Dulu saat pertama kali memiliki anak, kami sangat senang sekali dan ingin membagi kebahagiaan kami kepada semua teman dan saudara. Setiap momen perkembangannya, kami abadikan melalui foto dan video, kemudian membagikan foto anak melalui media sosial. Sebuah hal yang sangat biasa bagi keluarga di semua negara.
Akan tetapi, sejak kami tinggal di Jepang, kami menyadari bahwa privasi keluarga adalah hal yang sangat penting. Foto dan video anak yang dapat diambil bebas oleh para pedofil dan pelaku kejahatan lainnya menjadi kekhawatiran kami tersendiri.
Berikut 3 alasan yang membuat kami akhirnya memutuskan untuk tidak membagikan foto anak dan video di media sosial.
1. Privasi
Privasi adalah hak setiap orang. Mau atau tidak mau membaginya dengan orang lain adalah pilihan bebas. Foto, video, perkembangan anak, dan keharmonisan keluarga adalah sesuatu yang sebenarnya ada di ranah pribadi seseorang. Hanya saja, kita sah-sah saja membagikannya kalau itu memang mau kita.
Saat menyekolahkan anak di TK dan SD Jepang, kami diberitahu peraturan sekolah untuk menghargai privasi orang lain. Misalnya, saat mengupload acara sekolah di media sosial sebaiknya tidak menampakkan wajah anak atau orang lain tanpa izin yang bersangkutan.
Jadi, kami pun memburamkan wajah anak lain saat kami mengupload foto acara olahraga di sekolah. Berawal dari situ, kami pun melihat-lihat apakah orang tua Jepang juga sering mengupload foto anak mereka di media sosial. Meski tidak semua, ternyata banyak orang tua yang jarang mengupload foto wajah anak di media sosial mereka.
Artikel terkait: Hati-hati, foto anak di media sosial bisa dijadikan 5 kejahatan ini, no. 2 paling bahaya!
Sejak itulah, kami pun memikirkan kembali sebenarnya apa yang didapat saat membagikan foto anak di media sosial. Kalaupun membagikan momen, tidak harus selalu dengan foto anak, kan?
Semisal acara aqiqah, toh tak harus wajah anaknya yang dipajang. Ulang tahun pun tak harus foto anak juga yang ditampilkan. Bisa saja foto tangan anak yang sedang memegang pisau memotong kue ulang tahun, misalnya. Berbagi momen dan kenangan ke orang lain, tentu bagus. Tetapi untuk urusan foto dan wajah anak, masih menjadi ranah privasi kami.
Kalau memang diarahkan menjadi selebgram atau YouTuber sih, tidak ada salahnya juga memasang foto anak. Meski kadang kami juga gemas melihat foto anak lain, dan anak kami pun tidak kalah menggemaskannya. Tetapi, kalau dipikir lagi hal seperti itu tidak akan ada habisnya. Terkadang banyaknya “like” dan “komentar” memang menyilaukan ya, Parents.
2. Menghargai anak
Anak sulung saya sempat protes karena tidak mau fotonya dipajang di akun media sosial Ayahnya. Ketika ditanya kenapa, alasannya karena malas saja. Mungkin alasan sepele bagi kita, tetapi sejak itu kami juga tidak membagikan foto anak sulung saya. Bagaimanapun juga anak sudah menyatakan ketidaksenangannya kalau fotonya menjadi bahan publik.
Lain waktu, ketika bermain ke tempat neneknya ada saudara yang mengomentari baju anak saya di foto yang sebelumnya diupload di media sosial kami. Padahal baju itu sebenarnya hanya baju lucu-lucuan yang kami pakaikan saat game dan bercanda dengan anak.
Artikel terkait: 5 Hal yang Wajib Diperhatikan Sebelum Posting Foto Anak di Medsos
Dia protes kenapa saudaranya bisa tahu hal itu dan kami pun menjelaskannya. Sejak itu, ia pun malas kalau diajak game lucu-lucuan, dan meminta kami agar tidak menguploadnya di media sosial.
Kedua kasus itu mengingatkan kami sebagai orang tua agar kami minta izin dan konsen anak saat ingin mengupload foto mereka. Mereka juga memiliki hak yang sama dengan kita dan sebisa mungkin sebagai orang tua, kita pun harus menghargai pendapat anak.
3. Kenyamanan dan keselamatan bersama
Sebenarnya akun media sosial sudah saya atur “private”, bukan publik lagi. Tetapi, mudahnya orang mengambil tangkapan layar membuat saya berpikir was-was, meski itu teman kita sendiri. Bisa saja sih foto itu di-watermark, tetapi tetap saja kalau sudah ditangkap layar ya akan tersimpan oleh orang lain.
Foto anak yang biasa saja bisa lho diedit tanpa pakaian? Ngeri juga lho. Video juga akan mudah diunduh dengan menggunakan aplikasi ponsel. Sebenarnya bukan karena mau sok misterius juga, sih, hanya saja memang tidak ada krusialnya juga sih memajang foto keluarga di akun media sosial.
Terlebih ketika mendengar kasus penculikan anak dikarenakan orang tuanya yang gemar mengupload kegiatan keluarga di akun media sosialnya, sampai foto wajah, sekolah, nilai ujian, dan kegiatan harian yang dilakukan si anak diceritakan di media sosialnya. Itu belum termasuk kasus pedofil atau kasus foto anak artis yang digunakan di akun jual beli bayi.
Artikel terkait: Waspada! Inilah yang diincar oleh Predator Seksual dari Foto Anak yang Tersebar di Media Sosial
Demi kenyamanan bersama anggota keluarga, foto-foto lucu saat anak-anak bermain air di pantai, foto anak bayi kita mandi bersama mainan bebeknya, dan foto-foto lucu lainnya memang sudah lah disimpan saja sendiri dalam memori ponsel kita. Memang ada kalanya ingin membagikannya kepada teman dan saudara kita, tetapi untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, lebih baik tidak menguploadnya di media sosial.
Memang tidak ada salahnya kok, Parents, mengupload foto anak dan keluarga kita di media sosial. Sah dan boleh-boleh saja. Tetapi mungkin lebih baik berhati-hati terhadap kemungkinan kemungkinan pelanggaran privasi dan kejahatan yang bisa saja terjadi. Terlebih anak kecil kita mungkin belum tahu apa-apa. Bagaimanapun juga jejak digital itu abadi, Parents, hati-hati ya…
Ditulis oleh Primasari N. Dewi, UGC Contributor theAsianparent.com
Artikel UGC lainnya:
Anakku Histeris saat Aku BAB di Toilet, Apa yang Terjadi Padanya?
6 Cara Mengoptimalkan Periode Emas Anak, Nutrisi sampai Pembatasan Screen Time