Kisah berikut ini dialami oleh seorang ibu muda, yang ditinggalkan suaminya saat bayi mereka baru berusia beberapa minggu. Sang suami pergi meninggalkannya, karena terpikat orang ketiga yang merupakan kenalan di tempatnya bekerja.
Berikut ini adalah kisah lengkapnya.
Kami menikah di usia muda
Saya mengenal suami saya sejak usia 16 tahun. Kami menikah saat usiaku 24 tahun, dan setahun kemudian saya hamil. Kami berdua sama-sama menginginkan anak, dan sering membicarakannya. Namun, jika diingat lagi, sayalah yang paling menginginkan kehadiran anak.
Saat saya hamil 7 bulan, kami makan di rumah mertua di Sydney (kami tinggal di Melbourne), ketika itu saya melihat ada sms di HP suami berisi tulisan ‘TOU’. Saya tanya apa artinya, dia bilang itu bukan apa-apa, mungkin salah kirim.
Saya tak bertanya lebih lanjut, tapi malamnya saya bertanya pada seorang teman, apa artinya TOU. Dia bilang artinya Thingking Of You (sedang memikrikanmu). Itu adalah tanda awal peringatan bahwa suami mungkin selingkuh, tapi saya mengabaikannya.
Artikel terkait: Nikah muda, begini dampaknya jika belum siap mental
Bayi kami lahir secara prematur
Saya melahirkan secara caesar di usia kehamilan 32 minggu karena posisi bayi yang sungsang. Putraku lahir pukul 4.15 pagi, di hari Jum’at tanggal 2 November.
Suami menemani proses persalinan, namun ia tidak kelihatan tertarik menemaniku setelah bayi kami lahir. Dia pergi ke berbagai acara dari hari Sabtu hingga hari Selasa. Tak sekalipun menengok diriku yang berjuang melawan infeksi, atau anak kami yang mengalami kondisi bayi kuning.
Saya bahagia menjadi ibu, tapi kecewa dengan suami yang seolah tak peduli. Selama hamil, berat badan saya bertambah 25 kilogram. Hal ini tidak disukai oleh suami saya, namun saya pikir hal tersebut tidak akan menjadi masalah dalam pernikahan kami.
Pengakuan yang mengejutkan
Beberapa bulan kemudian, suamiku mengaku terang-terangan bahwa dia telah selingkuh. Saat itu usia bayi kami baru 8 minggu. Dia bilang, wanita itu adalah teman kerjanya yang dulu pernah mengirimi sms padanya.
Dia bilang, dia sudah tidak mencintaiku lagi. Dia jatuh cinta pada wanita lain dan ingin hidup bersamanya.
Duniaku serasa runtuh. Seolah perselingkuhannya belum cukup untuk melukai hatiku, dia membeberkan semua hal tentang diriku yang tak ia sukai.
Dia tidak suka karena berat badanku tidak kembali seperti sebelum hamil, dia tidak suka istrinya tidak kuliah dan tidak memiliki gelar sarjana. Dia juga mengeluh karena saya makan dalam porsi besar, karena ia terbiasa kencan dengan wanita yang hanya makan sedikit.
Artikel terkait: “Suami meninggalkan saya setelah 17 tahun menikah karena saya GEMUK…”
Suami pergi, meninggalkanku dengan perasaan hancur
Suami pergi meninggalkan istri yang terluka dan bersedih.
Selain perasaan hancur, aku juga merasa malu. Sebelum kami menikah, banyak orang yang tidak suka padanya, dan mereka bilang dia akan pergi meninggalkanku. Itulah sebabnya, aku tidak memberitahu siapapun soal suami pergi dengan wanita lain, selama seminggu penuh.
Kemudian satu hari, aku tak tahan lagi, aku menelepon kakakku dan memberitahukan segalanya pada dia. Bayiku menangis setiap waktu, suami pergi, aku baru 25 tahun dan menanggung semuanya sendiri.
Kakakku segera datang ke rumah, memintaku berkemas, menelepon orangtua dan adik kami sambil mengabari mereka apa yang terjadi. Lalu dia membawaku ke rumah ayah dan ibu untuk menenangkan diri dan menerima dukungan dari mereka.
Menjalani hidup sebagai orangtua tunggal
“Setelah suami pergi, saya berjuang menjadi orangtua tunggal bagi anak saya.”
Setelah suami pergi, aku menjadi orangtua tunggal bagi anakku. Keluarga dan teman-temanku membantu saya menghadapi masa sulit. Aku tidak pernah merasa sendirian karena selalu ada orang yang membantu dan memeriksa keadaanku.
Untungnya mantan suamiku adalah seorang ayah yang baik, sehingga anakku memiliki hubungan baik dengannya.
Bagi kalian yang menghadapi situasi serupa sepertiku, percayailah naluri kalian sebagai wanita. Hanya kau yang tahu, apakah pernikahan kalian bisa diselamatkan atau tidak.
Jika aku percaya bahwa rumah tanggaku bisa diselamatkan, walau peluangnya kecil, aku pasti akan berusaha mencobanya. Tapi, aku tahu bahwa itu tidak akan terjadi.
Membesarkan anak seorang diri bukanlah hal mudah, untungnya aku mendapat banyak bantuan dari orangtuaku, saudara dan juga teman-temanku.
Dan pada akhirnya, aku kembali menikah di usia 32 tahun, dan mendapatkan seorang putri tiri yang manis. Bertahun kemudian, aku tetap menjadi orang yang kuat. Dan Anda pun pasti bisa melakukannya.
Baca juga:
"Setelah 13 tahun menikah, suami meninggalkanku untuk wanita yang lebih muda…"
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.