Nasib malang menimpa tiga bocah saat berenang di aliran Sungai Cileungsi yang mengalir di Desa Sumur Batu, Kecamatan Babakanmadang, Kabupaten Bogor. Tiga anak itu diduga tewas tenggelam di sungai lantaran tak bisa berenang.
Kronologi Kejadian Tiga Anak Tewas Tenggelam di Sungai
Mengutip detikcom, menurut keterangan Kasie kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Muhamad Adam, pertistiwa nahas tersebut terjadi pada Selasa (10/11/2020) pagi, sekitar pukul 08.30 WIB.
Muhamad Adam mengatakan kejadian itu berlangsung saat tiga anak itu berenang bersama dua rekannya yang lain di aliran Sungai Cileungsi. Jadi, total ada lima anak yang berada di sungai saat itu.
Terpisah, Kapolsek Babakan Madang Kompol Silfia Rosa mengatakan kondisi aliran sungai CIleungsi sedang deras saat itu.
“Kondisi aliran sungai memang sedang deras sejak Senin sore, tetapi anak-anak itu tetap nekat berenang,” kata Silfia dilansir Liputan6 (10/11/2020).
Peristiwa bermula saat lima bocah sedang bermain di sekitar Sungai Cileungsi. Mereka lalu memutuskan untuk berenang. Saat sedang asyik bermain air, seorang dari mereka berenang di lokasi sungai yang dalam. Karena tidak bisa berenang, ia lalu terbawa arus dan meminta tolong kepada dua temannya. Sayangnya, kedua temannya yang berusaha menolong itu justru ikut terbawa arus dan tenggelam.
Sementara, dua anak lagi yang berhasil selamat, bergegas meminta tolong kepada warga yang tengah mencari batu di sekitar lokasi.
Warga setempat yang mengetahui kejadian tersebut pun berusaha mencari mereka. Setelah dilakukan pencarian oleh warga, sekitar 30 menit kemudian, ketiga korban ditemukan mengambang tak jauh dari lokasi kejadian awal. Kondisi mereka sudah tidak bernyawa.
Artikel terkait: Anak 13 Tahun Tenggelam di Sungai saat Bikin Konten YouTube
Korban Sempat Dibawa ke Rumah Sakit Tetapi Nyawanya Tidak Tertolong
Diketahui ketiga korban yang tewas tenggelam di sungai merupakan anak di bawah umur dengan inisal masing-masing DN (10), KA (10) dan ZA (8). Usai dilakukan evakuasi, korban sempat dilarikan ke rumah sakit. Namun, nyawa ketiganya tidak berhasil diselamatkan.
“Saat itu kita mencoba membawa para korban ke rumah sakit. Akan tetapi, korban dinyatakan meninggal dunia,” tutur Adam.
Korban KA dan ZA, sempat dibawa ke rumah sakit oleh warga. Namun, nyawanya sudah tidak tertolong dan dinyatakan meninggal setibanya di rumah sakit.
“Semua korban sudah dibawa ke rumahnya masing-masing, tempat tinggalnya tidak jauh dari sungai. Total korban ada tiga orang,” pungkas Adam.
Angka Kasus Anak Tewas karena Tenggelam di Indonesia Mengkhawatirkan
Dalam waktu yang hampir berdekatan, terjadi beberapa peristiwa serupa. Sebelumnya, seorang bocah berusia 5 tahun juga dikabarkan meninggal akibat tenggelam di Kali Bekasi.
Ridho, bocah lima tahun yang hanyut di Kali Bekasi, ditemukan tim SAR dalam keadaan tak bernyawa, Rabu pagi (4/11/2020). Jasadnya ditemukan pada radius 6 kilometer dari lokasi kejadian.
“Korban bisa ditemukan setelah 2 hari lebih pencarian yang dilakukan tim SAR gabungan,” kata Koordinator Satgas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi, Karsono dilansir Liputan6.
Diketahui, Ridho tenggelam usai terpeleset saat sedang bermain bersama seorang temannya di pinggiran Kali Bekasi yang berada di belakang rumah korban, di Jalan Kampung Lengkak, Bekasi Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi pada Senin sore 2 November 2020.
Sementara di Surabaya, remaja berusia 14 tahun (MPS) dilaporkan tenggelam saat mencari ikan di Sungai Kalimas bersama kedua temannya pada Selasa, 20/10/2020 (Suara Surabaya).
Artikel terkait: 4 Penyebab anak tenggelam yang sering terjadi, Parents wajib waspada!
Mengutip CNN, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan penting untuk membuat kebijakan serius mengatasi kematian akibat kejadian tenggelam karena tingginya angka kasus ini. Menurut studi tentang kasus tenggelam yang pertama kali dirilis oleh WHO tahun 2014, 90% korban tewas dalam kasus tenggelam berasal dari kelompok negara miskin atau belum berkembang.
Di Indonesia, menurut WHO angka kasus tenggelam adalah 3,3 per 100 ribu jiwa, atau mendekati 9000 orang pada tahun 2016. Seperti juga di berbagai negara Asia Tenggara lain, tenggelam sangat jarang disebut sebagai penyebab hilangnya nyawa manusia karena dipercaya sebagai kecelakaan tak terhindarkan.
Angka korban sesungguhnya menurut WHO bisa lebih besar karena seringkali kematian akibat tenggelam tidak dilaporkan sehingga tak tercatat dalam akta kematian resmi.
Itulah berita tentang kasus anak tenggelam di sungai yang sangat disayangkan. Semoga kejadian ini memberi kita pelajaran bagaimana pentingnya pengawasan orangtua terhadap anaknya.