Kasus Stillbirth Melonjak Saat Pandemi, Penelitian Ini Ungkap Faktanya

Kasus bayi lahir mati atau yang dikenal dengan istilah stillbirth meningkat saat pandemi COVID-19 melanda.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Beberapa laporan penelitian di berbagai negara menyebutkan bahwa terdapat tren angka bayi lahir mati atau stillbirth meningkat saat pandemi COVID-19. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan kasus stillbirth berjumlah sekitar dua juta kasus setiap tahunnya, setara dengan satu kematian tiap 16 detik. PBB memperingatkan angka ini bertambah sekitar 200.000 kasus di saat pandemi.

Image: Freepik

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Apa yang menjadi penyebab meningkatnya angka stillbirth atau bayi lahir mati di masa pandemi COVID-19?

Artikel Terkait: 7 Mitos dan Fakta Tentang Stillbirth yang Perlu Parents Ketahui

Fakta Stillbirth Meningkat saat Pandemi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF mencatat hampir 2 juta bayi meninggal di dalam kandungan atau lahir mati, dalam keterangan persnya pada Kamis (8/10). Mereka memperingatkan bahwa kondisi pandemi COVID-19 dapat menambah sebanyak 200.000 kematian.

Image: Freepik

“Setiap 16 detik, seorang ibu di suatu tempat akan menderita tragedi stillbirth,” kata Henrietta Fore, Direktur Eksekutif UNICEF. Dia mengatakan sebagian besar kelahiran mati dapat dicegah dengan pemantauan yang lebih baik, perawatan antenatal yang tepat, dan bidan yang terampil.

Para peneliti percaya bahwa kurangnya akses medis di antara ibu hamil yang terjadi karena pembatasan di masa pandemi telah menimbulkan komplikasi prenatal, di antaranya menyebabkan kasus stillbirth.

“Apa yang kami lakukan adalah menyebabkan lonjakan yang tidak disengaja pada bayi lahir mati saat mencoba melindungi (ibu hamil) dari COVID-19,” kata Jane Warland, bidan di University of South Australia di Adelaide, mengatakan kepada Nature.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sejumlah Negara Ungkap Tingginya Angka Stillbirth di Masa Pandemi

Ungkapan tersebut didasarkan pada temuan sejumlah laporan penelitian internasional terkini yang berasal dari negara-negara seperti India, Nepal, Inggris dan Skotlandia. Pada bulan Agustus 2020, jurnal kesehatan global The Lancet menerbitkan sebuah penelitian dengan data dari lebih dari 20.000 ibu hamil yang melahirkan di 9 rumah sakit di Nepal.

Dokter di Nepal mencatat adanya peningkatan stillbirth sebesar 50%, yaitu dari 14 kasus stillbirth per 1000 kelahiran menjadi 21 kasus per 1000 kelahiran pada masa pandemi di akhir Mei.

Peneliti menemukan bahwa angka tersebut melonjak terutama selama empat minggu pertama lockdown atau bulan pertama pandemi. Sebab, saat itu masyarakat diwajibkan untuk tetap di rumah jika tidak memiliki kepentingan mendesak di luar rumah.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Image: Freepik

“Nepal telah membuat kemajuan yang signifikan dalam 20 tahun terakhir dalam hal penanganan kesehatan ibu dan bayinya, tetapi terjadi penurunan di beberapa bulan terakhir,” kata pemimpin studi Ashish K.C., seorang ahli epidemiologi perinatal di Universitas Uppsala, Swedia.

Peningkatan angka stillbirth atau bayi lahir mati juga dilaporkan oleh berbagai rumah sakit di banyak negara. Di Inggris, peningkatan kasus stillbirth dilaporkan meningkat pada periode April dan Juni 2020.

Selama periode tersebut terjadi 40 kasus bayi lahir mati, jika dibandingkan dengan 24 kasus pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Bahkan, negara dengan kasus bayi lahir mati yang rendah seperti Skotlandia juga mendeteksi adanya peningkatan kasus stillbirth di negaranya saat pandemi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel Terkait: Cegah stillbirth, ini posisi tidur saat hamil tua yang aman untuk Bumil

Pengaruh Pandemi pada Peningkatan Kasus Stillbirth

Ashish K.C. menyebutkan bahwa peningkatan angka bayi lahir mati (stillbirth) dari hasil laporan penelitian di lapangan bukan disebabkan oleh infeksi COVID-19. Kemungkinan besar kasus tersebut terjadi akibat dari kondisi pandemi yang memengaruhi akses para ibu hamil ke fasilitas kesehatan.

Terhambatnya pemeriksaan medis secara rutin bagi para ibu hamil di masa pandemi telah mengakibatkan komplikasi yang menyebabkan stillbirth terlambat untuk ditangani. Terbatasnya akses transportasi umum atau fasilitas kesehatan di masa pandemi turut membatasi ruang gerak ibu hamil untuk memeriksakan kandungannya ke klinik atau rumah sakit.

Image: Freepik

Beberapa konsultasi kehamilan tatap muka bisa dialihkan menjadi konsultasi online selama pandemi. Namun, tetap ada beberapa fasilitas yang tidak bisa didapatkan ibu hamil saat konsultasi online. Seperti pengukuran tanda vital ibu, pemantauan denyut jantung janin dengan doppler, maupun pemeriksaan USG 4D.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Salah satu masalahnya adalah Anda tidak dapat mengukur tekanan darah seseorang melalui telepon. Tentu saja jika ibu hamil memiliki tekanan darah tinggi, maka itu tidak baik bagi ibu ataupun janinnya. Masalah ini yang tidak kami temui ketika sebelum pandemi,” ujar dr. Jane Warland, pengajar dan peneliti di University of South Australia.

Di Indonesia sendiri, para ahli telah menyampaikan kekhawatiran akan munculnya masalah kehamilan sejak masa awal pandemi. Oleh karena itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengeluarkan imbauannya terhadap pasangan muda untuk sebisa mungkin menunda rencana kehamilan hingga pandemi bisa ditangani.

Tujuan dari hal ini tak lain adalah untuk memastikan kualitas akses kesehatan ibu hamil agar dapat lebih terjaga.

Artikel Terkait: Jangan salah! Keguguran dan stillbirth tidak sama, ini perbedaan dan cara mencegahnya

Itulah beberapa fakta mengenai angka stillbirth yang meningkat saat pandemi COVID-19. Semoga wabah ini bisa segera teratasi dengan baik dan tetap jaga kesehatan keluarga, ya, Parents!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca Juga:

8 Tips Merawat Kesehatan Mental Pasca Menghadapi Keguguran dan Stillbirth

Persalinan saat pandemi COVID-19, ini yang perlu Bunda persiapkan

Melakukan program hamil saat pandemi Corona, amankah?