Tak ada yang lebih membahagiakan dari mendengar suara gelak tawa bayi. Terlebih, jika tawa tersebut muncul dari buah hati kita. Namun, tahukah Parents, studi terbaru menyebutkan bahwa suara tertawa bayi manusia ternyata lebih mirip simpanse, loh. Mengapa bisa, ya? Daripada penasaran, yuk langsung saja simak ulasannya sebagai berikut.
Artikel terkait: Studi Tunjukkan Bayi Tularkan COVID-19 Lebih Cepat, Begini Faktanya
Studi Tentang Suara Tawa Bayi Manusia yang Disebut Lebih Mirip Simpanse
Pernyataan menarik ini datang dari sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Biology Letters. Studi ini ditulis oleh Profesor Psikologi Kognitif dari Universitas Leiden Belanda, Mariska Kret, serta para ilmuwan lain dari ranah pendidikan serupa.
Dalam penelitian tersebut, Mariska dan para ilmuwan lain mengumpulkan audio berisi suara tawa bayi manusia berusia 3 hingga 18 bulan. Kemudian, mereka meminta pendengar untuk menilai persentase tawa yang dihasilkan selama menghirup dan menghembuskan napas. Para ilmuwan juga menyertakan rekaman audio dari lima orang dewasa yang tertawa, sebagai bahan perbandingan agar penelitian lebih akurat dan kredibel.
Hasilnya, Mariska menuliskan bahwa pola tertawa bayi lebih identik dengan simpanse. Meski begitu, pola tertawa mereka perlahan akan berkembang dan mengikuti orangtuanya.
Pada dasarnya, Mariska menjelaskan, saat seorang manusia dewasa tertawa, mereka biasanya menghirup udara terlebih dulu baru menghasilkan suara ‘Ha-ha-ha’ dengan gelak yang terbilang singkat. Lantas, suara tawa tersebut pun perlahan akan hilang sesuai keinginan seseorang.
Pola tersebut sedikit berbeda dengan simpanse. Ketika tertawa, makhluk hidup tersebut cenderung mengeluarkan suara tawa mereka pada saat menarik napas serta ketika sedang menghembuskan napasnya.
Pola Tawa Bayi Lebih Identik dengan Simpanse
Mariska memaparkan, “Pola gelak tawa pada bayi lebih mirip dengan spesies primitif yang masih bersaudara dengan kita (simpanse).”
“Pola tertawa simpanse sendiri agaknya sulit dideskripsikan, ya. Tetapi biasanya suara tawanya itu tanpa jeda dan beriringan dengan tarikan dan hembusan napasnya. Mirip seperti bunyi kera pada umunya seperti huh-hah-huh-ha,” ungkapnya seperti yang dikutip dari laman Alaribia News.
Para ilmuwan yang melakukan penelitian ini pun memaparkan bahwa pola tawa bayi yang berusia di bawah 18 bulan-lah yang lebih mirip dengan simpanse. Pasalnya, bayi di rentang usia tersebut mengeluarkan suara tawa ketika ia menarik dan menghembuskan napas.
Meski begitu, muncul juga pendapat lain dari para ilmuwan yang tidak terlibat dengan penelitian yang dilakukan Mariska.
Peneliti dari Universitas Portsmouth, Inggris, Marina Davila Ross berpendapat, beberapa tawa bayi memang lebih mirip spesies kera, terutama spesies simpanse yang memiliki evolusi mirip dengan manusia. Namun, tidak semua tawa bayi memiliki pola yang serupa.
Suara Tawa Bayi Lebih Menular dan Meninggalkan Kesan Positif
Pola tertawa bayi yang disebut lebih identik dengan simpanse bukanlah hal yang negatif, kok, Parents. Faktanya, para peneliti menyebutkan, justru pola tertawa inilah yang membuat gelak tawa dari seorang bayi bisa lebih mudah menular dan memberikan kesan positif dan membahagiakan bagi orang dewasa di sekitarnya.
Fakta tersebut para peneliti dapatkan dari riset sederhana. Mereka melakukan eksperimen lain dengan sekelompok pendengar baru. Kemudian, para peneliti meminta para pendengar untuk memberi tahu apa yang mereka rasakan setelah mendengar suara tawa dalam rekaman audio.
Saat melakukan penelitian, para ilmuwan tidak memberi tahu para audiens mengenai perbedaan pola tertawa; pola tertawa saat menarik dan menghebuskan napas, atau pola tertawa yang dilepaskan setelah menarik dan menghembuskan napas.
Hasilnya, para audiens baru tersebut pun memilih bahwa gelak tawa yang dilakukan ketika menarik dan menghembuskan napas lebih terdengar menyenangkan. Itulah pola tertawa yang dimiliki oleh bayi.
Adapun pola tertawa tersebut cenderung lebih keras dan terkontrol, ungkap Mariska lagi. Maka dari itu, suara tawa ini dapat memudahkan bayi untuk memberi tahu orang dewasa di sekitar bahwa mereka sedang merasa senang dan bahagia. Serta, tentunya, hal ini pun membuat suara tawa bayi cenderung lebih menular dan memberikan efek positif seperti kebahagiaan pada orang di sekitarnya.
Artikel terkait: Hasil Studi: Rokok Tingkatkan Risiko Stunting, Ini Faktanya
Manfaat Tertawa bagi Perkembangan Bayi
Gelak tawa bayi ternyata tidak hanya memberikan kebahagiaan pada orang sekitar, loh. Saat si kecil tertawa, ini juga akan memberikan banyak manfaat untuk tumbuh kembangnya.
Tertawa juga bisa menjadi salah satu aktivitas yang sangat efektif untuk membangun hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang dengan si kecil. Dengan tertawa, bayi dapat belajar bagaimana caranya berpikir, berkomunikasi, serta bagaimana ia menunjukkan emosinya pada orang dewasa seperti orangtuanya.
Mengajak bayi tertawa, juga termasuk ke dalam salah satu upaya kita dalam mengajarkannya bersosialisasi dan membangun hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar.
Tak hanya itu, ketika bayi bisa tertawa dengan bebas di sekitar Anda, ini juga bisa menjadi sebuah pertanda baik, Parents. Ini merupakan tanda bahwa si kecil bahagia dan bersyukur bahwa lingkungan yang ia tempati sudah aman, sehingga membuatnya terasa nyaman dan terlindungi.
Artikel terkait: Studi: Terlalu Lama Stay at Home Meningkatkan Risiko Obesitas pada Anak
Itu dia tadi ulasan seputar studi terbaru yang menyebut suara tawa bayi manusia lebih mirip dengan simpanse. Jadi, bagaimana menurut Parents? Anda pastinya juga ikut senang ketika melihat si kecil tertawa, bukan?
***
Baca juga:
5 Cara agar Bayi Tidur Nyenyak dan Tidak Rewel, Coba Malam Ini!
Penjelasan Dokter Anak Soal Warna Urine Bayi, yang Normal dan yang Perlu Diwaspadai
Ternyata Pup Bayi Bisa Mengukur Tingkat Kecerdasan Anak, Ini Faktanya!