Tak hanya ibu yang hamil dan melahirkan di usia matang yang memiliki risiko pada kesehatan bayi. Usia ayah yang menjelang paruh baya ternyata juga dapat memengaruhi kesehatan bayi.
Nyatanya, saat ini banyak pasangan memutuskan untuk menunda pernikahan. Alasannya beragam, salah satunya tentu saja karena kesibukan serta menyiapkan finansial dengan baik.
Padahal, menunda pernikahan sama artinya dengan memiliki anak di usia yang tak lagi muda. Sedangkan, hamil di usia matang, terutama di kepala 4, memang memiliki banyak risiko pada ibu ataupun janin.
Tapi bagaimana usia ayah yang sudah paruh baya namun baru memiliki anak? Apakah hal ini juga berkaitan dengan risiko kesehatan, khususnya pada bayi?
Sebuah penelitian mengungkapkan kaitan usia ayah dengan kesehatan anak. Para peneliti menemukan bahwa menjadi ayah setelah usia 45 tahun ternyata dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada bayi .
Usia ayah di atas 45 tahun bisa berisiko timbulnya masalah kesehatan pada bayi
Michael Eisenberg, dari Universitas Stanford, membuat sebuah penelitian dengan beberapa rekan peneliti lainnya. Mereka berusaha mencari tahu dan memahami bagaimana ayah di usia yang cukup matang bisa memengaruhi kesehatan bayi dan ibu. Studi ini pun telah dipublikasikan di British Medical Journal (BMJ).
Eisenberg dan timnya mencari data lebih dari 40,5 juta kelahiran di Amerika pada tahun 2007 dan 2016.
Mereka menemukan bahwa menjadi ayah setelah 45 tahun menimbulkan beberapa risiko pada bayi yang baru lahir:
- Bayi baru lahir dari ayah usianya lebih dari 45 tahun ternyata memiliki risiko 14% memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah (didefinisikan sebagai di bawah 2,5 kilo), dibandingkan dengan bayi dari ayah yang usianya masih muda.
- Risiko lainnya, ada kemungkinan sebesar 14% lebih tinggi pada bayinya untuk mendapatkan perawatan di unit perawatan intensif neonatal.
- Dan 18% lebih tinggi bagi bayinya mengalami kejang dibandingkan dengan bayi lahir dari ayah berusia 25-34 tahun.
- Ibu yang melahirkan bayi laki-laki dari ayah berusia di atas 45 tahun juga memiliki 34% risiko lebih tinggi mengalami diabetes gestasional.
- Peneliti menghitung kira-kira 13% kelahiran prematur juga terkait dengan ayah yang berusia paruh baya.
Meskipun lewat penelitian ini membuktikan usia ayah punya kaitan dengan risiko masalah kesehatan anak, namun tetap harus memperhitungkan faktor lainnya. Dikatakan para peneliti, beberapa faktor yang juga memengaruhi adalah usia ibu, kebiasaan ibu merokok, dan tingkat pendidikan.
Pada akhirnya para peneliti menyarankan bahwa sebaiknya para pria atau suami lebih berhati-hati jika akan menjadi menjadi ayah pada usia di atas 45 tahun.
“Sejumlah besar hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa masalah kesehatan bayi ini sebenarnya bisa dicegah jika pria memutuskan menjadi ayah sebelum usianya melebihi dari 45 tahun.”
“Risiko yang terkait dengan usia ayah yang cukup lanjut ini juga harus dimasukkan dalam diskusi mengenai konseling reproduksi.”
Di negara maju banyak pria yang memiliki anak pertama di usia 45-55 tahun.
Misalnya, di Amerika telah terjadi peningkatan hingga dua kali lebih banyak, di mana seorang pria resmi menyandang status ayah saat usianya di atas 40 tahun. Pola serupa juga muncul dari Eropa Barat. Di Inggris, misalnya, ada peningkatan 15% pada bayi yang lahir dari ayah di atas 35 yang terjadi mulai tahun 1993 hingga tahun 2003.
Hingga saat ini, sudah banyak penelitian yang fokus membahas risiko masalah kesehatan pada anak-anak karena usia ibu yang lebih matang.
Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa menjadi ayah setelah usia 45, ternyata juga memiliki konsekuensi kesehatan pada bayi.
Menjadi ayah saat usia di atas 45 tahun, dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko autisme, penyimpangan genetik, dan masalah mental pada bayi.
Alasannya? Para ilmuwan berpikir bahwa sel-sel reproduksi laki-laki mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya usia. Perubahan ini dapat memodifikasi gen juga, yang mengarah ke masalah kesehatan potensial pada bayi.
Hal-hal lain yang dapat membahayakan hasil kesehatan bayi:
Selain masalah usia yang memengaruhi kesehatan bayi, ada beberapa hal yang yang perlu diperhatikan karena memengaruhi kesehatan bayi setelah lahir.
1. Minum alkohol
Sudah bisa dipastikan bahwa alkohol merupakan racun yang begitu kuat yang dapat mengganggu kesehatan bayi. Sebuah studi terbaru yang dilakukan tahun 2018 menunjukkan, alkohol dalam jumlah berapa pun akan berbahaya bagi kesehatan bayi.
Efek dari minum alkohol selama kehamilan ini bisa berisiko sebabkan cacat intelektual, penurunan besar dalam ukuran dan berat badan selama kelahiran, kondisi fisik yang tidak sempurna, masalah yang mengarah ke jantung, saluran kemih, genital dan kerangka dan struktur untuk berhenti berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Konsumsi makanan mentah
Sudah bisa dipastikan ibu yang sedang mengandung tentu saja harus memerhatikan apa yang diasup. Sehinga ada beberapa makananan yang sebaiknya dihindari seperti makanan mentah atau makanan olahan. Termasuk sayuran mentah.
Pada dasarnya konsumsi makanan mentah baik sayuran, daging atau jenis makanan lainnya, pada saat kehamilan sebaiknya dihindari.
Hal ini karenakan makanan mentah bisa mengandung banyak bakteri, virus, parasit, pestisida, tokso yang tidak kadang tidak bisa dibersihkan bahkan dengan mencuci sayuran tersebut.
3. Merokok
Merokok bisa menyebabkan berat lahir bayi rendah. Tak hanya itu, jika kebiasaan merokok ini tetap diteruskan saat hamil maka akan memperbesar bayi lahir prematur dan memperbesar risiko kematian bayi secara mendadak.
Janin dalam kandungan juga berisiko mengalami lepas plasenta, yaitu ketika plasenta lepas dari dinding rahim. Ketika ini terjadi, otomatis suplai oksigen untuk bayi juga akan terhenti.
Baca juga:
Wajib tahu! 7 cara membangun ikatan bayi di kandungan dengan ayahnya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.