Perkembangan pandemi COVID-19 menemui babak baru, salah satunya varian Corona c.1.2 yang baru-baru ini ditemukan oleh para ahli. Kabarnya, varian terbaru ini bahkan lebih menular dibanding varian yang terpantau saat ini.
Riset Penemuan Varian Corona c.1.2
Adalah varian C.1.2, varian terbaru COVID-19 yang terdeteksi di Afrika Selatan kembali menyibukkan para ahli di dunia. Varian satu ini dikhawatirkan para ahli jauh lebih menular dibandingkan varian sebelumnya dan bisa menghindar dari ‘deteksi’ vaksin.
Hal ini tertuang dalam sebuah studi pracetak baru oleh Institut Nasional untuk Penyakit Menular Afsel dan Platform Sequencing, serta Inovasi Penelitian KwaZulu-Natal. Laporan itu sendiri saat ini sedang menunggu peer review.
Mengutip dari The Jerusalem Post pada Senin (30/8/2021), varian C.1.2 pertama kali dideteksi para ilmuwan pada Mei 2021. Ini merupakan turunan varian C.1 yang terdeteksi pada Januari 2021.
Dikatakan varian C.1.2 ini telah “bermutasi secara substansial” dibandingkan C.1. Ini juga jauh lebih banyak bermutasi dibandingkan virus asli yang pertama kali terdeteksi di Wuhan atau Variant of Concern (VOC) dan Variant of Interest (VOI) lainnya yang terdeteksi sejauh ini.
Studi ini juga menemukan bahwa garis keturunan C.1.2 memiliki tingkat mutasi sekitar 41,8 mutasi per tahun, hampir dua kali lebih cepat dari tingkat mutasi varian lain secara global.
Artikel terkait: 10 Tanda Corona Varian Delta, Pahami agar Bisa Mengenali Gejalanya
Butuh Penelitian Lebih Lanjut Terkait Bahayanya
Kendati para ilmuwan meyakini ini lebih menular, sejatinya para ilmuwan belum bisa membuktikan bahwa varian ini lebih berbahaya dibanding varian lain termasuk Delta.
Strain C.1.2 pertama kali diidentifikasi oleh para ilmuwan di Afrika Selatan. Sejak itu pula varian ini juga ditemukan di Inggris, Cina, Republik Demokratik Kongo, Mauritius, Selandia Baru, Portugal, dan Swiss.
Para ilmuwan menyatakan bahwa periode singkat peningkatan evolusi ini juga terlihat dengan varian Alpha, Beta dan Gamma yang selalu diikuti oleh lonjakan kasus. Sehingga mendorong tingkat mutasi yang lebih cepat.
Lebih dari setengah urutan C.1.2 memiliki 14 mutasi. Di antaranya N440K dan Y449H yang telah dikaitkan dengan pelepasan antibodi tertentu. Para ilmuwan menambahkan bahwa dibutuhkan pekerjaan lebih lanjut untuk memahami dampak yang tepat dari mutasi ini.
Hingga Rabu lalu, WHO telah mengidentifikasi empat VOC dan empat VOI. Sementara pada Kamis lalu, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) telah mengidentifikasi masing-masing sebanyak lima dan enam.
Artikel terkait: Gejala Long Covid Bisa Bertahan hingga Setahun, Ini Penjelasan Studi Terbaru
Bisa Menghindari Antibodi
Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menelaah dampak fungsional dari mutasi ini. Namun, para ilmuwan memperingatkan bahwa varian C.1.2 bermutasi secara substansial dan berpotensi membantu virus menghindari antibodi dan respons imun.
“Meskipun impor penuh dari mutasi belum jelas, data genomik dan epidemiologis menunjukkan bahwa varian ini memiliki keunggulan selektif dari peningkatan penularan, pelepasan kekebalan, atau keduanya,” demikian tertulis dalam laporan jurnal Nature, mengutip Mirror, Selasa (31/8/2021).
“Data ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk memfokuskan kembali respons kesehatan masyarakat di Afrika Selatan untuk menekan penularan. Tidak hanya untuk mengurangi rawat inap dan kematian, tetapi juga untuk membatasi penyebaran garis keturunan dan evolusi virus lebih lanjut,” lanjut laporan tersebut.
“Pandemi ini masih jauh dari selesai. Virus ini masih mencari cara untuk berpotensi menjadi lebih baik dalam menginfeksi kita,” ujar spesialis penyakit menular dalam penelitiannya terkait C.1.2, Richard Lessels, mengutip Reuters.
Dengan beragam penelitian yang ada, Lessels menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir. Mutasi varian terbaru memang akan menjadi lebih banyak terlebih dalam pandemi.
Dilihat dari data pengurutan genom dari Afrika Selatan, terlihat bahwa varian C.1.2 masih jauh lebih sedikit penyebarannya dibanding varian Delta yang dominan pada Juli 2021.
Hingga kini, Delta masih menjadi varian tercepat dan terkuat di dunia. Menurut Lessels berdasarkan pola mutasinya, varian Corona c.1.2 mungkin memiliki lebih banyak sifat penghindaran kekebalan dibanding varian Delta.
Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.
Baca juga:
Riset Ungkap Kapan Seseorang Menularkan COVID-19 pada Orang Sehat
Dianggap Bisa Atasi COVID-19, Ini Manfaat dan Efek Samping Obat Ivermectin
Catat Parents! 15 Tempat Ini Bisa Diakses jika Memiliki Sertifikat Vaksin COVID-19
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.