Waspadai Tanda Janin Meninggal dalam Kandungan, Bunda Harus Tahu!
Ketahui beberapa tanda janin meninggal dalam kandungan berikut ini!
Kematian dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Termasuk pada janin yang masih ada di dalam kandungan. Meski demikian, Bunda perlu mengetahui beberapa tanda janin meninggal dalam kandungan sebelum terlambat.
Hal ini memang menyakitkan dan tak diinginkan, bahkan pada beberapa ibu bisa menyebabkan trauma psikologis dan ketakutan untuk hamil lagi. Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan kematian janin, baik faktor dari kesehatan ibu, maupun dari kondisi janin yang dikandung.
Daftar isi
Kematian Janin dalam Kandungan
Kematian janin dalam kandungan berbeda dengan keguguran. Intrauterine fetal demise (IUFD) adalah kondisi janin meninggal di dalam kandungan setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Sementara, keguguran adalah istilah yang dipakai jika kematian janin terjadi di usia kehamilan belum mencapai 20 minggu.
Kematian janin dalam rahim ini sering juga dikenal dengan istilah stillbirth.
Ketika seorang janin meninggal di dalam rahim, itu disebut sebagai keguguran dan stillbirth (lahir mati).
Baik keguguran maupun stillbirth merupakan pengalaman yang tragis dan menyakitkan secara emosional bagi orangtua janin.
Ada tiga kategori kematian janin intrauterin yang ditandai dengan kapan janin meninggal dalam kandungan dan seberapa jauh kelahiran mati terjadi dalam kehamilan. Tiga jenis IUFD meliputi:
- Lahir mati dini: Terjadi antara usia kehamilan 20 dan 27 minggu
- Lahir mati terlambat: Terjadi antara usia kehamilan 28 dan 36 minggu
- Lahir mati sewaktu: Terjadi pada atau setelah usia kehamilan 37 minggu.
Artikel terkait: Viral! Foto perawat yang menangis teringat bayinya yang lahir stillbirth
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), studi menunjukkan bahwa 10-25% dari semua kehamilan yang diakui secara klinis akan berakhir dengan keguguran. Ini biasanya terjadi sebelum 12 minggu kehamilan.
Di sisi lain, stillbirth mempengaruhi sekitar 1 dari 100 kehamilan. Setidaknya setiap tahun sekitar 24.000 janin dikabarkan mengalami stillbirth di Amerika Serikat. Jumlah itu sama dengan jumlah bayi yang meninggal selama tahun pertama kehidupannya.
Umumnya kasus stillbirth ini sulit untuk dicegah, namun dengan mengetahui faktor penyebab dan ciri-cirinya, ibu masih dapat mengurangi resiko terjadinya stillbirth ini. Sebagian besar kasus bayi meninggal dalam kandungan penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, namun adanya masalah kesehatan ibu atau janin bisa menjadi faktor resiko terjadinya kondisi ini.
Beberapa faktor penyebab terjadinya kematian janin dalam kandungan adalah:
- Masalah pada plasenta
Plasenta adalah organ dalam rahim ibu hamil yang berperan dalam menyalurkan oksigen, nutrisi dan darah dari tubuh ibu ke tubuh janin. Jika kerja atau fungsi plasenta terganggu, maka aliran nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan janin untuk perkembangan tubuhnya juga akan terganggu sehingga terjadi keterlambatan pertumbuhan janin.
Jika hal ini berlangsung terus menerus, maka bisa berakibat fatal bagi janin. Kondisi-kondisi yang bisa mempengaruhi fungsi plasenta antara lain adalah infeksi pada plasenta, perdarahan, atau lepasnya plasenta sebelum waktunya (solusio plasenta). - Kelainan atau cacat lahir pada janin
Cacat genetik bisa terjadi pada setiap kehamilan dengan atau tanpa kelainan kromosom. Malformasi struktural pada tubuh janin kafang bisa disebabkan oleh infeksi atau faktor radiasi, ataupun faktor lain yang masih belum diketahui.
Malformasi yang terjadi pada organ vital janin, seperti jantung ataupun otak, membuat organ tersebut tidak bisa berkembang secara optimal dan dapat memicu kematian pada janin. - Kondisi kesehatan ibu
Penyakit atau kondisi kesehatan ibu yang terganggu, bisa menjadi salah satu faktor resiko kematian janin.
Ibu yang menderita diabetes, hipertensi, kelainan jantung, lupus, obesitas, ataupun gangguan tiroid, bisa menyebabkan terganggunya asupan nutrisi pada janin yang jika tidak diatasi dengan cepat dan baik, bisa berakibat fatal pada janin yang dikandung.
Selain itu, infeksi virus ataupun bakteri, juga mesti diwaspadai, sepperti: malaria, HIV, toxoplasmosis, demam berdarah, dan rubella. - Gaya hidup tidak sehat
Ibu hamil dengan obesitas, tidak mengatur pola makan, terlalu sering mengkonsumsi makanan cepat saji, merokok, minum alkohol, akan berpengaruh buruk pada janin.
Suplai oksigen untuk janin akan terganggu, sehingga pertumbuhan janin juga akan terhambat, yang bisa berujung ke kematian janin.
Tanda Janin Meninggal dalam Kandungan yang Harus Diwaspadai
Secara umum, stillbirth tidak memiliki tanda-tanda yang bisa dilihat secara kasat mata. namun ini beberapa tanda keguguran dan stillbirth yang perlu Anda waspadai.
1. Berkurangnya Pergerakan Janin
Anda akan mulai merasakan gerakan janin saat dia telah berusia 16 atau 22 minggu kehamilan.
Janin umumnya akan lebih aktif bergerak di malam hari ketika Anda beristirahat. Dia juga mungkin akan bergerak ketika Anda mandi, makan, minum, atau mendengarkan lagu.
Gerakan ini akan mulai teratur ketika telah memasuki usia 26 minggu. Anda juga mungkin akan mengenali pola pergerakannya setiap hari.
Dokter biasanya akan meminta Anda untuk mulai menghitung gerakan janin setelah memasuki trimester ketiga kehamilan.
Gerakan janin dianggap normal bila terjadi sebanyak 10 kali dalam kurun waktu satu jam atau kurang.
Segera waspadai bila gerakan janin kurang dari itu atau berubah dari kebiasaannya. Terlebih bila Anda tidak bisa merasakan gerakan janin sama sekali selama 1×24 jam.
2. Bayi Tidak Bergerak Sama Sekali
Keluhan ini biasanya didahului dengan keluhan berkutangnya gerakan janin beberapa hari sebelumnya. Keluhan ini menunjukkan bahwa kematian janin sudah terjadi dan janin sudah tidak bisa diselamatkan sama sekali.
3. Perdarahan
Salah satu tanda umum keguguran dan stillbirth ialah adanya perdarahan dari vagina. Namun tidak semua pendarahan menandakan kedua hal ini.
Pendarahan selama kehamilan umumnya adalah suatu hal yang umum terjadi. Terlebih bila terjadi di awal kehamilan.
Namun waspadai bila pendarahan cukup banyak dan terjadi secara terus menerus. Bisa jadi itu merupakan salah satu tanda keguguran atau stillbirth.
4. Keluarnya Cairan dari Vagina
Janin dilindungi oleh cairan ketuban selama berada di dalam rahim. Ini bermanfaat untuk keamanan dan pertumbuhannya selama kehamilan.
Keluarnya cairan di dalam vagina bisa menjadi salah satu tanda bahaya bayi meninggal atau berhenti berkembang. Sebab cairan ketuban umumnya akan keluar dari vagina bila persalinan sudah dekat.
5. Kram dan Rasa Nyeri di Perut Bisa Menjadi Tanda Janin Meninggal dalam Kandungan
Kram dan sakit perut selama kehamilan sebenarnya ialah suatu kondisi yang umum terjadi. Namun hati-hati bila hal itu terjadi secara terus menerus dan mengganggu aktivitas Anda. Itu bisa menandakan suatu masalah dalam kehamilan Anda.
6. Penurunan Hormon HCG dalam Darah
Saat hamil, tubuh akan memproduksi hormon HCG. Hormon ini akan terus meningkat hingga memasuki usia 16 minggu kehamilan dan stabil hingga persalinan.
Bila kadar hormon HCG ini menurun, bisa jadi Anda tengah mengalami keguguran atau stillbirth.
Tanda Janin Meninggal dalam Kandungan Usia 4 Bulan
Tanda kematian janin yang paling sering terjadi meliputi:
- Bercak atau pendarahan saat hamil
- Nyeri dan kram
- Tendangan dan gerakan janin tiba-tiba berhenti
- Nyeri di perut
- Ketidaknyamanan secara keseluruhan
- Demam
- Detak jantung janin tidak dapat dideteksi dengan Doppler atau stetoskop
- Detak jantung dan gerakan janin tidak dapat dideteksi dengan USG.
Karena banyak tanda peringatan kelahiran mati cenderung meniru kondisi medis lainnya, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.
Tanda Janin Meninggal dalam Kandungan Usia 2 Bulan
Jika janin meninggal pada usia 2 bulan atau sebelum usia kandungan 20 minggu, hal ini bisa jadi keguguran. Beberapa tandanya yaitu:
- Pendarahan vagina
- Kram dan nyeri di perut bagian bawah
- Nyeri di panggul dan punggung
- Keluarnya cairan dari vagina
- Keluarnya jaringan dari vagina
- Tidak lagi mengalami gejala kehamilan, seperti rasa sakit dan nyeri payudara.
Pengalaman Ibu yang Janinnya Meninggal dalam Kandungan
Peristiwa kematian janin dalam kandungan merupakan salah satu insiden traumatis yang sangat menyedihkan bagi seorang ibu dan juga ayah. Pengalaman pahit ini pun sempat dialami Mom Rahma yang menceritakan kisah pilunya di laman theAsianparent pada September 2020 lalu.
Awalnya, Bunda tersebut datang ke dokter bersama sang suami di usia kandungan yang memasuki 20 minggu. Dengan senang hati, keduanya bertegur sapa dengan dokter. Namun pada akhirnya, raut sumringah mereka berubah menjadi tangis haru kala sang dokter mengungkapkan bahwa sudah tidak ada detak janin.
Padahal sebelumnya, ia sempat melakukan tes USG pada usia 12 minggu. Ia menjelaskan, detak jantung baik, sudah terlihat gerak, dan tidak ada masalah apapun.
Masih dalam rasa tidak percaya, Bunda tersebut memutuskan untuk mencari second opinion di rumah sakit lainnya dengan dokter kandungan yang berbeda. Sayangnya, dokter tersebut juga mengungkapkan hal yang serupa. Dokter juga menyarankan untuk segera dilakukan tindakan kuretase untuk mengeluarkan janin yang sudah meninggal di dalam kandungan.
Dokter menggunakan laminaria, yaitu sejenis obat yang dimasukkan ke vagina dengan tujuan melebarkan serviks sebelum tindakan dilatasi dan kuretase. Usai pemasangan obat, Bunda tersebut terus menerus mengalami kontraksi seperti hendak melahirkan.
“Rasanya? Seperti ajal menjemput,” tulis sang Bunda.
Tepat 6 jam setelah pemasangan laminaria tanpa bius, sang Bunda akhirnya berhasil melahirkan janin tersebut secara induksi.
“Jumat 25 September 2020 tepat jam 02.00 janinku lahir secara normal. Anakku masih utuh di dalam kantung ketuban. Jenis kelaminnya laki laki, sesuai dengan yang suamiku idamkan,” kenang Mom Rahma.
Kisah pilu lainnya juga dialami oleh Mom Neneng Ulvia yang kehilangan janin pada usia 29 minggu. Sebelum kehilangan sang buah hati dalam kandungannya, ia merasakan mimpi buruk bahwa sang suami meninggal usai ditusuk menggunakan belati.
Seolah firasat seorang ibu, ia terbangun dengan kondisi menangis histeris. Namun yang tak kalah mengejutkan, ia menyadari bahwa sepertinya tidak ada gerakan janin. Bunda tersebut mencoba untuk tenang sembari minum teh manis sebagai pemancing gerakan janin. Akan tetapi, janin tersebut tidak merespons. Bahkan, ia mencoba untuk minum air hangat dan air dingin untuk memancing respon janin. Tetap saja tidak terjadi perubahan.
Esok paginya, ia memutuskan untuk mengecek kondisi kehamilannya ke Puskesmas. Bidan mengungkapkan bahwa detak jantung janin sudah tidak ada. Ia dirujuk ke rumah sakit. Setibanya di sana, Bunda tersebut diberi infus sebagai perangsang induksi.
Lantaran proses induksi tidak tampak membuahkan hasil, dokter merekomendasikan untuk melakukan operasi sesar. Akan tetapi, selama menunggu persiapan operasi, Bunda tersebut mengaku mual dan sering bolak-balik ke toilet untuk buang air. Malangnya, sang bayi cantik tersebut akhirnya terlahir di kamar mandi.
“Aku melahirkan sendirian di toilet hari Rabu, 6 Mei 2020 jam 01.19 dini hari usia kehamilan 29 minggu. Bayi perempuan pertama kami lahir lengkap tanpa cacat, tapi perutnya biru dan dalam kondisi sudah tidak bernyawa,” tuturnya.
Pertanyaan Populer Terkait Tanda Janin Meninggal dalam Kandungan
Tanda janin meninggal dalam kandungan terkadang tidak bisa dirasakan oleh seorang ibu begitu saja. Bahkan ada beberapa yang menyadarinya setelah berhari-hari dan berminggu-minggu. Akibatnya, muncul beberapa pertanyaan mengenai kondisi tersebut. Seperti:
Apa yang menyebabkan janin meninggal dalam kandungan?
Penyebab utama kematian janin meliputi:
- Kehamilan lewat waktu (melewati usia kehamilan 42 minggu)
- Infeksi ibu yang serius (misalnya, malaria, sitomegalovirus, listeriosis, toksoplasmosis, sifilis, atau HIV)
- Gangguan ibu kronis (misalnya, diabetes, tekanan darah tinggi, atau obesitas)
- Pembatasan pertumbuhan janin (ketika bayi tidak dapat tumbuh pada tingkat standar selama kehamilan)
- Komplikasi persalinan
- Kelainan bawaan atau cacat lahir
- Penyakit Rh (ketidakcocokan darah antara ibu dan anak)
- Masalah plasenta, termasuk sirkulasi yang buruk atau transfusi kembar-ke-kembar (yaitu, ketika aliran darah tidak merata antara kembar yang berbagi plasenta)
- Masalah tali pusat.
Apakah janin yang sudah mati bisa keluar sendiri?
Pengobatan lahir mati tergantung pada banyak faktor seperti jumlah minggu kehamilan, ukuran janin, dan berapa lama sejak detak jantung janin berhenti. Salah satunya yaitu menunggu sampai ibu melahirkan sendiri. Biasanya setelah janin meninggal, persalinan akan dimulai dengan sendirinya dalam waktu 2 minggu.
Bila Anda mengalami beberapa tanda di atas, segera konsultasikan hal tersebut pada dokter kandungan Anda. Biasanya dokter akan langsung melakukan USG dan memeriksa detak jantung janin.
Bila detak jantung janin tidak terdeteksi, maka itu artinya janin mungkin sudah meninggal di dalam kandungan.
Itulah informasi mengenai tanda janin meninggal dalam kandungan, waspadai setiap gejalanya demi keselamatan bayi dan Bunda.
***
Artikel telah diupdate oleh: Nikita Ferdiaz
Artikel telah ditinjau oleh:
Hasni Kemala Sari, SpOG
Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan
Rumah Sakit Bunda Citra Ananda
When a baby dies during pregnancy: How would I know?
www.kidspot.com.au/pregnancy/miscarriage-loss/when-a-baby-dies-during-pregnancy-how-would-i-know/news-story/f10aa34023abea66305c28e1b721abcd
Stillbirth
www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=stillbirth-90-P02501
Intrauterine Fetal Demise: Potential Causes and Warning Signs
flo.health/pregnancy/pregnancy-health/pregnancy-loss/intrauterine-fetal-demise
Baca Juga:
3 Faktor penyebab janin meninggal dalam kandungan, Bunda perlu waspada
Cegah stillbirth, 3 langkah menjaga kesehatan bumil ini wajib dilakukan
Pentingnya nutrisi mikro bagi ibu hamil, jangan diabaikan, Bun!