Pada bulan Oktober 2016, seorang ibu bernama Florence Leung pergi meninggalkan rumahnya. Suami dan keluarga melakukan pencarian kemana-kana. Hasilnya, detektif menemukan tubuh Flo -panggilan Florence- sudah tidak bernyawa, ia memilih untuk bunuh diri karena Post Partum Depression (depresi paska melahirkan) yang berat.
Sebuah halaman Facebook “Remembering Mother Florence Leung” awalnya dibuat untuk melakukan pencarian terhadap Flo yang menghilang. Pencarian pada bulan November tersebut melibatkan netizen Kanada dan pihak kepolisian serta para detektif.
Di dalam pengumuman tersebut, tertulis:
Poster kehilangan Florence Leaung. Berikut foto Flo tanpa kacamata dan tersenyum, sebuah foto di hari menghilangnya dia, dan sebuah foto darinya yang sedang tersenyum dengan kacamata.
Setelah kondisi Flo jelas bahwa ia sudah meninggal karena bunuh diri, halaman Facebook itu didedikasikan Kim Chen -suami Flo- untuk mengenang sekaligus menyebarkan kesadaran agar ibu yang mengalami PPD dapat ditolong sebelum ia mengambil keputusan hidup yang fatal untuknya.
Kim Chen berharap, tidak perlu ada lagi yang harus bunuh diri karena PPD. Berikut surat Kim Chen untuk mengenang almarhum istrinya:
2 bulan telah berlalu sejak detektif dan staf bantuan untuk korban muncul di rumah kami, dengan tampilan mengerikan di wajah mereka. Aku langsung tahu apa yang akan mereka katakan sebelum mereka memasuki pintu.
Ya, itu seperti banyak adegan di drama TV ketika polisi memberikan sebuah berita buruk, ada raut wajah muram di wajah mereka. Bedanya, semua yang terjadi adalah kenyataan dan ini bukanlah tayangan TV.
Hal ini terjadi kepadaku. Inilah kehidupan nyata yang harus aku jalani.
Mungkin seperti inilah yang dikatakan oleh para pasien kanker ketika diagnosis “kanker” diberikan pada mereka. Setelah kata “K” itu disebutkan, rasanya segalanya serba tak jelas dan kabur, tenggelam di dalam dengungan telinga.
Aku telah berpisah dengan pondasi kehidupanku, rencana masa depanku tak akan pernah terjadi. Segalanya perlu dibangun kembali.
Rasanya semua ini sudah terjadi selama 2 tahun, padahal ini baru terjadi selama 2 bulan.
Aku hidup dengan “survival mode“: rasanya kadang aku sudah hidup sehari pada satu waktu, dan kadang-kadang satu jam pada satu waktu – persis seperti yang diajarkan oleh banyak orang.
Hidup saat ini benar-benar jadi satu-satunya cara untuk berjalan melalui segalanya pada tahap ini. Begitupun rasa kekagetan dan mati rasa emosional yang perlahan reda.
Aku mengalami banyak kilas balik atas kenangan yang kami buat selama 6,5 tahun kebahagiaan yang kami miliki. Namun untuk saat ini, kenangan akan cenderung memicu rasa sakit dan kerinduan yang teramat sangat.
Itu sebabnya aku tidak pernah memperlihatkan foto-foto dan video kami selama 2 minggu terakhir.
Sekarang aku mengerti pentingnya untuk bersikap baik dan lembut kepada diriku sendiri, dan tidak menenggelamkan diriku sendiri dengan sengaja. Akan datang pada masanya di mana aku mulai nyaman menulis hal tentang aku dan flo, dan aku berharap datangnya hari itu.
Bayi laki-laki kami tumbuh dengan baik dan terurus dengan baik, dia berada di persentil ke-90 untuk tinggi dan berat badan. Dia juga tersenyum dan banyak tertawa! Dia mulai bisa duduk dipegangi, dan akan terus berkembang ke depannya.
Aku ingin berbagi sebuah artikel tentang seorang ibu muda yang meninggal pada awal 2016 dari Post Partum Depression (PPD). Kepribadiannya tampak begitu mirip dengan Flo dalam banyak hal.
Untuk semua ibu baru mengalami suasana hati yang buruk atau cemas, carilah bantuan dan berbicara tentang perasaan Anda. Anda tidak sendirian.
Anda bukanlah seorang ibu yang buruk. Jangan pernah merasa buruk atau merasa bersalah karena tidak bisa “menyusui secara eksklusif”, meskipun Anda mungkin merasakan adanya tekanan untuk melakukannya berdasarkan poster di bangsal bersalin, di brosur di kelas prenatal, dan ajaran di kelas menyusui.
Rupanya rumah sakit yang ditunjuk “ramah-bayi” hanya jika mereka mempromosikan ASI ekslusif.
Aku masih ingat saat membaca dokumen Flo dari rumah sakit dengan garis bawah berupa, “ASI adalah Makanan Wajib dan Eksklusif Untuk Bayi untuk Enam Bulan Pertama”. Aku juga ingat poster pada unit bersalin yang mengatakan bahwa “Payudara adalah yang Terbaik”.
Sementara setuju untuk manfaat ASI, PERLU ada pemahaman bahwa tak masalah jika melengkapinya dengan susu formula.
Susu formula adalah pilihan yang benar-benar layak untuk bayi. Aku akan berbicara lebih banyak tentang ini di masa depan.
Terima kasih untuk semua orang atas doa, dukungan, dan perhatian yang terus menerus diberikan di saat kondisi yang sangat hancur ini. Anda tidak tahu betapa berartinya komentar Anda untukku.
Flo dan Kim maternity foto. Foto ini karya Flo sendiri sebagai seorang fotografer.
Tak hanya rumah sakit, kadang lingkungan sekitar kita memberi penekanan kepada para ibu untuk memberikan ASI ekslusif di saat payudara ibu tak bisa mengeluarkan apapun di dalamnya. Sehingga, omongan orang lain dan tekanan sosial kadang membuat seorang ibu baru merasa tertekan dan akhirnya mengalami depresi pasca melahirkan.
PPD melanda 15% ibu melahirkan di dunia ini. Kebanyakan orang tak menyadari hal itu. Bahkan, banyak suami yang merasa bahwa istrinya sedang bertingkah menyebalkan saja sehingga tidak ada seorang pun yang datang untuk menolong ibu yang menderita PPD.
Semoga, kita bisa lebih menjaga hati para ibu yang baru melahirkan sehingga tekanan yang ada di dalam dirinya sendiri tidak bertambah banyak. Untuk ibu yang alami PPD, percayalah bahwa Anda tidak sendirian. Masih ada pilihan lain yang bisa dilakukan untuk bisa bangkit dari keterpurukan.
Baca juga:
Bunda, kenali 4 tanda depresi paska melahirkan atau postpartum depression ini
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.