Fertilisasi in vitro atau program bayi tabung menjadi jalan pilihan bagi perempuan yang ingin menimang momongan. Karena satu dan lain hal, ada pasangan yang kesulitan hamil secara alami. Sebelum menjalani program ini, tes AMH menjadi prosedur yang dianjurkan.
Definisi
Tes AMH (anti-müllerian hormone) merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur kadar hormon anti-müllerian di dalam darah. Hormon ini dihasilkan oleh organ reproduksi pria dan perempuan. Tujuan tes AMH bervariasi tergantung pada usia dan jenis kelamin pasien.
Pada laki-laki, hormon AMH yang dihasilkan testis sejak bayi hingga masa puber cukup tinggi lalu berangsur-angsur turun setelah masa puber. Kebalikannya, hormon ini cukup sedikit pada perempuan dan akan meningkat saat memasuki masa pubertas. Sayangnya, kadarnya menurun lagi jelang perempuan berusia lanjut dan menopause.
Secara spesifik, hormon AMH berperan vital dalam proses menuju kehamilan. Nantinya, kadar AMH dapat digunakan untuk memeriksa kesuburan pasien. Tes AMH juga dapat digunakan untuk membantu dokter dalam mendiagnosis gangguan menstruasi atau memantau pasien dengan kanker ovarium.
Adapun kisaran kadar AMH adalah sebagai berikut:
- Di atas 3,0 ng/ml : Terlalu tinggi dan dikaitkan dengan PCOS
- Di atas 1,0 ng/ml : Normal
- 0,7 – 0,9 ng/ml : Di bawah rata-rata
- 0,3 – 0,6 ng/ml : Rendah
- Kurang dari 0,3 ng/ml : Sangat rendah
“Ada rentang normal, lalu ada yang dianggap terlalu tinggi. Kadar tinggi sering menunjukkan sesuatu seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS).
Sedangkan, terlalu rendah bisa berarti seorang wanita sedang mengalami proses penuan dini atau menopause prematur, demikian penuturan B. Seifer, MD, seorang spesialis REI yang menemukan adanya AMH dalam cairan folikel perempuan pada tahun 1993 mengutip Yale Medicine.
Artikel terkait: Susah Hamil Anak Kedua, Mungkinkah Anda Mengalami Infertilitas Sekunder?
Mengapa Tes AMH Diperlukan?
Merujuk berbagai sumber, tes ini menjadi rujukan untuk memeriksa sejauh mana kemampuan ovarium menghasilkan sel telur yang sehat. Sejak lahir, perempuan menghasilkan jutaan sel telur. Namun, jumlahnya akan terus berkurang seiring bertambahnya usia.
Tes inilah yang akan memperkirakan berapa banyak sel telur yang sehat dan memungkinkan dibuahi oleh sperma. Selain itu, tes AMH juga berfungsi untuk tujuan:
- Memprediksi masa menopause, yakni berhentinya menstruasi dan hilangnya kesuburan. Masa menopause biasanya dimulai ketika perempuan berusia sekitar 50 tahun.
- Mencari tahu penyebab menopause dini
- Mencari penyebab amenorrhea (tidak menstruasi). Kondisi ini biasanya didiagnosis pada anak perempuan berusia 15 tahun yang belum mengalami menstruasi atau perempuan yang tidak mengalami menstruasi dalam waktu lama.
- Membantu dokter mendiagnosis polycystic ovary syndrome(PCOS), gangguan hormon yang menjadi penyebab umum ketidaksuburan perempuan.
- Memeriksa kemungkinan jenis kelamin ganda (ambiguous genitalia) pada anak
- Memantau kondisi wanita dengan kanker ovarium
Lantas, apakah hormon AMH berkorelasi dengan intensitas haid seseorang? Dalam bincang santai bersama theAsianparent bertajuk ‘Sulit Tambah Anak, Waspada Terjadinya Infertilitas Sekunder’, dr. Shanty Olivia Jasirwan, Sp.OG-KFER memaparkan faktanya.
“Kadar AMH yang rendah itu tidak dilihat dari banyak tidaknya darah haid. Itu dilihat dari seberapa banyak peluruhan dinding rahim. Jadi, tidak ada hubungannya. Bisa jadi hormon estrogennya yang rendah,” ujar dr. Shanty.
Artikel terkait: Ketahui Cara Membaca dan Menggunakan Test Pack Kehamilan dengan Benar
Kapan Sebaiknya Melakukan Tes Ini?
Sejatinya, tidak ada patokan kapan seseorang harus melakukan tes ini. Tes AMH direkomendasikan untuk perempuan yang ingin memiliki keturunan di usia matang, dan program bayi tabung menjadi alternatif pilihan.
“Program bayi tabung itu dilakukan tergantung usia kan, karena seiring usia bertambah maka kualitas sel telur pun menurun. Misalnya perempuan yang usianya sudah di atas 40 tahun itu sudah menurun. Adapun kehamilan tetap ada kans, selama seseorang belum menopause,” sambung dr. Shanty.
Mengutip Kompas, sebuah penelitian menuturkan pentingnya melakukan tes kesuburan bilamana pasangan memang berminat memiliki keturunan. Tes inilah gambaran potensi sel telur yang berkualitas.
“Saya berharap hal ini dapat mendorong perempuan untuk memeriksa kesehatan kesuburan mereka pada usia yang lebih muda. Dan jika Anda belum juga berhasil hamil dalam beberapa bulan setelah melakukan hubungan rutin, maka AMH dapat memprediksi masalah.
Melalui tes ini, Anda akan lebih mudah untuk menikmati kehamilan alami dan persalinan tanpa komplikasi, karena usia masih relatif muda”, ujar Dr Luciano Nardo, ahli tes AMH dari Reproductive Health Group.
Artikel terkait: Penebalan Dinding Rahim Bikin Sulit Hamil? Kenali Gejala dan Penyebabnya
Persiapan dan Metode
Tidak ada persiapan khusus yang harus dilakukan pasien sebelum menjalani tes hormon AMH. Namun, bagi calon ibu yang menjalani tes ini untuk keperluan bayi tabung, dokter biasanya akan melakukan prosedur pengambilan sel telur yang akan dibuahi.
Antara lain pemeriksaan penyakit infeksi, pemeriksaan uterus, analisis semen calon ayah, dan tes hormon lain seperti FSH dan LH. Dokter akan menjelaskan seluruh prosedur pemeriksaan sebelum pengambilan sel telur tersebut, termasuk tes hormon AMH.
Lebih lengkapnya, berikut prosedur lengkapnya:
- Tenaga medis akan membersihkan area pengambilan darah dengan antiseptik untuk membunuh kuman
- Lengan atas akan diikat perban elastis agar aliran darah di lengan terkumpul
- Setelah vena ditemukan, darah diambil dengan cara menyuntikan jarum steril ke pembuluh darah
- Ketika jumlah darah yang diambil dirasa cukup, suntikan akan dilepas dan bagian yang disuntik ditutup dengan perban.
Prosedur ini biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit. Pasien mungkin akan merasa sedikit nyeri saat jarum disuntikkan atau dilepaskan.
Demikian Parents serba serbi tes AMH, semoga bermanfaat bagi Anda yang membutuhkan.
Baca juga:
id.theasianparent.com/proses-bayi-tabung
Penjelasan Ilmiah tentang Coffin Birth atau Beranak dalam Kubur, Benarkah Bisa Terjadi?