Kemarin, Senin (14/10), industri hiburan tengah berduka, khususnya bagi penggemar musik kpop dan drama Korea. Pasalnya mantan member girlband, Sulli f(x) meninggal dunia di apartemennya akibat bunuh diri.
Kepergian artis dengan nama asli Choi Jinri ini tentu saja sangat mengejutkan dan menyisakan duka mendalam bagi banyak pihak.
Di usianya yang masih muda, 25 tahun, ia memutuskan bunuh diri lantaran depresi yang dialaminya. Meski demkian, hingga kini masih ditelusuri motif dan petunjuk lainnya.
Artikel terkait : Anak depresi bisa disebabkan pola asuh orangtua yang salah, bagaimana mencegahnya?
Kronologis Sulli f(x) meninggal
Sejak Minggu (13/10) petang, rupanya Sulli sudah sulit dihubungi pihak manajer, hingga Senin ia tak menerima kabar. Curiga terjadi sesuatu, sang manajer pun memutuskan segera mendatangi kediamannya.
Tepat pada 15.21 waktu setempat, manajernya pun menemukan Sulli dalam kondisi gantung diri di lantai 2 apartemennya. Polisi pun masih menyelidiki dugaan lain terkait dengan wafatnya aktris SM Entertainment ini.
Artikel terkait : Terserang rasa depresi saat menstruasi hingga ingin bunuh diri, normalkah?
Fakta-fakta terkait kejadian
Memiliki riwayat depresi
Tahun 2018 silam, Sulli sempat diundang ke acara Reality Show Jinri Store, ketika itu ia mengungkapkan fakta terkait kesehatan mental yang dialaminya. Bahwa ia memiliki gangguan kepanikan sejak masih belia.
“Bahkan orang-orang dekat pun meninggalkanku. Tak ada orang yang mendengarkan saya saat sedang mengalami kesulitan,” katanya. “Saya terluka oleh mereka dan merasa tidak ada orang yang mengerti saya, yang membuat saya berantakan.” ujarnya kembali.
Selain itu baru-baru juga telah beredar sebuah video live di Instagram yang memperlihatkan Sulli menangis sambil mengatakan “Aku bukan orang jahat, tolong jangan salah menilaiku” ujarnya.
Menerima banyak komentar miring
Bagi penggemar hiburan negeri Ginseng, mungkin sudah tak asing bila sang idola seringkali menuai kontroversi dan mendapat hujatan dari warganet.
Hal ini pun terjadi pada Sulli, ketika beberapa kali mengunggah foto tidak mengenakan bra atau saat mengunggah beberapa momen pesta bersama teman serta kemesraan bersama sang kekasih.
“Ketika saya mengunggah foto saya tanpa bra, orang banyak membicarakannya,” katanya.
“Aku bisa saja ketakutan. Tetapi saya tidak, karena saya pikir akan lebih baik jika lebih banyak orang dapat membuang prasangka mereka.” ujarnya dalam sebuah acara.
Peristiwa yang dialami oleh Sulli seakan mengingatkan bahwa penyakit mental memang bisa dialami oleh siapa pun juga. Termasuk mereka, orang-orang selalu terlihat atau tampil bahagia.
Pelantun hits ‘Electric Shock’ ini juga sempat mengaku bahwa hidupnya kerap terasa kosong. Ia mengatakan kalau sebenarnya sering membohongi publik dengan pura-pura bahagia.
Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah orang terdekat melakukan aksi bunuh diri?
Faktanya, WHO menyebutkan bahwa saat ini kejadian bunuh diri masih terbilang tinggi, di mana 1 kematian akibat bunuh diri bahkan terjadi setiap 40 detik. Di samping itu, bunuh diri juga merupakan penyebab kematian nomor 2 untuk masyarakat yang berusia 15 sampai 29 tahun.
Siapa saja yang paling berisiko?
- Seseorang yang mengalami masalah psikologis berat
- Depresi
- Adanya masalah hubungan awal yang tidak harmonis atau terputus dengan ibu (maternal deprivation)
- Mengalani kekerasan, bullying, trauma, atau diskrminasi
- Mengalami tekanan hidup yang begitu berat
- Minimnya dukungan sekitar
- Memikili sejarah keluarga yang mengalami bunuh diri
Upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya bunuh diri
Dalam hal ini WHO menegaskan bahwa ada 3 langkah yang bisa dilakukan yaitu dengan menunjukan rasa empati, mengajaknya bicara, bantu menyelesaikan masalah, dan tentu saja mengajak untuk segera mendapatkan bantuan profesional.
Hal ini pun ditegaskan oleh dr. Jiemi Ardian, Psychiatrist dari Siloam Hospital Bogor bahwa langkah terbaik pencegahan bunuh diri adalah dengan menjadi rekan yang peduli, menjadi sahabat yang mau mendengar dan menjadi orang yang mendukung untuk mencari pertolongan.
Dikutip dari laman Instagram miliknya, ia menuliskan:
“Tidak semua luka bisa terlihat, tapi buka berarti sebuah luka tidak terlihat maka luka tersebut tidak nyata. Luka yang terjadi dalam jiwa tidak kalah nyerinya dengan luka yang kasat mata.. Sahabat yang baik mampu memahami luka, sekalipun kita tidak mampu secara nyata untuk merabanya.”
Ia pun mengingatkan bahwa tindakan bunuh diri sebenarnya diakibatkan oleh rasa sakit emosional. Cara untuk mencegahnya adalah dengan mengurangi rasa sakitnya. Bukan dengan penghakiman, penghinaan, juga merendahkan. Melainkan dengan memberikan pengertian dan pemahaman, dengan telinga yang mau mendengarkan dengan hati yang tulus untuk membantu mencarikan pertolongan.
“Dekati, dengarkan, dan berikan dukungan, dan dorong untuk mencari pertolongan. Dengan begitu kita sudah membantu, Dengan begitu kita sudah membuat hidup menjadi lebih berharga untuk dijalani. Karena harapan itu ada, dan kita bisa kembali merasa bahagia,” paparnya.
Sudahkah kita melakukannya? Menjadi teman atau sahabat yang bersedia mendengarkan dengan baik tanpa perlu menghakimi?
Sumber : Theguardian
Baca Juga :
Seorang remaja mencoba bunuh diri, ini ciri depresi yang perlu Parents ketahui