Setelah bayi dilahirkan, jangan lupa untuk melakukan 11 skrining bayi baru lahir berikut ini, Parents!
Proses skrining ini biasanya dilakukan sekitar 2 hingga 5 hari setelah bayi dilahirkan sebelum ia pulang ke rumah.
Apa itu Skrining Bayi Baru Lahir?
Laman KidsHealth menjelaskan, skrining bayi baru lahir adalah layanan kesehatan masyarakat yang dilakukan di setiap negara pada setiap bayi baru lahir.
Tujuannya adalah untuk mengetahui sekelompok gangguan kesehatan yang tidak ditemukan saat lahir sehingga tidak merugikan mereka di masa mendatang.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan tes darah sederhana. Dokter akan memeriksa kondisi genetik langka yang terkait dengan hormon dan metabolisme yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius pada bayi baru lahir.
Dengan adanya skrining ini, memungkinkan dokter mendiagnosis penyakit atau gangguan yang terjadi pada bayi dengan cepat dan memulai perawatan sesegera mungkin.
Ketua IDAI, Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp. A (K), FAAP dalam buletin Health First Rumah Sakit Pondok Indah juga menjelaskan hal yang sama tentang pentingnya skrining ini.
Dia menjelaskan, jika dalam hasil pemeriksaan ditemukan ada kelainan, bayi dapat ditangani sedini mungkin dan dalam pertumbuhannya bayi dapat berkembang dengan normal.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), skrining pada bayi baru lahir ada yang rutin, tapi ada juga yang hanya dilakukan pada keadaan khusus.
Namun, sebelum itu, ada pemeriksaan bayi baru lahir yang langsung dilakukan sesaat setelah bayi lahir.
“Yaitu pemeriksaan tanda vital seperti detak jantung, suhu tubuh, napas, serta panjang dan berat badan juga pemeriksaan kelengkapan organ tubuh lainnya,” kata Lucia Nauli Simbolon, Sp.A, M.Sc Dokter Spesialis Anak Tim Perinatologi RSAB Harapan Kita kepada theAsianparent.
Artikel terkait : 10 Penyakit yang bisa dialami bayi baru lahir, Parents perlu waspada nih!
11 Skrining Bayi Baru Lahir
Ini dia skrining bayi baru lahir yang segera atau rutin dan dilakukan dalam keadaan khusus:
Daftar isi
1. Skor APGAR
Skor Apgar adalah penilaian (sistem skoring) yang dilakukan dokter pada bayi baru lahir untuk memeriksa kondisi kesehatannya bayi serta menilai responnya terhadap resusitasi apakah dianggap layak untuk hidup dan beradaptasi dengan lingkungan di luar rahim ibu.
Beberapa hal yang dinilai dalam skor Apgar adalah:
-
Aktivitas otot atau tonus
Loading...You got lucky! We have no ad to show to you! -
Denyut jantung yang jumlah normalnya lebih dari 100 kali per menit
-
Respons dan refleks bayi, seperti refleks isapan bayi saat dokter memasukkan jarinya ke mulut bayi
-
Appearance (penampilan), seperti warna tubuh bayi (normalnya berwarna pink)
-
Respirasi (pernapasan). Normalnya, bayi menangis selama setidaknya 1 menit setelah dilahirkan. Bila bayi tidak menangis, dokter bisa memutuskan akan memberikannya alat bantu pernapasan.
Nilai maksimal pada Skor Apgar adalah 10. Jadi, jika bayi baru lahir memiliki Skor Apgar yang jauh lebih rendah dari itu, maka dokter akan menilai bayi kurang layak untuk hidup.
Skor Apgar yang rendah juga memunculkan kemungkinan ada kecacatan otak bayi dalam jangka panjang.
2. Skrining Usia Gestational Ballard Score
Skrining usia gestasi diperlukan untuk mengetahui usia kehamilan yang sesungguhnya saat bayi dilahirkan, apakah cukup bulan atau prematur, atau bahkan lewat bulan.
Ada dua cara dalam melakukannya, yaitu dengan metode Ballard dan Dubowitz. Namun, yang sering digunakan di Indonesia adalah metode Ballard Score.
Pemeriksaan skor Ballard meliputi penilaian maturitas fisik dan neurologis bayi yang dilihat dari beberapa indikator seperti: kondisi kulit, dada, mata, telinga, postur tubuh, berat badan, dan lingkar kepala.
Pemeriksaan maturitas neurologis ini biasanya dilakukan dalam kurun waktu 18-24 jam pasca bayi lahir.
3. Skrining Pendengaran
Pemeriksaan pendengaran dilakukan setelah bayi dirawat gabung dengan ibunya.
Dokter umumnya menggunakan alat untuk mengetes pendengaran bayi baru lahir yang dapat menangkap koklea yang disebut otoacoustic emissions (OAE).
Skrining pendengaran ini dilakukan untuk menunjukkan apakah bayi memiliki respon atau tidak terhadap rangsangan dengan intensitas tertentu.
Alat ini tidak mengukur beratnya gangguan pendengaran yang dialami bayi atau juga membedakan jenis tulinya.
Untuk mengetahui apakah bayi mengalami gangguan pendengaran atau tidak sejak kelahirannya bukanlah perkara mudah, Parents.
Apalagi bayi akan mengalami periode kritis yang terkait perkembangan pendengaran dan bicaranya di mana periode tersebut dimulai di 6 bulan pertama kehidupannya dan berlanjut hingga ia berusia 2 tahun.
Bila bayi memiliki gangguan pendengaran bawaan dan diketahui sebelum berusia 6 bulan, bisa segera diatasi. Setelah itu saat usianya 3 tahun, balita akan memiliki kemampuan berbahasa yang normal.
4. Skrining Penglihatan Bayi Prematur
Seringkali bayi prematur mengalami masalah penglihatan atau Retinopathy of Prematurity (ROP).
Gangguan ini pula yang merupakan salah satu penyebab bayi prematur mengalami kebutaan. Jadi, jika bayi Anda terlahir secara prematur, pastikan dokter melakukan skrining ROP ini sejak awal guna mencegah kebutaan pada anak.
Pemeriksaan ini paling baik dilakukan saat bayi masih di dalam janin di mana usianya kurang dari 34 minggu atau berat bayi kurang dari 1.500 gram.
Setelah itu, skrining penglihatan dapat dilakukan di dalam ruang NICU atau kamar bayi, 1 hari setelah ia dilahirkan.
5. Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan ini meliputi bagian-bagian pada kepala bayi, seperti mata, hidung, telinga, hingga mulut.
Pemeriksaan umumnya dilakukan dengan perabaan saja, yang bertujuan untuk mengetahui: apakah ada celah pada bibir atau bibir sumbing, apakah bagian kelopak mata bayi terbuka dengan sempurna atau tidak, atau untuk mengetahui bentuk telinganya simetris atau tidak.
6. Pemeriksaan Jantung dan Paru-paru
Saat melakukan pemeriksaan ini, dokter hanya membutuhkan stetoskop guna mendengarkan detak jantung bayi apakah normal/tidak, atau untuk mengetahui adanya bising jantung.
Dokter juga perlu memeriksa paru-paru si bayi untuk mengetahui pola pernapasannya.
Jika wajah atau bagian tubuh bayi terlihat kebiruan dan napasnya terengah-engah, dokter perlu melakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat saturasi oksigen.
7. Skrining Bayi Baru Lahir: Perut dan Kelamin
Perut dan tidak terkecuali kelaminnya juga perlu diperiksa, nih, Parents. Pemeriksaan perut biasanya dilakukan dengan mengukur lingkar perut dan melihat bentuk perutnya.
Begitu juga dengan bagian tali pusarnya, apakah dalam kondisi layu atau masih segar.
Selanjutnya, dokter akan memeriksa organ kelaminnya untuk memastikan saluran kencingnya terbuka dengan baik atau tidak.
8. Skrining Tulang Belakang
Skrining tulang belakang dilakukan dengan cara meraba tulang belakang bayi (saraf di atas bokong) untuk mengetahui kemungkinan adanya Spina Bifida.
Ini adalah cacat lahir kelahiran tabung saraf, sebuah kondisi ketika sumsum tulang belakang gagal berkembang dengan baik atau tidak menutup sempurna saat berada di rahim sehingga menimbulkan celah atau terbelah.
Pada bayi yang mengalami Spina Bifida, beberapa gejalanya bisa dilihat mata.
Salah satunya adalah jaringan sumsum tulang belakangnya menonjol saat diraba, ada bercak berambut atau tanda lahir di area tersebut.
9. Pemeriksaan Hormon Tiroid
Tujuan dari pemeriksaan hormon tiroid atau thyroid stimulating hormone (TSH) adalah untuk melakukan pendeteksian dini adanya hipotiroid kongenital atau bawaan yang bisa menyebabkan disabilitas intelektual atau kecerdasan otak yang kurang.
Angka kejadian dua kasus ini bervariasi di setiap negara, tapi umumnya sebesar 1:3.000 hingga 1:4.000 kelahiran bayi hidup.
Itulah mengapa pemeriksaan ini dianggap penting, Parents. Jika bayi yang mengalaminya tidak segera mendapatkan penanganan serius sejak dini dapat berisiko mengakibatkan retardasi mental berat.
Skrining hipotiroid umumnya dilakukan ketika bayi berusia 48 hingga 72 jam.
Ya, skrining ini harus dilakukan secepat itu karena bayi dengan hipotiroid kongenital tidak mengalami gejala hingga usianya 3 bulan.
Caranya adalah dengan meneteskan sedikit darah yang berasal dari tumit bayi. Darah tersebut diteteskan pada kertas saring khusus.
Setelah bercak darah bayi mengering, barulah dilakukan pemeriksaan kadar hormon TSH. Hormon tiroid dapat dikatakan normal jika kadar TSH kurang dari 20 mlU/L (mili unit per liter).
10. 17-OH Progesteron (17-OHP)
Skrining bayi baru lahir 17-OH Progesteron (17-OHP) merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk mendeteksi adanya Congenital Adrenal Hyperplasia atau Hiperplasia Adrenal Kongenital (HAK).
Itu adalah kumpulan kelainan yang berhubungan dengan enzim yang diproduksi oleh kelenjar adrenal, dua kelenjar yang terletak di atas ginjal.
Kelenjar adrenal ini fungsinya adalah membuat beberapa hormon, termasuk kortisol yang sangat penting dalam menjaga tekanan darah, gula darah, dan beberapa fungsi sistem kekebalan tubuh. Serta, 17-OHP ini dibuat sebagai bagian dari proses produksi kortisol.
Tes ini dilakukan dalam waktu 1-2 hari setelah bayi lahir. Gejala bentuk gangguan yang paling parah biasanya muncul dalam 2-3 minggu setelah bayi lahir.
Gejalanya antara lain alat kelamin yang tidak jelas laki-laki atau perempuan (ambiguous genitalia), dehidrasi, muntah dan masalah saat menyusui, makan lainnya,dan irama jantung yang tidak normal (aritmia), hingga menyebabkan efek jangka panjang seperti gangguan perilaku.
11. Skrining G6PD
Pemeriksaan G6PD dilakukan untuk mendeteksi kelainan enzim Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase (C6PD) atau kondisi di mana enzim membuat sel darah merah rusak lebih cepat dan mengalami hemolisis.
Akibatnya, sel darah merah tidak efektif mengangkut oksigen ke seluruh tubuh dan bayi akan mengalami gejala seperti kulit kuning dan anemia hemolitik.
Demikianlah, Parents, 11 skrining bayi baru lahir yang sebaiknya tidak Anda lewatkan pada buah hati.
Semua skrining ini penting dilakukan saat bayi berusia 2 hingga 5 hari setelah dilahirkan. Tujuannya untuk mendeteksi beberapa kelainan sejak dini.
Semoga buah hati Anda selalu dalam keadaan sehat dan baik, ya, Parents!
Artikel diupdate oleh: Ester Sondang
“Skrining” pada bayi baru lahir, yang perlu diketahui oleh Orangtua
Newborn Screening Tests
Baca Juga:
Bolehkah Bayi Baru Lahir Diberikan Kurma atau Metode Tahnik? Ini Penjelasannya
Cara Menghitung Masa Subur dan Tandanya, Bantu Melancarkan Program Hamil
Waspada Hipotiroid pada Bayi, Ini Gejalanya dan Perawatannya!