Anda pasti pernah merasakan kantuk luar biasa selepas makan, khususnya jika makan berat seperti nasi. Akhirnya, menumbuhkan keinginan untuk tidur setelah makan.
Memang, mengantuk usai makan adalah hal normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Pasalnya, itu merupakan sebuah respons tubuh terhadap perubahan biokimia yang terjadi pada sistem pencernaan.
Walau demikian, jika mengantuk kemudian membawa Anda tidur setelah makan, kebiasaan inilah yang justru meningkatkan risiko kesehatan. Salah satu contoh penyakit yang mengancam akibat kebiasaan ini adalah stroke.
Penyebab mengantuk hingga ingin tidur setelah makan
Dikutip dari situs Alodokter, kebiasaan buruk ini ternyata dapat dipengaruhi oleh makanan yang kita konsumsi. Misalnya, makanan yang mengandung tinggi kalori, khususnya yang mengandung asam amino triptofan.
Jenis makanan tersebut berpengaruh pada produksi hormon serotonin yang dapat menimbulkan rasa kantuk. Contoh makanannya, yaitu kalkun, bayam, kedelai, keju, tahu, dan ikan.
Kemudian, makanan tinggi karbohidrat juga membuat kadar gula darah naik dan turun secara drastis, sehingga timbul efek mengantuk setelah makan. Di sisi lain, mineral pada pisang juga mampu melemaskan otot, sehingga memicu efek yang sama.
Risiko kesehatan jika tidur selepas makan
Untuk Anda yang hingga saat ini masih memiliki kebiasaan buruk tersebut, alangkah lebih baik untuk coba menghentikannya. Sebab, berikut ini adalah 3 risiko yang mengintai Anda.
1. Kenaikan berat badan
Berdasarkan sebuah studi, ternyata ada kaitan antara waktu tidur dan makan yang dapat memengaruhi kenaikan berat badan. Sebab, cenderung akan mengonsumsi makanan tinggi kalori, tapi tidak digunakan sebagai energi, di mana akhirnya menumpuk menjadi lemak berlebih yang membuat berat badan naik.
Bila kebiasaan tidur setelah makan ini berlangsung terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan perut buncit pun akan muncul.
2. Nyeri ulu hati
Penyakit lain yang mengintai Anda adalah nyeri ulu hati atau heartburn. Terutama bagi para penderita penyakit asam lambung atau GERD.
Otot yang membatasi lambung dengan tenggorokan berfungsi untuk membuka ketika menelan dan kemudian menutup kembali. Pada penderita asam lambung, bagian otot ini cenderung tidak berfungsi baik.
Akhirnya, asam lambung mudah naik kembali atau refluks, hal ini diperparah dengan posisi tidur setelah makan. Sehingga menimbulkan keluhan rasa panas atau terbakar di sekitar ulu hati hingga dada, bahkan tenggorokan.
Dengan demikian, dianjurkan untuk beraktivitas terlebih dahulu setelah makan. Tujuannya agar Anda terhindar dari rasa kantuk.
Misalnya, bisa mencuci piring setelah makan, berjalan-jalan santai di sekitar rumah, ataupun melakukan aktivitas lainnya. Sebaiknya memberi jeda waktu antara makan dan tidur, yaitu sekitar 2 hingga 4 jam.
3. Penyakit stroke
Menurut penelitian, semakin panjang jeda waktu tidur setelah makan, maka risiko penyakit stroke pun akan semakin berkurang. Sebab, diperkirakan saat makan, gula darah, kolesterol, aliran dan tekanan darah mengalami perubahan, dan berbagai perubahan ini bisa saja memengaruhi risiko stroke.
Di samping itu, hal ini berkaitan dengan risiko refluks asam lambung yang lebih sering terjadi jika makan terlalu dekat dengan waktu tidur. Sehingga dapat memicu terjadinya sumbatan jalan napas saat tidur atau sleep apnea, yang merupakan salah satu faktor risiko stroke.
Sebenarnya belum ditemukan alasan jelas terkait hasil penelitian ini. Alhasil masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Walau demikian, dari data yang ada, ditemukan bahwa orang yang memberi jeda tidur setelah makan lebih dari 1 jam memiliki risiko stroke lebih rendah, yaitu lebih dari 60%. Maka, ada baiknya jika mencoba memberi jeda antara waktu makan dengan tidur.
***
Setelah kita mengetahui betapa buruknya kebiasaan tidur setelah makan, maka mulai dari sekarang, lebih baik untuk menghentikan kebiasaan tersebut. Dianjurkan untuk menghindari konsumsi makanan berat sekitar 2 jam atau lebih sebelum tidur.
Baca juga :
Jangan Disepelekan, Ini 8 Gejala Stroke Ringan pada Perempuan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.