Polyglot merupakan sebutan untuk seseorang yang mampu menguasai lebih dari enam bahasa secara fasih, baik berbicara, menulis hingga membaca kosakata asing. Nah, di dalam kehidupan sehari-hari, contoh polyglot dapat ditemukan di sekitar kamu, Parents. Misalnya, beberapa tokoh Indonesia seperti Gayatri Wailissa.
Gayatri Wailissa sendiri adalah mantan Duta ASEAN pada tahun 2012 silam. Di usianya yang terbilang sangat muda yaitu 18 tahun, Gayatri telah menguasai 14 bahasa asing sekaligus! Mulai bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Prancis, Mandarin, Jepang, Italia, Spanyol, dan masih banyak lagi.
Kepergian Gayatri Wailissa pada 23 Oktober 2014 silam membuat duka di hampir seluruh kalangan masyarakat. Hal itu lantaran dia adalah salah satu tokoh polyglot terbaik di Indonesia. Terlepas dari itu, sebenarnya terdapat juga sejumlah negarawan yang dikenal menguasai setidaknya lima bahasa.
Mereka tidak begitu saja dapat menguasai banyak bahasa, tetapi ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Bisa jadi karena faktor lingkungan atau kecintaan mereka terhadap buku dan sastra, serta keingintahuan tentang hal baru.
Lantas, siapa saja tokoh Indonesia yang menguasai lebih dari lima bahasa asing secara fasih? Cari tahu jawabannya di bawah ini, sebagaimana telah dilansir dari berbagai sumber.
5 Tokoh Indonesia yang Polyglot
1. Soekarno, Tokoh Indonesia yang Polyglot
Tokoh Indonesia pertama yang menguasai sejumlah bahasa asing tak lain adalah Ir. Soekarno. Lahir 6 Juni 1901 di Peneleh, Surabaya, Presiden Republik Indonesia (RI) ini dikenal sebagai seseorang yang kutu buku dengan otak jenius. Selain itu, beliau juga terkenal dengan kemampuan berpidatonya yang luar biasa.
Soekarno diketahui telah menguasai setidaknya lebih dari enam bahasa, yang meliputi bahasa Indonesia, Jepang, Belanda, Inggris, Perancis, Arab, Jerman, Jawa, Sunda, dan Bali. Kemampuan tersebut dipelajarinya pada saat mengenyam pendidikan di Hoogere Burgerschool.
Pada saat itu, Soekarno kecil sering membaca buku-buku yang ada di perpustakaan sang ayah hingga membangkitkan jiwa nasionalismenya. Kemudian, beliau melanjutkan pendidikan di Technische Hoogeschool (THS) di Bandung atau yang sekarang dikenal sebagai ITB.
Melansir dari Parekampuninggris.co, dalam buku Indonesia: The Possible Dreams, Howard Palfrey Jones menjelaskan bahwa tahun-tahun dalam penjara dan pengasingan merupakan tahun-tahun pendidikan bagi Soekarno. Howard Jones secara terang-terangan memuji kejeniusan Soekarno, khususnya pada saat berpidato dengan mengutip kata-kata Jefferson, Lincoln, atau Karl Marx persis dalam bahasa aslinya.
Di sisi lain, Soekarno juga diketahui memiliki hubungan dekat dengan banyak pemimpin dunia berkat kemampuan berbahasa asingnya tersebut. Salah satunya adalah pemimpin Uni Soviet, yaitu Nikita Khrushchev. Namanya bahkan diabadikan sebagai nama jalan di beberapa negara, lho Parents. Seperti di Maroko, Mesir, dan menjadi nama taman di Meksiko.
Artikel Terkait: 9 Tokoh Terkenal Dunia Keturunan Indonesia, Siapa saja Mereka?
2. Agus Salim
Agus Salim merupakan mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia periode 3 Juli 1947 – 20 Desember 1949. Dia mendapat julukan sebagai ‘Singa Podium’ karena ketegasannya saat berbicara di depan umum dan kemahirannya dalam menguasai banyak bahasa, salah satunya adalah bahasa Belanda.
Melansir dari situs Edukasi Okezone, Haji Agus Salim lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada 9 Oktober 1884. Sejak kecil, beliau sudah menempuh pendidikan di sekolah khusus anak-anak Eropa, yaitu di Europeesche Lagere School (ELS).
Setelah itu, Agus Salim melanjutkan pendidikan ke Batavia di Hoogere Burgerschool (HBS) dan berhasil lulus dengan predikat terbaik se-Hindia Belanda. Diketahui juga, kemampuan bahasa Belanda dipelajarinya pada saat melakukan perjalanan ke Belanda menggunakan kapal laut.
Di samping itu, Agus Salim sempat dipercaya menjadi penerjemah dan pembantu notaris di kongsi pertambangan Indragiri, kemudian pindah ke Jeddah pada tahun 1906 untuk bekerja sebagai Konsulat Belanda.
Artikel Terkait: 12 Sosok Pahlawan Wanita dan Kisah Perjuangannya, Teladan bagi Generasi Muda
Setidaknya mantan Menlu Indonesia itu telah menguasai sembilan bahasa, di antaranya adalah Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Arab, Turki, dan Jepang.
Hal itu sudah dibuktikan langsung oleh Agus Salim di setiap kesempatan. Seperti misalnya, saat tampil sebagai Konferensi Buruh Internasional mewakili Belanda, beliau melakukan pidato dalam bahasa Prancis. Kemudian, saat di Mesir, Agus Salim juga melakukan tiga kali ceramah dalam berbagai bahasa, yaitu bahasa Inggris di Aula Universitas Fouad I (Universitas Kairo), Prancis di Institut Geografi Kerajaan, dan bahasa Arab di Gedung Persatuan Wartawan Mesir.
Bahkan, Bung Hatta juga sempat memuji kemampuan bahasa asing yang dimiliki oleh Agus Salim. Bung Hatta mengatakan, dalam seratus tahun, hanya lahir satu manusia seperti pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat tersebut.
3. Buya Hamka, Tokoh Indonesia yang Polyglot
Parents, mungkin sering mendengar nama Buya Hamka, bukan? Beliau adalah sastrawan sekaligus ulama yang banyak dicintai oleh masyarakat di Indonesia. Selain itu, Buya Hamka juga dikenal sebagai ahli filsafat dan aktivis politik.
Ulama dengan nama lengkap Haji Abdul Malik Karim Amrullah ini lahir di Sungai Batang, Maninjau, Sumatera Barat pada 16 Februari 1908. Buya Hamka sendiri merupakan seorang yang mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, di antaranya filsafat, sastra, sejarah, sosiologi, dan politik Islam maupun barat secara sendiri alias otodidak.
Meskipun belajar secara otodidak, tetapi proses belajar Buya Hamka tidak mengalami hambatan berkat kemampuan bahasa yang dimilikinya, khususnya bahasa Arab. Beliau memang dikenal sangat mahir berbahasa Arab. Itu terbukti dengan keberhasilannya meneliti karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah, seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Hussain Haikal, Abbas Al-Aqqad, dan Mustafa al-Manfaluti.
Selain itu, Buya Hamka juga berhasil meneliti karya sastra Perancis, Inggris, dan Jerman, seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx, dan Pierre Loti.
Kemampuan berbahasa Arab didapat oleh Buya Hamka pada saat menunaikan ibadah haji pada tahun 1927 silam. Saat itu, dia sempat tinggal di kota Mekkah sehingga memiliki kesempatan untuk mengasah kemampuan bahasa Arabnya tersebut. Beliau juga mendapat pengalaman menginspirasi dalam menciptakan novel pertamanya, yaitu Di Bawah Lindungan Ka’bah.
Buya Hamka menjadi salah satu sastrawan Indonesia yang paling produktif menulis dan menerbitkan buku pada waktu itu. Di lain sisi, sebutan Buya ini berasal dari bahasa Arab, yaitu Abi atau Abuya, yang artinya adalah ayahku. Itu adalah panggilan untuk seseorang yang dihormati.
Artikel Terkait: 18 Nama Pahlawan Nasional Indonesia dan Perjuangannya yang Perlu Dikenalkan kepada Anak
4. R.M. Panji Sosrokartono, Tokoh Indonesia yang Polyglot
Raden Mas Panji Sosrokartono merupakan putra dari seorang Bupati Jepara yang bernama R.M Adipati Ario Sosroningrat. Tidak banyak yang tahu kalau beliau adalah kakak kandung dari Raden Ajeng Kartini.
Pada tahun 1898, Sosrokartono atau Kartono ini melanjutkan pendidikannya ke negeri Belanda usai lulus dari Europeesche Lagere School di Jepara. Awalnya, dia mengambil sekolah Teknik Tinggi di Leiden, namun dia beralih ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur.
Kartono pun berhasil mendapatkan gelar Doktorandus in de Oostersche Talen dari Perguruan Tinggi Leiden. Berkat itu, beliau menjelajahi seluruh Eropa dengan berbagai pekerjaan, salah satunya adalah wartawan.
Pada tahun 1917, Panji Sosrokartono kemudian terpilih menjadi wartawan Perang Dunia I di koran Amerika The New York Herald Tribune di Kota Wina, Austria. Beliau mendapat tugas untuk memadatkan berita dalam bahasa Perancis menjadi berita yang terdiri dari 30 kata, dan ditulis dalam empat bahasa, yaitu Inggris, Spanyol, Rusia, dan Perancis.
Setidaknya ada 24 bahasa asing dan 10 bahasa suku di Nusantara yang dipelajarinya. Tak heran, kakak kandung Kartini tersebut mendapat julukan “Si Jenius dari Timur” dari orang-orang barat.
5. Agustinus Wibowo
Agustinus Wibowo merupakan seorang penjelajah, penulis, dan fotografer yang menulis buku berjudul Garis Batas dan Titik Nol. Diketahui, Agustinus melakukan perjalanan tanpa berhenti melalui jalur barat melintasi Asia Selatan dan tengah.
Dari perjalanannya mengelilingi Asia tersebut, Agustinus telah berhasil menguasai banyak bahasa, seperti Hindi, Urdu, Farsi, Rusia, Tajik, Kirghiz, Uzbek, dan Turki. Belum cukup sampai di situ, dia juga menguasai bahasa Arab, Armenia, Georgia, Inggris, Mandarin dan Jawa.
Namun, karena kemampuan berbahasa asingnya tersebut, Agustinus Wibowo mengaku hampir celaka saat berada di Afghanistan. Hal itu dikarenakan dia sempat dicurigai oleh polisi setempat sebagai teroris dari Pakistan. Sejumlah polisi pun memukulnya, dan kalimat yang keluar dari mulutnya adalah bahasa Urdu, bahasa nasional Pakistan.
Itulah tokoh Indonesia yang menguasai banyak bahasa asing alias polyglot. Dengan informasi di atas, diharapkan semua kalangan masyarakat jadi terinspirasi untuk mempelajari bahasa asing. Terlebih lagi, kemampuan berbahasa asing saat ini dapat menjadi nilai tambah saat mencari pekerjaan.
***
BACA JUGA:
Kisah Bayi Susah Bernapas, Kenali Gejala dan Penanganannya Sebelum Terlambat!
5 Lotion Anti Nyamuk Terbaik di 2022, Rekomendasi untuk Usir Nyamuk
Tetap Kompak! 6 Pasangan Artis Ini Lakukan Co-Parenting Setelah Bercerai
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.