Mengenal Tembang Gambuh, Kesenian Jawa yang Sarat Akan Makna

Tembang Gambuh adalah kesenian Jawa klasik yang merupakan bagian dari tembang Macapat. Yuk mengenal lebih dalam tentang tembang ini!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Bagi Parents yang berasal dari Jawa pastinya sudah tak asing lagi dengan tembang. Tembang adalah kesenian Jawa klasik yang kemudian dibagi lagi menjadi beberapa macam, salah satunya adalah tembang Gambuh yang merupakan bagian dari tembang Macapat.

Apakah Parents menguasai kesenian tembang? Tembang adalah bagian dari budaya asli Indonesia yang harus kita jaga dan lestarikan, dengan cara diturunkan kepada generasi penerus.

Di tengah serbuan zaman yang semakin canggih ini, budaya tradisional bisa semakin tergerus keberadaannya. Oleh karena itu, tak ada salahnya bagi kita para orangtua untuk mengenalkan sang buah hati kepada kesenian tradisional seperti tembang.

Berikut adalah beberapa hal menarik yang perlu diketahui mengenai tembang Gambuh.

Artikel Terkait: Ludruk, Kesenian Rakyat Jelata yang Jadi Hiburan Utama Masyarakat Jatim

Mengenal Tembang Gambuh, Kebudayaan Jawa yang Sarat Makna

Sumber: Kompas

Tembang Gambuh merupakan bagian dari tembang klasik Jawa yaitu tembang macapat. Tembang macapat sendiri memiliki beberapa jenis dan urutan yang menggambarkan perjalanan hidup manusia, yaitu Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmaradhana, Gambuh, Dhandaggula, Pangkur, Durma, Megatruh, dan Pocung.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Yang perlu diketahui mengenai tembang tersebut adalah muatannya. Tembang gambuh berisi nasihat-nasihat untuk generasi muda yang sarat makna. Mulai dari tingkah laku, menjalin hubungan dengan masyarakat, toleransi, persaudaraan, dan kebersamaan.

Melansir dari Failfaire, tembang ini menggambarkan tahapan manusia ketika sudah bertemu dengan seseorang yang tepat dan sesuai kemudian memutuskan untuk menikah setelah mengenal satu sama lain dan mendapat restu orangtua.

Kesenian tembang Jawa memiliki watak yang berbeda-beda. Tembang Gambuh memiliki watak atau nilai-nilai yang bisa kita ambil mengenai kekeluargaan dan juga kebersamaan. Begitu pula dengan kehidupan rumah tangga, perlunya saling menjaga, melindungi, dan mengayomi.

Artikel Terkait: Ini 7 Fakta Tentang Rampak Gendang, Kesenian Khas Jawa Barat yang Energik dan Dinamis

Sejarah Tembang Gambuh

Sumber: Soloevent

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tembang Gambuh pertama kali diperkenalkan oleh Walisongo sebagai salah satu media dakwah menyebarkan agama Islam. Diperkirakan tembang ini lahir pada abad ke-15.

Nama gambuh berasal dari bahasa Jawa ‘jumbuh’ yang artinya sesuai, cocok, atau kesepahaman dan kebijaksanaan.
Tembang tersebut sangat populer di kalangan masyarakat Bali usai dibawa oleh pementasan teater dengan iring-iringan gamelan. Gambuh pun dikenal sebagai dramatari dan termasuk tembang yang paling tinggi tingkatannya dan menjadi sumber dari semua jenis tarian Bali klasik.

Paugeran

Sumber: NTB Prov

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dalam kesenian tembang macapat terdapat paugeran yang berbeda-beda. Paugeran adalah aturan atau penanda sebuah tembang dan menjadi ciri khas untuk jenis tembang tersebut. Aturan-aturan ini mencakup guru lagu, guru wilangan, dan guru gatra.

Berikut adalah paugeran untuk tembang Gambuh.

  • Guru Lagu (Vokal atau Huruf)
    Guru Lagunya adalah U, U, I, U, O. Artinya, pada lirik pertama berakhir dengan huruf U, yang kedua dengan huruf I, dan seterusnya hingga lirik ke 5 berakhir dengan huruf O.
  • Guru Wilangan (Jumlah Suku Kata)
    Guru Wilangannya dalah 7, 10, 12, 8, 8. Lirik pertama memiliki jumlah suku kata 7, yang ke dua 10, hingga seterusnya di lirik ke-5 berjumlah 8 suku kata.
  • Guru Gatra (Jumlah Baris Setiap Bait)
    Setiap tembang Gambuh memiliki 5 baris setiap baitnya. Tiap barisnya juga harus memperhatikan guru lagu dan guru wilangannya.

Artikel Terkait: Mengulas Sejarah dan Makna di Balik Kesenian Reog Ponorogo untuk Diajarkan pada Anak

Contoh Tembang Gambuh

Sumber: Antaranews

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Sekar gambuh ping catur,
    Kang cinatur polah kang kalantur,
    Tanpa tutur katula-tula katali,
    Kadalu warsa kapatuh,
    Katutuh pan dadi awon.
    (Sunan Paku Buwana IV. Wulang Reh: III. 1)

    Artinya:
    Tembang Gambuh yang keempat,
    Yang dibicarakan tingkah laku yang melenceng,
    Tanpa nasihat akan terlunta-lunta,
    Kadaluwarsa menjadi kebiasaan,
    Disalahkan sudah mengerti menjadi jelek.

  • Rasaning tyas kayungyung,
    Angayomi lukitaning kalbu,
    Gambir wana kalawan hening ing ati,
    Kabekta kudu pinutur,
    Sumingkiringreh tyas mirong.
    (Rangga Warsita, Sabda Tama)

    Artinya:
    Keinginan dari rasanya hati,
    Memberi perlindungan rasa nyaman di hati,
    Melahirkan perasaan yang hening,
    Karena harus memberikan nasihat,
    Agar dapat menyingkap hal-hal yang salah.

  • Den samya amituhu,
    lng sajroning jaman kala bendhu,
    Yogya sampeyan yuda hardaning ati,
    Kang anuntun mring pakewuh,
    Uwohing panggawe awon.
    (Rangga Warsita, Sabda Tama)
    Loading...
    You got lucky! We have no ad to show to you!
    Iklan

    Artinya:
    Diharap semua menaati,
    Di dalam zaman kala bendu,
    Sebaiknya kamu memerangi nafsu pribadi,
    Yang akan menuntun pada hal yang tidak mengenakkan,
    Hasil dari perbuatan yang buruk.

***
Di zaman yang serba modern ini, tata krama dan kehidupan sosial seringkali dilupakan. Tembang Gambuh pun dapat hadir di zaman modern untuk memberikan pitutur (nasihat) bagi kita menjalani kehidupan. Itulah beberapa hal menarik yang bisa Parents ketahui kesenian khas Jawa yang sarat akan makna ini.

Baca Juga: