Umumnya orangtua memberikan uang saku anak. Namun, belum tentu besarannya sesuai usia dan kebutuhan sang buah hati.
Seperti diketahui, uang saku anak bisa menjadi sarana belajar keuangan sejak dini alias financial literacy bagi buah hati mulai dari berhitung, melatih pengendalian diri, hingga belajar membuat skala prioritas. Karena dapat memengaruhi perkembangannya, maka Parents perlu memerhatikan pemberian uang jajan anak.
Parents juga perlu memberikan wawasan mengenai tips mengatur keuangan uang jajan atau uang saku, agar tidak cepat habis sebelum waktunya. Selain itu Anda dapat berdiskusi dengan buah hati mengenai cara menabung, bertransaksi dengan cerdas, atau bahkan investasi.
Jika Parents sebagai orangtua masih bingung menentukan jumlah yang ideal untuk uang saku buah hati tercinta, simak strategi berikut yang bisa membantu!
Tips Memberikan Uang Saku Anak
1. Uang Saku Anak Berdasarkan Usia
Dalam pemaparan sebelumnya disebutkan, Parents harus menyesuaikan usia buah hati saat memberikan uang jajan pada anak.
Itulah mengapa Parents tidak bisa menyamakan besaran uang jajan si sulung yang sudah duduk di bangku SMP dengan adiknya yang masih SD, sebab kebutuhan mereka berbeda-beda.
Seperti diketahui, anak sudah dapat diberikan uang jajan saat mereka sudah memahami konsep uang dan berhitung. Ini misalnya saat duduk di bangku kelas 2 atau 3 SD.
Selain itu, Parents juga perlu mempertimbangkan faktor lain dalam menentukan jumlahnya, seperti apakah anak masih diantar jemput atau membawa bekal dari rumah atau pulang pergi naik ke sekolah naik kendaraan umum.
Artikel terkait: 7 Tips Menentukan Uang Jajan Anak Sekolah SD, SMP, SMA Menurut Financial Planner
2. Uang Saku Anak Berdasarkan Kebutuhan
Hal lain yang tak kalah penting dalam perhitungan uang jajan anak yang tepat adalah kebutuhan sang buah hati. Misalnya, untuk kebutuhan yang berhubungan dengan pelajaran sekolah, transportasi atau bensin, pulsa dan kuota internet, hingga uang jajan di kantin.
Dalam hal ini, Parents dapat memberikan uang jajan tersebut sekaligus kepada anak, termasuk yang berhubungan dengan sekolah. Anda juga dapat memberikannya secara terpisah.
Artikel terkait: Anak sering minta jajan, benarkah ini tanda anak sedang stres?
3. Mengajarkan Menabung dan Berinvestasi
Mengajarkan Menabung dan Berinvestasi
Pemberian uang saku kepada anak juga sebagai sarana untuk belajar menabung. Misalnya sebagai dana cadangan jika ada kebutuhan mendesak, menabung untuk membeli barang yang diinginkan, atau untuk dikembangkan dalam investasi.
Selain itu, Parents juga perlu memberi pemahaman bahwa mereka harus dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan dalam membelanjakan uang. Dengan begitu uang jajannya tidak akan cepat habis sebelum tiba waktunya mendapatkan jatah mingguan atau bulanan lagi.
Parents juga dapat mengajarkan konsep investasi sejak dini kepada anak, seperti reksadana dengan modal mulai Rp100 ribu dan tabungan emas yang kini banyak tersedia untuk anak muda.
Bahkan, untuk jenis investasi logam mulia Parents dapat menjelaskan kepada buah hati untuk memulainya dengan ukuran terjangkau, mulai dari 0,1 gram emas.
Artikel terkait: Bingung cara mengatasi kebiasaan anak suka jajan? Berikut tips menghadapinya!
4. Hindari Menambah Uang Jajan
Parents sebaiknya menghindari memberikan uang jajan tambahan jika jatah mingguan atau bulanan mereka sudah habis. Hal tersebut dilakukan untuk mengajari mereka cara menghemat uang jajan sekaligus bertanggung jawab atas keuangannya.
Jika setiap kali anak kehabisan uang jajan dia dapat meminta kembali kapan saja, ini sama halnya dengan menanamkan kebiasaan boros. Aturan ini tentu saja harus diterapkan dengan bijak.
Ajari juga anak-anak untuk menggunakan uang jajannya saat harus membeli peralatan sekolah, biaya ekstrakurikuler, atau dana sosial.
5. Pemberian Uang Saku Anak Sesuai Kemampuan Keuangan
Pemberian Uang Jajan Sesuai Kemampuan Keuangan
Kemampuan finansial orangtua juga menjadi faktor lainnya untuk menentukan besaran uang saku anak. Karena itu, Parents perlu jujur dan memberikan pemahaman kepada buah hati tentang kondisi keuangan keluarga.
Jika terlalu memaksakan memberi uang jajan yang besar kepada anak, bisa jadi akan membuat kondisi keuangan rumah tangga kacau. Sementara itu, Parents harus menyiapkan pos lain yang lebih penting, misalnya menabung untuk biaya pendidikan anak.
6. Mengajak Anak Berbicara Empat Mata
Kesepakatan tentang besaran uang jajan antara orangtua dan anak harus dibuat jelas sejak awal. Karena itu, sebaiknya ajak anak berdiskusi dalam menentukan jumlah uang jajan yang pas untuknya dan jatah waktunya antara harian, seminggu sekali atau sebulan sekali.
Hal in sangat penting agar anak tidak punya trust issue atau masalah kepercayaan kepada ibu atau ayahnya. elain itu, ada baiknya besaran uang jajan dilebihkan sedikit agar anak bisa belajar mengelola kelebihan dana yang ia miliki, baik untuk ditabung, beramal, maupun bersedekah.
Sekadar diketahui, umumnya kebutuhan pengeluaran uang jajan anak terdiri dari lima pos, membeli makanan di kantin, transportasi, menabung, dana sosial dan gaya hidup.
Meski tidak ada pedoman pasti besaran uang saku anak karena harus sesuai kebutuhan dan mengikuti kondisi keuangan orangtua, umumnya anak SD di Indonesia mendapat uang jajan kisaran Rp5 ribu per hari sampai Rp10 ribu per hari. Sedangkan untuk uang jajan anak SMA dan SMP adalah mulai Rp100 ribu hingga Rp150 ribu per minggu.
Itulah strategi tepat dalam memberikan uang saku untuk anak. Semoga bermanfaat!
Baca juga:
5 Cara Orang Tua Jepang Melatih Anak agar Tidak Boros dan Konsumtif
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.