“Ketika kita tahu apa saja tahap perkembangan keluarga, maka kita bisa siap menghadapi kondisi atau perubahan yang ada. Dengan demikian, kita bisa cepat menyadari apa saja tantangannya. Kalau kita enggak tahu, terkadang kita jadi punya harapan yang tertalu tinggi yang sebenarnya memang sulit untuk terpenuhi.”
Penjelasan Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psikolog ini sepertinya memang perlu dipahami oleh individu yang akan memasuki fase baru dalam hidupnya. Pernikahan.
Seperti yang kita ketahui, meskipun menjalani pernikahan yang bahagia jadi impian semua pasangan. Kenyataannya ketika dijalani memang tidak semudah yang dibanyangkan. Lah, wong, perkara meletakan handuk di atas kasur atau menarik baju sembarangan sampai bikin susunan pakaian di lemari saja bisa memicu konflik.
Belum lagi persoalan dengan mertua atau ipar, atau masalah pola asuh yang diterapkan kepada anak yang terasa begitu berbeda? Umh, atau persoalan yang tak kalah pelik lagi seperti kehilangan sparkling saat berdekatan dengan pasangan? Rasanya begitu hambar.
Kondisi seperti inilah yang kemudian menjadikan setiap pasangan suami istri perlu memahami apa saja tahapan perkembangan keluarga.
Artikel Terkait: Hubungan Pernikahan Semakin Hari Semakin Hambar? Kenali Penyebab dan Tips Mengatasinya
Pentingnya Memahami Tahap Perkembangan Keluarga
Beberapa waktu lalu theAsianparent mengadakan sesi IG live bersama Mbak Nina Teguh, begitu saya kerap menyapa Mbak Anna Surti.
Psikolog keluarga jebolan Universitas Indonesia ini kemudian menjelaskan bahwa tahap perkembangan keluarga memang perlu dipelajari dan dipahami setiap individu yang memulai hidup baru dalam jenjang pernikahan dan berakhir ketika mereka masuk kategori lanjut usia.
Nina Teguh melanjutkan, “Perkembangnya itu akan berbeda, saat bayi, balita, remaja, dewasa hingga memasuki pernikahan. Nyatanya yang berkembang ini tidak hanya sebatas pada individu saja namun bagaimana kita berinteraksi dengan sistemnya, atau orang-orang terdekat. Maka, di sini perkembangnya juga akan berbeda-beda.”
Dilanjutkan Nina, “Pakar psikologi perkembangan itu memperhatikan perkembangan setiap individu, termasuk saat beriteraksi dalam sistemnya atau keluarga. Seorang ahli, Daulav, juga memperhatikan bagaimana perkembangan tahap perkembangan keluarga dari mulai awal, pembentukan keluarga atau beginning hingga akhir saat sudah lansia.”
Alasan mengapa setiap individu yang sudah memasuki gerbang pernikahan perlu paham tahap perkembangan keluarga karena tidak terlepas agar siap menerima kondisi atau perubahan, kita bisa cepat menyadari apa saja tantangannya.
“Kalau kita enggak tahu, terkadang kita jadi punya harapan yang tertalu tinggi yang sebenarnya memang sulit untuk terpenuhi,” ujar Nina lagi.
“Contohnya, saat kita usia 20 tahunan, tapi kita sudah menikah dan baru punya bayi. Sementara kita melihat teman kita yang lain, kok, masih seru-seruan. Masih mengejar karier, masih meeting di sana, hang out di sana. Lalu kenapa saya, kok, enggak bisa?”
“Tidak bisa lagi karena memang tahapannya sudah berbeda. Jika sudah menyadari kalau kondisi sudah berbeda dengan teman-temannya, maka akan bisa belajar untuk paham sehingga kita bisa berperilaku dengan baik dan punya kesempatan yang lebih untuk mendapatkan keharmonisan di dalam keluarga,” papar Nina Teguh.
Artikel Terkait: Menikah Tanpa Cinta, Apakah Bisa Bahagia? Ini Kata Psikolog
8 Tahap Perkembangan Keluarga
Dijelaskan Nina Teguh, tokoh psikolog perkembangan keluarga, Duvall, membagi delapan tahapan. Dimulai dari awal menikah hingga lansia, pada saatnya anak-anaknya akan mandiri dan memiliki cucu.
1. Tahap Pengantin Baru dan Belum Memikili Anak (Beginning Family)
Tahapan awal, pasangan suami istri akan saling beradaptasi, termasuk dengan keluarga besarnya.
“Meski sudah pacaran lama, tidak menjamin sudah saling terbuka dan mengenal dengan dalam, lo. Biasanya di tahapan awal ini juga bisa muncul konflik dengan keluarga pasangan. Jadi perlu penyusuaikan, mulai mendiskusikan visi dan misi keluarga.”
2. Tahap Bertambahnya Anggota Keluarga, Anak Pertama (Child Bearing Family)
Tahapan selanjutnya tentu akan memiliki tantangan berbeda, pasangan suami istri mulai belajar menjadi orang tua baru. Sehingga perlu menyiapkan diri dan memahami apa saja tantangnnya, dan tahu bagaimana menjaga hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3. Memiliki Anak Usia Prasekolah (Families with Preschoolers)
Artikel Terkait: 10 Hal yang Hanya dipahami Ibu dengan Anak Usia ‘Threenager’ (3 tahun)
Saat anak memasuki usia prasekolah, memasuki usia 3 tahun hingga 5 tahun, artinya sudah memasuki tahap ke-3. Beberapa keluarga juga mulai memiliki dua anak, sehingga perlu membagi fokus secara adil dengan ke dua anak.
Maka, peran suami istri pun akan berubah karena perlu membantu anak untuk memasuki dunia sekolah sehingga bisa beradaptasi, memastikan rasa aman setiap anggota keluarga, memantu kakak agar siap dengan kehadiran adik kecilnya, termasuk bisa membagi waktu untuk pasangan dan diri sendiri.
4. Keluarga dengan Anak Sekolah (Families with Children)
“Anak mulai memasuki usia sekolah, ini tantangnnya akan berbeda lagi. Kalau sekarang, yang mulai banyak dikeluhkan di masa pandemi ini adalah tantangan menemani anak sekolah online. Ketika punya anak usia sekolah, apalagi dua anak atau lebih, ibu memang bisa ‘berakrobat’. Bagaimana mengasuh anak sesuai perkembangnya, tapi juga harus menyelesaikan tugasnya sendiri,” tukas Nina Teguh.
5. Memiliki Anak Remaja (Families with Teenagers)
Keluarga dengan anak remaja tentu saja memiliki tantangan tersendiri.
Seperti yang diutarakan Mbak Nina, “Saat punya anak usia remaja, saat anak mau masuk SMP, anak akan punya perkembangan sendiri. Anak ini bisa lebih mandri, lebih abstrak tapi cerderung melihat segala sesuatunya dilihat hitam putih saja. Di masa ini sering kali terjadi pertengkaran antara anak dan orang tua, akhirnya bisa membuat situasi ‘panas’ juga antara ibu dan ayahnya.”
Itulah mengapa diperlukan keterampilan mengatasi masalah ini. Tahap perkembangan keluarga ini juga menantang orang tua untuk membangun komunikasi yang baik dengan anak dan pasangan.
6. Keluarga dengan Anak Dewasa (Launching Center Families)
Berbeda lagi di tahapan ke-6 ini, di mana anak mulai mandiri dan punya kehidupan di luar. Sebelum memasuki tahapan ini, orang tua perlu membantu anak untuk mandiri dan bertanggung jawab agar bisa hidup mandiri.
7. Keluarga Usia Pertengahan (Middle Age Families)
Umumnya, tahapan ini, orang tua sudah berpikir untuk pensiun. Anak mulai dewasa dan memiliki keluarga.
8. Keluarga Usia Lanjut
Tahap perkembangan keluarga terakhir adalah pada saat Anda dan pasangan sudah memasuki usia lanjut dan memutuskan pensiun. Bahkan, ada salah salah satunya yang telah meninggal dunia. Saat inilah suami-istri bertugas untuk saling menjaga, mempertahankan hubungan baik dengan anak dan sosial masyarakat.
Jadi, sudah sampai mana tahap perkembangan keluarga Anda dan pasangan? Sudah siap menghadapi tantangan dan mencari tahu bagaimana menyelesaikannya?
Baca Juga:
Cegah Anak Jadi Generasi Sandwich, Bagaimana Menyiapkan Dana Pensiun Mulai Sekarang?
“Setelah menikah, sikap suamiku berubah jadi kasar,” curhatan seorang Bunda