Kabar gembira untuk para orang tua yang anaknya akan masuk Sekolah Dasar atau SD. Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim menyebut tes calistung saat masuk SD dihapus.
Selama ini, salah satu proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) untuk masuk SD adalah anak harus mengikuti tes calistung yaitu tes baca, tulis, dan hitung. Tes ini dilakukan untuk memetakan kemampuan siswa yang akan masuk SD.
Menurut Nadiem, penghapusan tes calistung ini bertujuan untuk mengakhiri miskonsepsi masa transisi pendidikan anak dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) ke SD.
“Kebijakan itu digulirkan guna mengakhiri miskonsepsi tentang baca, tulis dan hitung pada PAUD dan SD/MI/sederajat kelas awal (kelas 1 dan 2) yang masih sangat kuat di masyarakat,” ujarnya seperti dikutip dari kanal YouTube Kemendikbud RI pada Rabu (29/3) lalu.
Artikel terkait: Pro Kontra Calistung Anak Usia Dini dan Pendapat dari Psikolog Pendidikan
Proses Belajar Anak Seharusnya Menyenangkan
Dengan adanya keputusan tes calistung saat masuk SD dihapus, pemerintah melalui Kemendikbud Ristek berharap setiap pihak bisa menjadikan proses pembelajaran sebagai hal yang menyenangkan untuk anak.
Sang menteri menyebut bahwa kemampuan yang dibangun pada anak di PAUD seharusnya tidak hanya calistung. Anak juga harus memiliki kemampuan lainnya, sebut saja kemampuan holistik seperti kematangan emosi, kemandirian, kemampuan berinteraksi, dan lainnya.
Kenyataannya, kemampuan calistung yang sering dibangun secara instan pada anak masih dianggap sebagai satu-satunya bukti keberhasilan belajar. Itulah mengapa ia menyebutnya sebagai miskonsepsi.
“Poinnya adalah ada miskonsepsi bahwa hanya calistung itu yang terpenting dan cara ngajarin calistungnya Itu juga salah. Kenapa salah, karena ini menjadi suatu metode yang mengasosiasikan anak-anak PAUD kita, mengasosiasikan sekolah menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan,” jelasnya.
Artikel terkait: Kapan Usia Ideal Anak Belajar Calistung? Ketahui Jawaban dan Tipsnya Berikut Ini
Lagipula, masih menurut Nadiem, usia sebelum SD terhitung masih sangat muda untuk menguasai keterampilan calistung. Dikhawatirkan, karena tidak lolos tes calistung akan menyebabkan anak-anak tidak mendapatkan akses pendidikan yang merata.
Tes Calistung Saat Masuk SD Dihapus, Ini Fokus Pembelajaran di PAUD
Untuk menghapus miskonsepsi sebelum SD anak harus mampu menguasai keterampilan calistung, Nadiem menyampaikan empat fokus pembelajaran yang perlu diberikan kepada siswa di tingkat PAUD yang hendak masuk SD, dilansir dari Kompas.com.
1. Pembelajaran PAUD dan SD Berkesinambungan
Nadiem mengatakan, transisi anak dari PAUD ke SD perlu berjalan dengan mulus. Yang dimaksud dengan mulus adalah proses pembelajaran pada kedua lembaga pendidikan tersebut harus berkesinambungan.
2. Pemenuhan Kemampuan Pondasi Holistik pada Anak
Tidak hanya mengenai kemampuan kognitif, setiap anak juga seharusnya mendapatkan kemampuan pondasi yang holistik. Ini adalah kemampuan yang meliputi emosi, kemandirian, kemampuan berinteraksi, dan sebagainya.
Artikel terkait: Kemendikbud: Jangan paksa anak PAUD-TK belajar calistung
3. Anak Juga Harus Memiliki Kemampuan Literasi dan Numerasi
Dengan keputusan tes calistung saat masuk SD dihapus, Nadiem menekankan bahwa kemampuan literasi dan numerasi anak juga tidak kalah penting. Dengan begitu, miskonsepsi mengenai calistung bisa diatasi.
4. Anak Siap Sekolah
Nadiem menyebut bahwa siap sekolah merupakan proses, bukan hasil. Proses tersebut harus dihargai oleh satuan pendidikan dan orang tua yang bijak. Karena setiap anak memiliki kemampuan, karakter, dan kesiapan masing-masing saat memasuki jenjang SD, maka tidak seharusnya menyamaratakan mereka dengan standar atau label-label tertentu.
Wah, semoga dengan keputusan tes calistung saat masuk SD dihapus ini, proses belajar anak menjadi lebih menyenangkan dan tidak membuat mereka tertekan, ya.
Baca juga:
Membanggakan, Inilah Sederet Anak SD Indonesia yang Berprestasi Sains Tingkat Dunia
10 Contoh Program Ekstrakurikuler SD untuk Anak, Menyenangkan dan Bermanfaat!