobati Aiden lagi karena keahliannya bukan di sana. Menurut kami, itu pernyataan yang kurang bertanggung jawab,”.
“Jadi dia meminta kami untuk mengirim Aiden ke KK Hospital untuk perawatan lebih lanjut.”
“Di KKH, Aiden dirawat dengan penanganan yang cepat karena para dokter di sana mengerti tentang virus kawasaki dan pentingnya perawatan dini.”
Faktanya, menunda penanganan virus kawasaki pada bayi terbukti membahayakan dan menimbulkan risiko lebih besar. “Aiden ditemukan memiliki aneurisma jantung yang besar dan harus disuntik setiap hari untuk mencegah penggumpalan darah pada aneurisma, yang bisa memicu serangan jantung.”
Sayangnya, pada 25 Juni 2015, Aiden mengalami serangan jantung hebat.
Berjuang sampai napas terakhirnya
“Aiden ditempatkan di bawah mesin pendukung jantung bernama Centrimag yang merupakan alat pertama untuk bayi di Singapura,” ungkap Jeremy.
“Hati kami benar-benar hancur mengetahui hasil ini, karena kami tahu itu sulit bagi kami untuk memiliki transplantasi jantung di Singapura, transplantasi organ hanya bisa untuk orang dewasa dan bukan untuk anak-anak.”
“Transplantasi organ bisa membantu, tetapi kami tahu itu kasus ini sangat jarang, ditambah itu tidak berlaku di Singapura,”.
Aiden akhirnya meninggal pada November 2015, setelah 6 bulan berjuang melawan penyakit itu.
“Aiden meninggal pada 25 November lalu. Meskipun kami sudah mendapat izin Kementerian untuk penggunaan mesin pendukung jantung lain, yang disebut Berlin Heart. Tetapi karena infeksi dan komplikasi yang terjadi dalam salah satu operasi kecil, Aiden tidak bisa bertahan hidup. Aiden bertarung sampai napas terakhirnya, dan ia tetap meninggalkan kami.”
Saran untuk orangtua lainnya
Sebagai seorang ayah, Jeremy memiliki banyak penyesalan. “Ada banyak ‘seandainya’ dan pasti banyak penyesalan …,” kata Jeremy.
“Saat itu adalah pengalaman pertama kami menjadi orangtua, dan berasumsi bahwa semua dokter anak akan sama-sama kompeten. Jika kami dapat mengubah kondisinya, kami akan menunjuk dokter spesialis anak yang sudah terpercaya dan direkomendasikan oleh banyak teman.”
“Perbedaannya terletak pada pengabdian dan penanganan dokter.”
“Jika Aiden dirawat lebih awal dan diberi perawatan tepat, jantungnya mungkin tidak terganggu separah itu. Yang terakhir, intuisi orangtua selalu penting, dan jika Anda merasa tidak nyaman, Anda harus selalu meminta saran dari dokter.”
Sebagai orangtua, Jeremy pun memiliki saran untuk para orangtua yang memilki anak dengan kondisi sama. “Dalam kasus Aiden, kami telah berkomunikasi dengan banyak pihak termasuk Kementerian dan PM, serta banyak tenaga medis profesional.”
“Saya akan mengatakan bahwa bantuan selalu tersedia, jadi jangan merasa putus asa. Anda selalu bisa mencari bantuan dari rumah sakit atau pemerintah selama permintaan Anda valid. Selalu mencari second opinion jika Anda tidak nyaman. Percayalah naluri Anda sebagai orangtua dalam mencari pengobatan. Tetaplah kuat karena kamu sangat membutuhkan kekuatan untuk mendukung perjalanan anakmu dalam melawan penyakitnya,”.
Sungguh mengagumkan ya Bun, bagaimana ayah ini berusaha tegar dan bangkit dari kesedihannya untuk menyebarkan lebih banyak kesadaran tentang bahaya virus kawasaki pada bayi ini, dan membantu banyak orang lain.
Parents, waspada jika si kecil menunjukkan beberapa gejala virus kawasaki berikut:
– Mengalami demam tinggi (setinggi 39-40 ° C) yang berlangsung setidaknya lima hari.
– Mata merah.
– Muncul ruam tubuh, terutama di perut, dada, dan alat kelamin.
– Sakit tenggorokan yang mengganggu.
– Bibir bengkak, merah, dan pecah-pecah.
– Lidah bengkak dengan lapisan putih dan benjolan merah besar, yang disebut “Strawberry tongue”.
– Tangan dan kaki bengkak dan merah.
– Kelenjar getah bening yang membengkak di leher.
Menurut Kawasaki Disease (KD) Support Group Singapore, ada lebih dari 200 kasus virus kawasaki di Singapura setiap tahunnya. Pengobatan penyakit kawasaki harus dimulai dalam 10 hari setelah anak mengalami demam, untuk menghindari komplikasi kardiovaskular.
Jika orangtua atau tenaga medis mengenali gejalanya sejak awal, anak-anak dengan penyakit Kawasaki bisa saja pulih sepenuhnya dalam beberapa hari.
Baca juga:
Kawasaki Disease; penyakit berbahaya yang dapat menyerang jantung anak
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.