5 Strategi Joe Biden Kalahkan Donald Trump dalam Pilpres AS, Bidik Kelas Pekerja Hingga Kaum Minoritas

Mulai dari menyasar pemilih kelas pekerja dan golongan kulit hitam, inilah 5 strategi yang dijalankan Joe Biden hingga bisa menang dalam pilpres AS 2020.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Rakyat Amerika Serikat baru saja menggelar pesta demokrasi. Pemilihan presiden (pilpres) telah usai dan nama Joe Biden keluar sebagai pemenang mengalahkan petahana Donald Trump. Apa strategi yang dijalankan Joe Biden untuk menang dalam pilpres AS?

Joe Biden telah memegang jabatan publik di AS selama 50 tahun. Ini adalah ikhtiar ketiga Joe Biden dalam pertarungan pilpres. Sebelumnya, ia pernah mencalonkan diri pada tahun 1987 dan 2008.

Kemenangan pasangan capres-cawapres Joe Biden dan Kamala Harris dikabarkan media AS pada Minggu (8/11/2020). Mewakili Partai Demokrat, Biden kalahkan Trump dari Partai republik. Ia mengantongi 270 suara elektoral dari 50 negara bagian AS.

Berikut 5 strategi Joe Biden hingga Bisa Menang dalam Ajang Pilpres AS

1. Menyasar Pemilih Kulit Putih dari Kelas Pekerja

Ketika merumuskan dasar kampanye pada tahun lalu, penasihat Mike Donilon mengusulkan Biden untuk fokus pada pemilih kulit putih dari kelas pekerja sebagai blok kritis. Sebagian besar pemilih dari golongan ini berada di negara-negara industri Midwestern. Banyak dari mereka telah menjadi anggota serikat, menjadi pendukung Partai Demokrat yang setia selama bertahun-tahun.

Mereka memberikan suara untuk Obama pada pilpres tahun 2012 silam. Namun, pada pilpres 2016, mereka berbondong-bondong beralih memilih Trump karena tertarik kebijakan perdagangan proteksionis dan sikap garis keras terhadap imigrasi.

Pemilih dari golongan kulit putih yang tidak berpendidikan Perguruan tinggi merupakan mayoritas di Michigan, Wisconsin, dan Pennsylvania. Oleh sebab itu, suara mereka menjadi kunci bagi siapapun yang ingin memenangkan pilpres dan langkah Biden sudah tepat.

Menurut survei Edison Research, sekitar 8% pemilih Trump beralih ke Biden. Sebaliknya, 4% pemilih yang memilih Hillary Clinton pada 2016, beralih ke Trump.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Uang 20 Milyar Raib di Bank, Atlet E-Sport Ini Tempuh Jalur Hukum

2. Covid dan Golongan Pembenci Trump, Menguntungkan Biden

Foto: Instagram/joebiden

Kemenangan Biden dibantu oleh kalangan yang ingin melengserkan Trump. Mereka tidak mendukung Biden, mereka hanya tidak ingin Trump jadi presiden AS. Dalam exit poll Edison Research, sebanyak 67% pemilih Biden mengatakan mereka memberikan suara untuk menentang Trump, bukan mendukung Demokrat.

Faktor lain yang mendukung adalah pandemi virus corona. Trump dinilai gagal menangani pandemi di AS. Sementara Biden, lebih mendengarkan para ahli sains dan mencontohkan perilaku yang benar seperti mengenakan masker dan menjaga jarak.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Hal itulah yang tidak diindahkan Trump hingga ia terinfeksi virus beberapa minggu jelang pemilihan. Faktanya, lebih dari setengah warga AS percaya lebih penting untuk mencegah penyebaran virus corona, bahkan jika itu harus merugikan perekonomian.

“Covid mendorong banyak pendukung Trump ke Biden,” kata Sharon Holle yang merupakan anggota dewan kepemimpinan Biden di negara bagian Iowa.

3. Membidik Pemilih Kulit Hitam dengan Kampanye BLM

Foto: Instagram/joebiden

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kampanye Black Lives Matter (BLM) yang ramai digaungkan warga AS sejak insiden George Floyd (pria kulit hitam) di Minneapolis menjadi perhatian Biden. Tim kampanye Biden menyadari bahwa pemilih dari golongan kulit hitam sangat berpengaruh dan mereka setia pada Demokrat.

Dalam kampanyenya, Biden sering berbicara kedekatannya dengan Obama. Ia juga pernah pernah menyerukan “Black Lives Matter”. Sementara wakilnya, Kamala Harris, merupakan wanita kulit hitam pertama yang bergabung dengan partai besar. Tentu saja hal tersebut memberi sinyal pada orang kulit hitam Amerika bahwa keprihatinan mereka akan didengar jika Biden jadi presiden.

Artikel terkait: Miris! Ibu di Surabaya Jadi Korban Begal Pantat di Depan Rumah Sendiri

4. Membalik Suara di Arizona

Foto: Instagram/joebiden

Anak-anak muda Latin di Arizona dilihat Demokrat sebagai target pemilih yang sangat menjanjikan. Negara bagian Arizona terakhir kali mendukung seorang presiden dari Partai Demokrat pada tahun 1996.

Kampanye di Arizona adalah cara yang lebih mudah daripada negara bagian lain yang semakin kompetitif seperti North California dan Texas. Tim Biden juga memanfaatkan perseteruan sengit Trump dengan almarhum senator John McCain, ikon Partai Republik di Arizona.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Diketahui, Biden menjalin persahabatan dengan McCain selama beberapa dekade di senat. Hal ini membantunya mendapat dukungan dari pemilih Arizona.

5.  Strategi Mob-Suasion (Membujuk Massa) Digunakan Joe Biden untuk Menang Pilpres AS

Foto: AFP Photo/Getty Images

Jika model kampanye tradisional membujuk pemilih untuk mendukung kandidat mereka dan kemudian memonilisasi mereka untuk memilih, tim kampanye Biden melakukan sebaliknya. Mereka melakukan keduanya pada saat yang bersamaan. Strategi ini dijuluki “mafia” dalam kampanye.

“Anda memiliki persamaan ini di mana Anda membujuk, membujuk, membujuk, dan kemudian Anda mengeluarkan suara. Kami membalik itu pada siklus ini,” kata seorang pejabat kampanye Biden.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

***

Itulah 5 strategi yang dijalankan Joe Biden dan timnya untuk menang dalam pilpres AS 2020. Tak lama setelah pengumuman kemenangan, Biden pun mendapat ucapan selamat dari mantan presiden  kulit hitam pertama AS, Barrack Obama.

Sumber: Kompas

Baca juga:

PHK Semua Karyawan Inul Vizta di Jakarta, Apa Alasan Inul Daratista?