Proses belajar mengajar semasa pandemi Corona menjadi topik diskusi hangat belakangan ini. Terlebih, beberapa waktu lalu Ikatan Guru Indonesia menyarankan agar pembelajaran diundur hingga Januari 2021. Terkait dengan hal ini, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti mengadakan Survey orangtua siswa di akun Facebook.
Poling dilakukan untuk melihat pendapat para orangtua mengenai isu sekolah pada tahun ajaran baru. Dari hasil survei tersebut, rupanya mayoritas orangtua menyatakan ketidaksetujuannya bila sekolah dibuka saat wabah belum mereda.
Survey orangtua siswa, guru, dan murid
Sebetulnya angket ini bukanlah secara resmi berasal dari KPAI karena sifatnya masih uji coba selama 32 jam. Mulanya angket disusun lalu diujicoba dalam laman Facebook pribadi, namun kemudian menjadi viral.
“Namun, atas nama hak publik untuk tahu hasilnya, terutama penghargaan saya secara pribadi kepada ratusan ribu orang tua, siswa dan guru yang sudah berpartisipasi, maka saya memutuskan membuka hasil angket ini,”ujar Retno dalam keterangan persnya, Rabu (3/6) dilansir dari Liputan6.
Dalam riset advokasi metodenya adalah ideografis, subjektif dan harus memihak. Dalam hal ini, memihak pada kepentingan terbaik bagi anak, termasuk dalam angket pendapat ini.
“Namun, karena keterbatasan kemampuan saya mengolah data ratusan ribu ini, maka hasil pendapat siswa dan guru belum selesai diolah, namun akan secepatnya diselesaikan dan pasti akan disampaikan ke public hasilnya karena itu memang hak publik untuk tahu,” lanjut Retno.
Tujuan angket
Adapun tujuan dari disebarkannya angket ini antara lain :
- Memberikan ruang partisipasi kepada siswa, orangtua dan guru secara langsung kepada kebijakan Negara terkait pembukaan sekolah di masa pendemi Covid-19.
- Mengetahui persepsi orangtua, guru dan siswa terkait kebijakan membuka kembali sekolah di masa pandemic covid 19 pada tahun ajaran baru 2020/2021 pada 13 Juli 2020.
- Memberikan masukan kepada pihak terkait tentang sikap orangtua, guru dan siswa ketika pemerintah akan membuka sekolah pada masa pandemic Covid-19.
Sebaran responden survey orangtua siswa, murid, dan guru
Ketika uji coba angket ditutup, ternyata antusiasme dari responden pun cukup banyak. Diperoleh partisipasi siswa sebanyak 9.643 orang; partisipasi guru sebanyak 18.111 orang dan partisipasi orang tua mencapai 196.559 orang.
Karena disebarkan di sosial media, menurut Retno respondennya ini berasal dari seluruh wilayah Indonesia. Adapun rincian respondennya antara lain :
- Sebanyak 63 persen responden berasal dari pulau Jawa
- Sekitar 18 persen dari Pulau Sumatera
- Sisanya sebanyak 19 persen dari berbagai pulau, mulai dari Pulau Bali dan Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi, Pulau Papua dan Pulau Maluku dan Pulau Kalimantan.
Selain itu, berdasarkan sebaran tingkat pendidikan orangtua hasil yang didapatkan yakni :
- Sebanyak 47 persen (92.116 responden) berpendidikan Strata 1
- Sekitar 21 persen (41.664) berpendidikan SMA
- Sebanyak 14 persen (27.194) berpendidikan Diploma
- Sebanyak 11% (22.005) berpendidikan Strata 2
- Sekitar 6 persen (11.665 responden) berpendidikan SMP
- dan 1 persen (1.902 responden) berpendidikan Strata 3.
Selain tingkat pendidikan, sebaran jenis pekerjaan orangtua antara lain :
- Mayoritas pekerjaan responden orang tua adalah ibu Rumah Tangga, yaitu sebanyak 43 persen (84.155)
- Pegawai swasta sebanyak 22 persen (43.013)
- Pegawai Negeri (ASN) sebanyak 16 persen (31.553)
- Wirausaha sebanyak 10 persen (19.669)
- Lain-lain sebanyak 9 persen (18.156).
Responden guru yang berpartisipasi dalam mengisi angket ini sebanyak 18.111 orang. Dari jumlah tersebut sebarannya antara lain :
- Guru yang mengajar pada jenjang pendidikan SMP/sederajat : 27,8 persen
- Pengajar pada jenjang SD/sederajat : 26,3 persen
- Guru mengajar pada jenjang SMA/sederajat : 26,3 persen
- Guru yang mengajar pada jenjang SMK/sederajat : 12,7 persen
- Pengajar di di Sekolah Luar Biasa (SLB) : 9 persen
- Guru yang mengajar pada jenjang TK/RA/sederajat : 1,2 persen
Berdasarkan pendidikan terakhir sebagian besar responden guru berpendidikan strata 1 (S1) sebanyak 80,7 persen, strata 2 (S2) sebanyak 14,6 persen dan 4,7 per responden berpendidikan S3 dan sebagian lagi Diploma (non gelar).
Selain orangtua dan guru, ada juga responden siswa yang mengisi angket. Jumlah siswa yang mengisi yakni mencapai 9.643 orang. Dari jumlah tersebut, sebarannya antara lain :
- Jenjang SMA/sederajat : 42 persen
- SMP/sederajat : 34 persen
- SD/sederajat : 23,1 persen
Di sisi lain, berdasarkan rentang usia responden siswa, mayoritas berada pada usia 16-18 tahun (39,3 persen), usia 13-15 tahun (37,6 persen), dan usia 10-12 tahun (23,1 persen).
Hasil poling setuju/Tidak Setuju Sekolah Di Buka 13 Juli 2020
Beberapa yang tidak menyetujui sekolah dibuka Juli 2020 antara lain
- Responden orangtua tidak setuju (menolak) sekolah dibuka pada Juli 2020 mencapai 66 persen (129.937)
- Sebanyak 36,3 persen responden siswa tidak setuju atau menolak sekolah dibuka pada tahun ajaran baru 2020.
- Responden guru sebanyak 46 persen menolak sekolah dibuka.
Data yang menyetujui sekolah dibuka Juli 2020
- Orang tua yang menyetujui sebanyak 34% (66.609)
- Siswa sebanyak sebanyak 63,7 persen setuju sekolah di buka.
- Responden guru sebanyak 54 persen menyetujui
Dari 196.546 responden orang tua tidak setuju (menolak) sekolah dibuka pada Juli 2020 mencapai 66 persen (129.937) dan yang setuju sekolah di buka pada tahun ajaran baru sebanyak 34% (66.609). Data sebaliknya dari orang tua terjadi pada hasil polling anak.
Alasan orangtua sekolah setuju kembali dibuka
- Sudah jenuh mendampingi anak belajar dari rumah(3%)
- PJJ tidak dapat maksimal dilaksanakan karena keterbatasan peralatan daring yang memadai dan siswa kesulitan membeli kuota internet (16%)
- Kesulitan membeli kuota internet untuk pembelajaran daring (6%)
- Kasihan anak-anak terlalu berat mengerjakan tugas-tugas selama PJJ (13%)
- Anak selama PJJ kelelahan matanya karena mengerjakan tugas melalui telepon genggm(10%)
Alasan orangtua yang tidak setuju
- Kasus yang terinfeksi covid 19 masih tinggi (60%)
- Khawatir anak tertular covid 19 di perjalanan menuju dan pulang sekolah (47%)
- Wastafel di sekolah minim jumlahnya (21%)
- Jarang ada sabun cuci tangan di toilet dan wastafel sekolah (19%)
- Jarang ada tusi di toilet dan wastafel sekolah (18%)
- Toilet sekolah tidak bersih (15%)
- Toilet sekolah kadang airnya terbatas (15%).
Artikel Terkait : Tidak menerapkan lockdown, ini 7 kebijakan pemerintah mencegah penyebaran Corona di Indonesia
Harapan responden orangtua bila sekolah kembali dibuka
Beberapa harapan bila sekolah kembali dibuka antara lain :
- Seluruh ruang kelas harus disteril dahulu dengan disinfektan (76%)
- Pemerintah membuat protokol kesehatan dan kesalamatan selama anak berada di sekolah (75%)
- Wajib menggunakan masker di lingkungan sekolah (74%)
- Protokol kesehatan dan keselamatan tersebut dilaksanakan secara ketat di sekolah (72%)
- Pemerintah perlu menetapkan kurikulum dalam situasi darurat karena proses belajarnya juga dalam situasi darurat (68%)
- Sekolah menyediakan sabun cuci tangan di toilet dan wastafel (67%)
- Setiap siswa dan guru harus diukur suhu tubuhnya sebelum masuk kelas (66%)
- Jam belajar diperpendek, nanti secara bertahap menuju jam belajar normal (63%)
- Sekolah menyediakan hand sanitizer (61%)
- Pemberlakuan shift belajar atau bergantian masuk agar dapat jaga jarak (57%)
- Sekolah menambah jumlah wastafel, idealnya satu kelas satu wastafel (57%)
Itulah hasil dari survey orangtua siswa, guru, dan murid yang dilakukan oleh Retno Listyarti. Apakah hasil angket di atas sudha mewakili keinginan Parents?
Baca Juga :
Ikatan Guru Indonesia Sarankan Sekolah Ditunda Hingga 2021, Ini Alasannya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.